Hai hai hai....
Senang banget ahirnya bisa publish cerita ini di sini, meskipun cuma beberapa bab tapi semoga kalian suka.
Sesuai sama janji ku ya, aku Update cerita yang pernah aku ikutin dalam kompetisi dan aku Update bertahap.Happy Reading...
😘 kecup basah buat Readers...
Emuach....
*****
"Kamu telat dua menit!" Alan Seraya menunjuk arloji di tangannya."Baru juga dua menit belum dua jam," bisik Gusti pelan.
"Kalau kamu mau ikut latihan sama saya kamu harus ikut aturan saya!"
Gusti mengangguk pasrah, senior are always right.
"Siap Kak!"
"Keliling lapangan dua kali, baru saya izinkan kamu masuk ke barisan!"
"Apa, keliling lapangan?" perkataan Alan sepertinya tidak terdengar jelas oleh Gusti, di sisi lain Tiwi yang berdiri di samping Gusti lalu menempelkan telunjuknya di ujung bibir seolah sebuah isyarat bahwa Gusti tidak perlu menjawab ucapan seniornya.
"Ralat, tiga kali" kata Alan tanpa toleransi, "cepat!" usiranya.
Dengan berat hati akhirnya Gusti menuruti perintah lelaki itu, memang hanya tiga kali tapi yang menjadi masalah adalah siang itu panas matahari sangat terik dan lapangan yang ia kelilingi lapangan sepak bola bukan lapangan Voli atau Futsal yang membuat Gusti bisa terengah-engah hanya dalam sekali putaran.
Gusti berlari sambil mengupat ria dengan sorot mata yang terus mengincar lelaki itu, setengah tidak iklas itulah yang ia lakukan.
Setelah selesai Gusti mendekat kearah teman temannya. "Sudah boleh ikut?" tanya Gusti seraya menyeka keringat di pelipis. Meskipun ia baru saja keliling lapangan tapi Gusti tampak tidak kehabisan tenaga. Ingat Gusti mantan anak pramuka dia masih strong.
Alan melirik sekilas gadis berkucir kuda itu lalu berujar, "ambil alih pasukan."
"Maksud Kakak?" Gusti kebingungan.
"Apa kurang jelas perintah saya!"
Alan memang tidak punya urat sabar saat menghadapi gadis itu."Jelas Kak," ucapnya lalu mengambil alih pasukan.
Dengan sisa tenaga yang tidak terlalu banyak Gusti mengambil alih pasukan seperti perintah seniornya, tapi siapa sangka ia bisa memberikan contoh yang baik untuk teman-temannya bahkan di antara mereka tidak ada yang merasa keberatan jika Gusti mengantikan posisi Alan.
Melihat hal itu Alan lalu melangkah meninggalkan lapangan untuk berteduh.
Jangan di tanya dari mana Gusti bisa mengetahui aturan baris-berbaris, dari mana lagi jika bukan dari pramuka. Gusti dan teman-temannya kerap menjuarai PBB jika dalam acara perlombaan di perkemahan, jadi bukan mustahil jika Gusti sudah menguasai PBB.
Satu jam kemudian, "istirahat!" teriak Alan dari kejauhan, Gusti yang mendengar itu hanya mengangguk.
"Henti, gerak!" bersamaan dengan itu tidak ada lagi suara hentakan kaki yang memenuhi lapangan.
"Balik kanan bubar barisan, jalan!"
Hanya dalam hitungan detik mereka semua bubar.Jika semua teman-temannya memilih berteduh di bawah pohon rindang di tepian lapangan tapi tidak dengan Gusti, ia malah duduk di kramik tiang bendera yang ada di sudut lapangan dan bersandar di sana, ia juga memutar musik untuk menemaninya.
Damar melangkah mendekati dimana Gusti berada, Gusti yang melihat kedatangan Damar hanya melirik sekilas lalu mengibas-ngibaskan tangan membiarkan angin masuk kedalam tubuhnya, tampak sekali ia sedang kepanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Teen FictionDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...