Setelah melewati hari yang melelahkan ahirnya seleksi calon paskibra angkatan 2019 selesai di laksanakan. Gusti hanya tinggal menunggu kabar, mungkin sekitar satu atau dua minggu kemudian hasil seleksi akan di umumkan.
Saat itu Gusti tampak duduk di atas motor ia sedang menunggu Damar yang sedang mencari teman-temanya, waktu sudah menunjukkan pukul Lima belas sore sudah saatnya mereka pulang. Karena merasa gerah Gusti meraih ikat rambut di saku celana olahraganya kemudian mengikat rambutnya seraya bercermin di kaca sepion yang ada di sana.
"Ekhem..." Gusti tersentak mendengar deheman itu, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah di depannya sudah ada seorang lelaki bertubuh besar tinggi yang tengah berdiri di hadapanya.
"Selamat sore, Pak" sapa Gusti pada lelaki itu yang tak lain adalah pelatihnya Charles.
"Hmm," Charles membalas singkat sapaan gadis kaku itu. "Anak SMA Tiga ya?" tanyanya.
"Iya pak," sebenarnya Gusti tidak mengerti atas dasar apa lelaki berkulit hitam dan wajah sangar itu menghampirinya.
Charles mengangguk lalu meraih ponselnya di saku, "minta nomormu" kata tentara itu sambil mengulurkan ponselnya.
Gusti yang masih tidak mengerti dengan maksud kedatangan tentara itu jadi semakin bingung ketika tentara itu meminta nomornya, ia hanya terpaku menatap ponsel yang terulur ke arahnya, haruskah ia menolak? Tapi itu sangat tidak etis, setidaknya Gusti ingin tau apa alasan tentara itu melakukannya.
"Saya meminta nomormu karena di utus seseorang bukan untuk saya, saya sudah berkeluarga," tanpa perlu Gusti bertanya tentara itu sudah tau apa yang ada di pikirannya, "bolehkan?"
"Boleh pak," Gusti meraih ponsel itu dan mengetik nomornya. Setelah selesai ia mengembalikan ponsel itu pada empunya, "sudah pak."
"Terimakasih," kata tentara itu yang tak kalah kaku, kemudian ia menyimpan ponselnya. "Saya harap kamu tidak bertanya siapa orangnya?"
Gusti tampak mengerutkan kening "kenapa pak?"
"Karena saya tidak akan memberi tau, yang jelas lelaki itu sedang mengincarmu?"
"Mengincar???" ulang Gusti dengan kening mengeryit, bingung.
"Iya, tapi saya juga tidak tau apa tujuannya." tentara itu lalu menghela napas, "anak zaman sekarang susah di mengerti."
Gusti mengangguk, jangankan dirinya tentara itu ternyata juga di buat tidak mengerti dengan orang yang mengutusnya.
"Dan anehnya dia berani menyuruh tentara untuk meminta nomormu tapi dia sendiri tidak berani menghadapimu," ucap tentara itu dengan raut wajah bingung.
Mendengar itu Gusti semakin penasaran, lelaki mana sebenarnya yang berani menyuruh seorang tentara untuk meminta nomornya.
"Bukan hanya itu, ada satu lagi."
"Apa pak?"
"Aku bertaruh dengannya?"
"Bertaruh untuk apa, Pak?"
"Jika kau lolos seleksi sampai ke kabupaten dia akan memberiku rokok satu pak."
"Rokok?" ralat Gusti, "emang Bapak merokok?"
"Tidak, tapi kan lumayan buat di jual lagi."
Gusti manggut-manggut, bapak ini ternyata punya jiwa bisnis batinnya.
"Menurut saya sepertinya dia sangat yakin kalau kamu bisa lolos," tentara itu kembali pada topik pembicaraan. "Padahal sangat kecil kemungkinannya."
Gusti tertunduk mendengar itu, hari ini sudah ada dua orang yang mematahkan semangatnya, pertama lelaki tampan tapi sombong itu dan yang kedua tentara di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Ficção AdolescenteDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...