Pucuk di cinta ulam pun tiba, mungkin kalimat itulah yang tepat untuk Gusti. Ia yang sejak istirahat tadi mengincar laki-laki bernama Firman nyatanya saat ini Firman sudah berada di sampingnya. Tapi anehnya Firman bersikap seolah tidak mengenalinya, mereka sebelumnya memang tidak saling mengenal tapi gelagat Firman saat itu tidak menandakan bahwa ia adalah orang yang menelponnya pagi tadi.
Bahkan saat Gusti sengaja menatapnya, laki-laki itu hanya mengalihkan pandangan atau melihat dia dengan tatapan kosong seolah ia benar-benar tidak mengenalinya.
Saat itu Damar menyuruh mereka untuk duduk di rerumputan lapangan karena Damar sedang menjelaskan poin penting yang harus di perhatian ketika sedang di seleksi, dan saat itulah Gusti mendekati Firman.
"Ekhem..." Gusti berdehem untuk menarik perhatian lelaki itu, sesuai seperti harapannya lelaki berambut keriting itu menoleh.
"Firmankan?" tanya Gusti kemudian.
"Iya."
Gusti mengangguk lalu tersenyum tipis, dan di detik selanjutnya Gusti berkata lagi. "kalau aku Gusti?"
Firman mengangguk sambil mengamati gadis di sampingnya, "kamu orang Bali ya?" tanya Firman dengan polosnya.
"Bukan."
"Oh maaf, aku kira kamu orang Bali soalnya nama kamu kayak nama orang Bali gitu."
"Nggak papa, biasa aja lagi. Kebetulan aku lahinya bulan Agustus jadi panggilannya Gusti," ucapnya dan kemudian fokus kearah Damar.
Firman manggut-manggut sambil menatap lekat gadis di sampingnya, ia merasa seperti pernah bertemu dengan gadis itu tapi dimana, pikirnya.
"Kayaknya aku pernah lihat kamu deh?" ujar Firman pada akhirnya.
Gusti yang mendengar itu langsung menoleh, "masak sih?"
"Iya serius, tapi aku lupa dimananya."
Gusti tersenyum mendengar itu, sebenarnya ia masih tidak mengerti lelaki itu hanya berpura-pura atau memang benar-benar tidak mengenalinya. Tapi jika bukan itu Firman yang menelponnya pagi tadi lalu siapa dia?
"Aku ingat sekarang!" kata Firman dengan raut wajah sumringah.
"Dimana?"
"Di Agropolitan Center, iya nggak?"
Gusti mengerutkan kening, yang ia temui di tempat itu sangat banyak mana mungkin ia bisa mengingatnya.
"Kamu yang mana, kok aku nggak ingat."
Cowok itu tersenyum lalu menggeser duduknya menghadap Gusti, "tapi kamu ingatkan kalau ada cokelat di tas?"
"Owh.... jadi itu kamu"
Firman mengangguk membenarkan, "pertama aku lihat kamu di sungai, sebenarnya aku tau kamu dari..." Firman mengantung kalimatnya lalu menoleh kebelakang.
"Dari siapa?" Gusti tampak tidak sabar.
"Dari Alan," bisik firman kemudian saat mengetahui Alan sedang tidak memperhatikannya.
"Alan, kok bisa?"
"Alankan anak pramuka juga."
Gusti mengangguk mengerti, Tiwi juga pernah berkata jika Alan ikut eskul pramuka tapi ia tidak tau kapan ia bertemu Alan.
"Tapi aku nggak pernah lihat Alan sebelumnya."
"Kamu mungkin emang nggak lihat dia tapi waktu itu dia liatin kamu."
"Masak sih?"
"Iya, waktu di sungai."
Gusti lalu menoleh dimana Alan berada dan tanpa sengaja tatapan keduanya saling bertemu karena saat itu Alan tengah menatap kearahnya, melihat itu Gusti langsung beralih menatap kearah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Fiksi RemajaDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...