Hari dimana seleksi Paskibraka tingkat Kabupaten di laksanakan telah tiba, dan inilah detik-detik yang mendebarkan bagi seluruh peserta calon Paskibraka 2019.
Gedung Olahraga yang terletak tidak jauh dari pusat Kota itu tampak di penuhi oleh ratusan siswa yang antusias mengikuti seleksi. Rata-rata mereka berpakaian olahraga sesuai dengan seragam SMA masing-masing. Ada sekitar Tiga ratus siswa yang mengikuti seleksi, sedangkan yang di butuhkan hanya tujuh puluh orang. Bukan mudah bagi panitia untuk memilih tujuh puluh orang di antara mereka. Dari sebab itu seleksi tingkat kabupaten diadakan selama dua hari. Ketat, menegangkan dan melelahkan seperti itulah suasana yang tergambar disana.
Gusti menghela napasnya, entah sudah berapa kali ia di singkirkan dalam barisan lalu di gabungkan dalam barisan baru yang jelas saat itu ia hanya menurut sesuai dengan perintah pemimpin barisan. Ada sekitar lima belas orang yang menyeleksi pada siang hari itu diantaranya lima orang tentara dan sisanya polisi. Kebanyakan mereka adalah laki-laki, bertubuh tinggi tegap, kekar dan sangar.
Setelah seharian melewati seleksi yang melelahkan akhirnya terbentuklah sebuah barisan berbanjar yang terdiri dari seratus empat puluh orang, barisan itu terbagi menjadi dua yakni laki-laki dan perempuan. Sedangkan sisanya di perbolehkan duduk di sisi lapangan.
"Selamat sore semuanya!" ucap suara itu yang tak lain adalah milik Charles Hardian.
"Sore!" jawab seluruh peserta
"Terimakasih untuk kerja samanya hari ini," pandangan Charles menyapu keseluruhan peserta, "kalian telah melewati seleksi yang kami adakan, dan kami telah mengambil keputusan bahwa barisan yang masih berdiri saat ini adalah barisan yang berhak mengikuti seleksi di hari kedua."
Suara yang sedari tadi tertahan seakan meledak begitu saja, suasana barisan langsung riuh seketika.
"Untuk kalian yang belum lolos dalam seleksi tahun ini jangan berkecil hati karena kalian bisa mengikuti seleksi lagi tahun depan," imbuh Charles "Untuk yang lulus jangan berbangga dulu karena masih ada satu seleksi lagi yang harus kalian lewati, ingat harus tetap semangat dan jaga kesehatan," jelasnya kemudian.
"Baiklah untuk mengakhiri kegiatan kita pada sore hari ini ada baiknya kita berdo'a menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdo'a mulai."
Setelah menyelesaikan seleksi yang melelahkan Gusti, Tiwi dan teman-temannya lalu menghampiri Alan yang sudah menungguya di mobil. Saat itu Tiwi tak henti-hentinya merekahkan senyumannya sambil merangkul lengan Gusti.
"Akhirnya kita lolos juga," ucap Tiwi kegirangan.
"Udah lima kali loh kamu bilang gitu," jawab Gusti di sela langkahnya.
"Aku seneng banget Gusti ngerti nggak sih orang lagi seneng," ucapnya berbunga bunga "Damar pasti bangga deh, tapi sayangnya dia nggak ikut" Tiwi langsung cembetut jika teringat Damar yang hari ini tidak bisa ikut padahal ini hari bahagianya.
"Gusti gimana kalau kamu telpon Damar buat kasih tau dia kalau kita lulus, dia pasti seneng."
"Tapi aku nggak punya nomor kak Damar."
"Tenang aja aku kasih nomornya tapi kamu yang telpon ya?" pinta Tiwi.
Gusti menoleh lalu menatap bingung kearah Tiwi, "kenapa nggak kamu sendiri aja yang nelpon?"
Tiwi menggeleng, "aku malu, aku sama diakan udah putus," Tiwi murung seraya menunduk.
"Yaudah deh aku aja yang nelpon," Gusti mengeluarkan ponselnya lalu meminta nomor Damar sesuai dengan permintaan Tiwi. Mereka yang semula akan menghampiri Alan lalu berhenti kemudian duduk di sebuah kursi di bawah pohon yang tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Novela JuvenilDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...