BAGAIMANA jika kalian tidak pernah membuka hati namun kalian tetap jatuh cinta? Pasti akan terasa sulit bukan?
Gusti sudah mewanti wanti agar tidak terpengaruh oleh semanis apa pun rayuan mahluk berjenis kelamin laki-laki tapi tetap saja lelaki itu punya seribu cara untuk mencuri hatinya. Tidak ada pilihan lain bagi Gusti selain menuruti apa kehendak hatinya karena hanya itu yang bisa ia lakukan, meskipun di balik semua itu ia belum siap untuk terluka lagi.
Baru satu hari ia lalui tanpa kehadiran Alan tapi entah mengapa terasa aneh baginya, ada kekosongan di hatinya yang menjelma menyuarakan kerinduannya pada Alan, perasaan itu diam-diam menyusup dan menguasai dirinya.
Mungkin seharusnya ia tidak perlu mendengar ungkapan lelaki itu, atau seharusnya ia tidak perlu mengetahui siapa Alan sebenarnya, karena keduanya hanya membuatnya semakin dilema.
Lonceng tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi, setelah bu Renata keluar Gusti langsung mengemasi bukunya, ia merasa lega karena perang di otaknya antara memikirkan pelajaran dan memikirkan Alan telah berakhir, setelah ini Alan mungkin akan lebih menguasai otaknya, entahlah.
"Gusti kamu nggak bawa snack lagi ya?" tanya Oliv, selama ini Oliv telah menjadi langganan tetap.
Gusti tersenyum seraya menggeleng cepat, "sold out Oliv."
Oliv lemas mendengar itu lalu cembetut, "Ke kantin aja yuk?" ucap irma yang kemudian bangkit dari kursi dan mendekati Oliv.
"Ayuk," Oliv lalu bangkit "Gusti mau ikut?"
"Boleh," Gusti berdiri dan mendekati temannya.
"Ikut...!" Nisa beranjak dari kursi bergabung bersama mereka.
"Arin nggak mau ikutan?" Oliv seraya menatap Arin yang tampak tak bergeming dari kursinya.
"Males," sahut Arin tanpa menoleh.
"Yah padahal Gusti mau traktirin kita loh," rayu Oliv seraya melirik jahil pada temannya.
Gusti hanya bengong saat itu, padahal ia tidak berkata apa-apa.
"Serius?" tanya Irma kurang yakin, karena sejak tadi Gusti memasang wajah bingung.
"Aku nggak bilang gitu loh Liv?" ucap Gusti.
"Ish nggak papa lagi, anggap aja itu untuk ngerayain kelulusan kamu dari seleksi kemarin, iya nggak?"
"I-iya.. udah deh aku yang traktir hari ini," Gusti tidak yakin padahal sebenarnya ia harus berhemat.
"Nah gitu dong, Arin mau kan?" Ajak Oliv lagi. "Lagian kita udah lama nggak ke kantin bareng emang kamu nggak kangen apa?"
Arin menghela napasnya lalu bangkit dari kursi, Oliv dan teman-temannya kegirangan melihat Arin yang tampak mendekat, namun ternyata Arin melewatinya.
"Loh Arin nggak mau ke kantin bareng kita?" pekik Oliv.
Mendengar itu Arin berputar arah, "kan aku bilang males tadi."
"Tapi ini di traktir loh sama Gusti" Oliv belum menyerah, "dia lulus seleksi paskib tingkat kabupaten kemarin, hebat kan dia?"
Arin melirik kearah Gusti lalu beralih pada Oliv, "terus urusan ku sama dia apa?"
Oliv menatap tak percaya kearah temannya, ia tidak menyangka bahwa selama in Arin masih belum bisa mengerti keadaan Gusti.
"Arin kita masih sahabatan kan?" Oliv menoleh pada Gusti lalu menatap Arin lagi, "kenapa kamu bilang urusannya apa?" Oliv memang tidak tau menau apa yang terjadi ketika di klinik, bahkan ia juga tidak tau kemana hilangnya kalung Fiona teman milik temannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Fiksi RemajaDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...