MAKANAN yang semula di nikmati kini hanya menjadi pajangan, karena ibu dan anak itu lebih memilih fokus pada obrolannya.
"Yang seperti mama?"
Tamara mengerutkan kening, "Dokter?" tebak ibunya.
"Ya nggak harus dokter juga Ma?"
"Singel parent?"
Alan menepuk jidatnya tak habis pikir bagaimana bisa selama ini ia di besarkan dengan seorang ibu semacam itu.
"Ya bukan lah Ma?"
"Terus apa?" tanya ibunya bingung.
Alan jadi tidak yakin bagaimana bisa orang seperti ibunya menjadi dokter.
"Alan mau cari perempuan hebat."
Ibunya mengangguk mendengar itu, "seperti kadita?" tanya tamara.
Lagi-lagi Alan di buat pusing dengan ibunya, mengapa bisa sampai ratu pantai selatan yang ia bawa-bawa.
"Bukan, kan yang Alan bilang seperti Mama?"
Tamara tampak berpikir keras saat itu, tapi tak lama kemudian ia berkata, "emang hebatnya Mama dimana?"
Alan menghela napas lega, tingkat absurd ibunya sudah mulai mereda rupanya.
"Ya pokoknya menurut Alan Mama hebat, Mama kerja setiap hati buat Alan, buat Kakak, Mama capek sendirian tapi Mama masih selalu ada buat Alan, dan Mama tetap setia sama Papa, Mama nggak menikah lagi meskipun Papa udah lama pergi. Alan tau itu semua pasti nggak mudah, tapi karena Mama hebat Mama bisa ngelakuin itu."
Tamara tersenyum kemudian tangannya terulur mengusap rambut putranya, ia baru menyadari anak kecil yang dulunya sering mengompol kini sudah menjelma menjadi lelaki yang dewasa.
"Kamu bener soal Mama yang sebenarnya nggak mudah jalani itu semua, tapi ada satu hal yang harus kamu tau."
"Apa ma?" Alan memperbaiki posisi duduknya dan lebih fokus pada mamanya.
"Perempuan hebat bukan perempuan yang sudah melewati banyak rintangan, perempuan hebat bukan perempuan yang bisa sembuh dari lukanya, perempuan hebat bukan perempuan yang bisa menerima semua takdir yang menyakitinya dan perempuan hebat bukan perempuan yang tidak pernah menangis atau menyerah."
"Lalu perempuan hebat itu seperti apa, Ma?"
"Perempuan hebat adalah perempuan yang selalu mempunyai kekuatan untuk bertahan. Karena banyak perempuan di luar sana yang bisa bertahan tapi bukan karena kekuatannya, melainkan karena ia pasrah dengan keadaan. Ada pula mereka yang sembuh dari lukanya tapi bukan dengan kekuatan melainkan waktu yang menyembuhkannya. Dan di antara mereka ada yang menerima takdir tapi bukan berarti dia hebat atau kuat melainkan karena ia merasa lemah dan tak akan bisa mengubahnya."
Alan manggut-manggut mendengar penjelasan ibunya.
"Yang terakhir perempuan hebat bukan berarti dia yang tidak pernah menangis atau menyerah, perempuan hebat pernah melakukan hal itu bahkan yang paling parah mereka pernah putus asa tapi setelah itu ia bangkit dengan kekuatannya dan melanjutkan hidupnya."
Alan bangkit dari kursi lalu mendekati Tamara dan memeluknya dari belakang, "Alan sayang Mama," ucapnya kemudian.
Tamara mengangguk seraya mengusap lengan putranya, "iya Mama tau."
Alan memberi jarak pada tubuhnya kemudian duduk di samping kursi ibunya.
"Jadi menurut Mama dia gimana?"
Pada ahirnya Alan menceritakan semua tentang Gusti, mulai dari saat pertama kali ia bertemu Gusti di Agropolitan sampai ia di pertemukan lagi di SMA satu, dan tentang ia yang selalu membuat masalah dengan Gusti hingga pada akhirnya gadis itu berhasil membuatnya jatuh hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Ficção AdolescenteDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...