Oliv dan Gusti melangkah beriringan melewati koridor sekolah, mereka sengaja berangkat lebih awal karena hari ini kelas mereka bertugas sebagai petugas upacara bendera.
"Gusti kemarin kamu belum cerita loh tentang Kak Lucas."
"Yang mana?" Gusti menunduk seraya mengikat dasinya.
"Yang kemarin di kantor waktu dia ngamuk banting meja."
"Perasaan aku udah bilang."
"Belum Gusti, kamu cuma bilang Kak Lucas nggak marah apa coba maksudnya?"
Gusti berbelok kearah kelas lalu duduk di kursi paling depan, "kak lucas emang nggak marah Oliv."
Oliv menyusul duduk di depannya, "kok bisa nggak marah, kamu halu ya? Jelas-jelas dia ngamuk di kantor waktu sama Arin."
"Serius Oliv Kak Lucas nggak marah, malahan dia bilang kemarin kalau emang aku udah nggak bisa lagi ikut pramuka ya udah dia juga nggak akan maksa," jelas Gusti.
Oliv terdiam sejenak mencoba mencerna ucapan sahabatnya, ia merasa ada sebuah keajaiban ketika pelatihnya yang super galak itu pasrah begitu saja saat Gusti memutuskan keluar dari pramuka, sebab selama ini Lucas menempatkan Gusti sebagai tangan kanan Arin yang artinya Gusti memegang peranan penting dalam kepramukaan.
"Aku tau deh kayaknya kenapa kak Lucas sampai nggak marah sama kamu?" tutur Oliv dengan raut wajah serius.
"Kenapa?"
"Karena kak Lucas udah nggak punya kata kata lagi buat ngungkapin rasa kecewanya."
Gusti lemas mendengar itu, mengapa selama ini ia tidak pernah memikirkan hal itu, padahal selama ini ia tau bagaimana Lucas, jangankan keluar dari pramuka, untuk izin tidak ikut latihan saja biasanya Gusti harus mengemis terlebih dahulu baru Lucas mengizinkannya, tapi mengapa kali ini Lucas seakan tidak peduli dan melepaskan dirinya begitu saja, bukankah itu aneh?
"Kamu bener Liv?" sahut Gusti dengan sorot mata yang menerawang jauh.
"Kan kamu tau sendiri gimana kak Lucas selama ini."
Gusti menghela napasnya kasar mencoba melepas rasa sesak di dadanya. "Kayaknya aku harus ngomong deh sama dia."
"Setuju," seru Oliv "dan kalau dia nggak mau ngakuin apa maksudnya berarti ada kemungkinan ke dua."
"Kemungkinan keduanya apa?" Gusti menatap Oliv penuh tanda tanya.
"Ya berarti kak Lucas ada perasaan sama kamu."
"Ya nggak mungkinlah Oliv kan kamu tau sendiri kak Lucas gimana kalau sama cewek?"
"Emang ada alasan lain selain itu?"
"Oliv kamu sering dengerkan dari mulut Kak Lucas kalau dia nggak bakal mau pacaran sama adik juniornya, jangankan pacaran dia aja juteknya nauzubillah sama kita, jadi itu nggak mungkin banget Oliv," Gusti kekeuh pada pendiriannya.
Alasan mengapa Lucas menjadi kesayangan kepala sekolah SMA 3 adalah salah satunya karena Lucas tidak pernah berpacaran dengan juniornya, tidak seperti Leon teman Lucas yang sudah ratusan kali gonta-ganti pacar.
Kepala sekolah tidak peduli berapa banyak siswa yang komplain atas kekejaman Lucas. Seperti apapun perlakuan Lucas pada siswa-siswinya kepala sekolah tetap mendukung Lucas sepenuhnya.
"Kak Lucas cuma bilang nggak mau pacaran sama juniornya tapi bukan berarti dia nggak bisa punya perasaan sama kamu kan?"
"Ish oliv ngaco deh ngomongnya!" lama-lama Gusti kesal meladeni tuduhan temannya.
"Kalau nggak percaya lihat aja nanti?"
"Nggak mungkin Oliv."
"Ya kita lihat aja nanti Gusti. Cepat atau lambat pasti akan ketauan."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Ficção AdolescenteDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...