Gusti melirik ponselnya yang menyala lalu buru-buru membereskan peralatan solatnya, ia baru menyelesaikan ibadah sholat isya. Setelah selasai ia menggapai ponsel yang tergeletak di kasur. Biasanya Farah memang sering menelpon setelah ia solat isya, bukan hanya jika ada kepentingan tapi untuk sekedar bercerita dan bertukar kabar.
Tapi sayangnya kali ini bukan Farah yang menelpon tapi nomor baru, nomor yang satu minggu lalu mengirim pesan padanya. Gusti menggeser layar berwarna hijau, dan bersamaan dengan itu panggilan terputus.
Sepertinya lelaki itu berniat bermain-main dengannya sebab satu minggu lalu setelah Gusti menanyakan siapa namanya, orang itu tidak lagi membalas pesan Gusti seolah sengaja merahasiakan identitasnya, dan hari ini lelaki misterius itu muncul lagi.
Pengecut, Gusti menilai lelaki itu pengecut karena tidak berani jujur siapa dia sebenarnya, meski di balik semua itu ia menyadari tidak ada lelaki pengecut yang berani mengutus tentara hanya untuk mendapatkan nomornya. Jadi lelaki macam apa dia sebenarnya?
Drrrt... drrrt...
Getaran notifikasi whatsapp itu membuat Gusti tersadar dari lamunan."Selamat atas kelulusan mu, aku turut senang."
Gusti mengerutkan kening, dari tulisannya Gusti seolah dapat menilai betapa kaku lelaki itu.
"Siapa kamu sebenarnya?" balas Gusti tak kalah kaku.
Bukannya lelaki itu menjawab pertanyaannya tapi malah berkata.
"Sampai bertemu besok, selamat malam."
Tapi Gusti tidak membiarkan pengecut itu berlalu begitu saja ia lalu menekan tombol call di bagian atas layar, sesaat kemudian panggilan terhubung dan detik panggilan pun mulai berjalan.
"Halo?" panggil Gusti, namun hanya hening tidak ada sahutan dari seberang sana.
"Halo ini siapa ya?"
"Halo, kamu nggak budek 'kan?" ucapnya lagi, dan lagi-lagi lelaki itu hanya diam.
"Oh atau jangan-jangan kamu bisu atau kamu lagi sariawan?"
"Halo, ini siapa sih? Iseng banget"
"Kalau kamu nggak ngaku, nomer kamu aku blokir!" ancam Gusti lalu memutuskan panggilan, sepertinya ia tidak mempunyai waktu untuk meladeni manusia itu.
Siapa sangka lelaki itu takut dengan ancaman Gusti, setelah beberapa detik Gusti mematikan telepon lelaki itu langsung mengirimkan sebuah pesan.
"Kamu boleh panggil aku Firman."
***
Hari dimana biasanya setiap sekolah Gusti selalu membawa motor scoopy kesayangannya tapi tidak hari ini, karena hari ini Oliv yang membawa motor dan gantian Gusti yang menebeng pada temannya.
Setelah pulang sekolah Gusti langsung ke SMA 1 untuk mengikuti latihan seperti saran dari Damar. Di tengah perjalanan mereka menuju SMA 1 ponsel Gusti berdering, Gusti lalu meraih benda pipih itu dari sakunya.
"Hari ini latihannya di lapangan merdeka," tulis pesan itu.
"Siapa?" Damar sambil menoleh, kebetulan mereka satu motor.
"Katanya hari ini latihannya di lapangan bukan di SMA 1."
"Oh itu, iya aku juga udah tau dari Tiwi."
Gusti mengangguk, tak lama kemudian mereka telah sampai di lapangan dan di sana sudah ada siswa SMA satu.
Baru saja Gusti turun dari motor Damar sudah menyuruhnya untuk barganti pakaian, latihan paskib memang di wajibkan menggunakan seragam olahraga karena susah jika menggunakan anrok. untungnya di sekitar lapangan itu ada toilet bersih yang bisa ia gunakan untuk berganti pakaian, setelah selesai Gusti langsung berlari menuju dimana siswa siswi SMA 1 berada. Saat itu latihan belum dimulai, namun para siswa SMA satu sudah berbaris untuk berdo'a atau sekedar pemanasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)
Ficção AdolescenteDanton tengil yang kebiasaannya selalu marah-marah dilapangan itu nyatanya berbeda jika di belakang Gusti. Diam-diam cowok galak bernama Alan menyimpan perasaan padanya. Namun sikap Alan yang berubah-ubah membuat Gusti tidak tau disisi mana Alan yan...