🔥Marah

15 4 0
                                    

Sejak lonceng masuk, hingga kini lonceng istirahat kedua berbunyi Gusti tidak mendengar sapaan dari teman-temannya. Jangankan menyapa melirik padanya pun tidak kehadirannya seakan tak dianggap lagi oleh sahabatnya.

Satu persatu penghuni kelasnya berbondong-bondong menuju kantin hanya meninggalkan Gusti dan ke empat temannya. Saat itu Arin tampak sibuk mengemasi alat tulisnya Gusti yang melihat itu lalu memutar arah menghadap Arin.

"Arin, ada yang mau aku omongin," ucap Gusti dengan hati-hati.

Namun Arin berpura-pura pura tidak mendengar suara itu, setelah selesai mengemasi bukunya Arin bangkit dari kursi.

"Irma, Nisa ke kantin yuk?" ajak Arin.

Irma dan Nisa lalu bergegas mendekati Arin, "ayo," jawabnya serempak.

Mereka bertiga lalu beranjak pergi dan mengabaikan Gusti yang masih mematung di tempatnya. Ketika sampai di ambang pintu Arin menoleh "Oliv mau ikut nggak?"

Oliv yang tadinya bengong melihat teman-temannya mengabaikan Gusti langsung terperanjat "eh.. enggak lah rin, aku nemenin Gusti aja."

"Oh.." balas Arin lalu melanjutkan langkahnya menuju kantin.

Gusti menghela napasnya pelan, kemudian tangannya terulur memegang sebuah kalung yang menghiasi leher, kalung itu adalah lambang persahabatan mereka. kalung yang baru ia pakai beberapa hari namun kali ini terasa hambar seakan tidak ada artinya.

Oliv yang melihat Gusti seperti itu lalu mendekati sahabatnya. "Kamu nggak salah kok," kata Oliv seraya duduk di kursi Arin.

"Kamu udah cerita sama mereka?" tanya Gusti dengan nada lemah.

Oliv mengangguk, "tapi soal kamu yang keluar dari pramuka dan belum sampai aku jelasin soal alasannya tapi Arin udah nggak mau denger apa-apa lagi."

"Aku nggak tau gimana caranya bikin Arin ngerti posisi aku Liv, aku nggak mau marahan sama Arin gara-gara masalah ini," Gusti tertunduk sambil melipat lipat kertas mungil di tangannya.

"Menurut yang aku lihat sih Arin kecewanya karena kamu ikut paskib dan nggak ngomong sama sekali ke dia, bahkan soal kamu yang mau keluar dari pramuka dia juga taunya tiba-tiba jadi dia berpikir kamu ninggalin pramuka demi paskib."

"Harusnya aku masih punya waktu tiga hari buat mikirin ajakan kak Damar, dan aku pikir di sela waktu itu aku bisa jujur sama Arin tapi kejadian kemarin bener-bener di luar dugaanku, dan seperti yang kamu bilang, aku nggak mau nglakuin apa-apa setelah keluar dari pramuka, aku masih sehat Oliv aku nggak mau apa yang aku punya sia-sia."

"Aku ngerti kok posisi kamu, dulu Arin juga nggak sukakan waktu aku keluar dan sekarang kamu, tapi sekarang Arin udah ngerti posisi aku jadi nggak mustahil kalau suatu saat Arin juga ngertiin posisi kamu."

Gusti mengangguk mengerti, perkataan oliv ada benarnya mungkin ia hanya butuh bersabar.

"Gimana kalau kita ke kantin aja?" ajak Oliv, tubuhnya yang sudah seperti gajah bengkak memang tidak pernah luput dari makanan.

"Males," sahut Gusti.

"Tapi aku laper ntar magku kambuh gimana?" Oliv memelas.

Gusti lalu meraih ransel dan mengambil beberapa roti di sana, "nih?"

Tanpa basa basi Oliv langsung meraihnya, "makasih," ucap Oliv kegirangan.

"Satunya seribu karena aku kasih kamu dua jadi dua ribu," Gusti lalu nyengir.

"Jadi ini bayar" Oliv bicara dengan mulut penuh makanan.

"Iyalah, hari gini mana ada yang gratis" ujar Gusti serius.

CINTA TANPA ABA-ABA (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang