BAB 18

2.2K 245 99
                                    

BAB 18

SUARA para tamu yang menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' disertai dengan suara tepukan tangan, meramaikan acara malam itu. Daniella tak henti-hentinya menunjukkan wajah bahagianya. Di samping kanan kirinya berdiri kedua orangtuanya, sedangkan Kirana dan Gabriel bergabung dengan tamu yang lain di hadapannya. Om Karrel, adik Om Gavin, sedari tadi sibuk berkutat dengan kameranya di tangan, merekam momen tersebut.

Gaun pink selutut dan rambutnya yang diikat kuda itu sedikit berhembus terkena angin. Acara ulang tahun ini dilaksanakan di taman belakang, di dekat kolam renang. Rumah keluarga Antares memang luas dan lebar, termasuk taman belakangnya. Jadi, teman-teman Daniella yang datang berkunjung, bebas berlari-larian di sana.

Sekarang free time, para tamu dipersilakan menikmati hidangan. Tante Karin—bunda Gabriel, dan Om Gavin sudah asyik bercengkrama dengan tamu-tamu yang hadir. Daniella pun sudah ikut bergabung bermain bersama teman-temannya.

Kirana akhirnya mengiyakan ajakan Gabriel untuk duduk di ayunan taman samping sambil menikmati sepiring kue bolu cokelat kesukaannya. Sekarang pukul sepuluh malam. Biasanya, jam segini sudah masuk waktu tidurnya. Tapi untuk kali ini, Kirana rela waktu tidurnya terpotong, bahkan sampai tengah malam sekali pun.

Di atas langit malam, dua remaja itu duduk bersisihan di ayunan. Diam, tidak ada topik apapun. Kirana yang sibuk menikmati bolu cokelat sambil memandangi bintang-bintang. Gabriel yang sibuk menikmati bolu cokelat sambil memikirkan kata-kata yang pas untuk mengucapkan sesuatu pada Kirana.

Terus begitu, sampai kue bolu di piring Gabriel tandas. Gabriel menoleh, menatap gadis di sebelahnya yang asyik menjilati sendok yang penuh dengan cokelat meleleh itu. Beberapa kali ia menjilat bibir pink-nya, membersihkan cokelat yang menempel di sana.

Aih, lucu.

Kirana yang melihat Gabriel tiba-tiba tersenyum sendiri, menoleh dan bertanya dengan polos. "Kenapa senyum?"

"Lucu."

"Apa yang lucu?"

"Lo."

Kirana diam sejenak, sedetik kemudian pipinya memanas. Cepat-cepat Kirana memalingkan wajahnya, menatap lurus ke depan. "Emang."

Gabriel tertawa. Kepalanya menengadah ke atas, menatap bintang-bintang cantik yang bertebaran di langit malam. "Coba tebak, bintang mana yang paling cantik?" tanyanya tanpa menoleh.

Kirana ikut menengadahkan kepalanya, hingga posisi dan gaya mereka berdua kini sama persis. Bola mata cokelat hazel cewek itu bergerak-gerak, meneliti satu persatu bintang yang bertebaran begitu banyak di langit.

"Sama semua, sama-sama cantik."

Kirana dan Gabriel menoleh dengan bersamaan. Tatapan mereka bertemu.

"Menurut gue, ada satu yang paling cantik."

Gabriel tersenyum manis, matanya tetap menatap manik mata Kirana dalam.

"Di sebelah gue."

Sial.

Kenapa Gabriel mendadak menjadi melankolis begini?!

Teluk Alaska [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang