BAB 21
KIRANA menghembuskan napas. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan setelah menyelesaikan sholatnya. Sambil berdiri di depan cermin dan menyisir rambut cokelat bergelombangnya, mata Kirana bergerak menatap kalender yang tergantung di dinding sebelah cermin.
Hari ini tanggal 18, tepat di hari Sabtu. Kirana sudah dua kali melewatkan hari Sabtu tanpa Gabriel. Padahal, hanya hari Sabtu mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Sedangkan hari Minggu, Kirana sengaja memberi Gabriel waktu untuk dunianya sendiri. Entah untuk mengerjakan tugas, hang-out bersama teman-temannya kalau senggang, atau beristirahat sendiri di rumah.
Namun, dua minggu kemarin Gabriel sama sekali tidak mengunjunginya, chat dan telepon pun sangat jarang. Kirana memang tidak keberatan, Kirana mengerti Gabriel sedang berkutat dengan kesibukannya untuk persiapan kelulusannya.
Tapi, kalau Sabtu kali ini Kirana berharap bisa bertemu dengan Gabriel, tidak ada salahnya, kan?
Ting.
Dentingan halus dari ponselnya membuat bola mata Kirana bergerak, menatap layar ponselnya yang menampilkan notifikasi terbaru.
Gabriel:
| ran, udah makan siang?
| bukain pintu, aku depan rumah
| makan di luar yuk?Mata Kirana membulat besar. Tanpa membalas pesannya, Kirana segera menuruni tangga dan membukakan pintu. Senyumnya mengembang saat dilihatnya sosok Gabriel duduk di kursi teras. Kepalanya menunduk, tangannya memainkan ponsel. Saat sadar akan kehadiran Kirana, cowok itu langsung mendongak dan tersenyum manis, menampakkan bolong di kedua pipinya yang selama ini selalu menjadi favorit Kirana.
"Selesai sholat, ya?"
Kirana tersenyum saat Gabriel menyentuh puncak kepalanya dan mengelusnya. "Iya, kok tau? Rambutku berantakan, ya?"
"Nggak," geleng Gabriel. "Tau, dong. Udah masuk waktu sholat, kan? Gak mungkin kan, bidadariku ini telat sholatnya."
Kirana terdiam mendengarnya. Cukup lama, sebelum akhirnya Kirana tersenyum dan berbalik badan, kembali memasuki rumah.
"Tunggu di dalem, El. Aku mau siap-siap."
***
Siang itu di rumah makan padang langganan Gabriel, Kirana menggulir LINE-nya. Sepi. Jam-jam segini, jarang ada pesan yang masuk dari teman-temannya atau pun dari grup kelasnya. Begitu pun dengan isi timeline-nya. Jadi, Kirana menutup aplikasi LINE-nya dan membuka aplikasi Instagram.
Begitu Instagram dibuka, layar ponselnya langsung menampilkan akun Instagram milik Jane. Semalam Kirana memang begadang hanya untuk stalking akun Jane karena cewek itu tiba-tiba mengikutinya duluan. Kegiatan stalking itu berakhir dengan Kirana yang menggigit bibir sambil meringis iri. Jane memiliki paras yang cantik dan postur tubuh yang bagus. Tidak heran jika pengikutnya bisa mencapai ribuan. Di antara teman-teman se-gengnya, Jane-lah yang paling menonjol.
Diam-diam, Kirana membenarkan ucapan Albert kemarin saat di kantin. Memang benar. Kirana yang super-biasa saja itu tidak ada apa-apanya dibanding Jane yang luar biasa. Terlebih lagi, Jane berada di agama yang sama dengan Gabriel.
Itu tidak menutup kemungkinan untuk Gabriel kembali dengan Jane, kan?
"Ran, kamu temenan sama Jane?"
Pertanyaan Gabriel memecahkan lamunan Kirana tentang dirinya dan Jane. Kirana mendongak, kemudian kembali menatap ponselnya—mengikuti arah pandang Gabriel. Rupanya cowok itu tak sengaja mengintip ponsel Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teluk Alaska [Hiatus]
Teen FictionLove Different Religion. Kirana dan Gabriel terjebak di status itu. Saling mengingatkan kewajiban yang berbeda satu sama lain. Saling mendoakan dengan cara yang berbeda satu sama lain. Mungkin memang terdengar sepele. Namun jika ini terjadi pada kal...