BAB 13

1.9K 239 36
                                    


BAB 13

KIRANA uring-uringan di kasurnya, sedangkan mama terus berseru dari lantai bawah menyuruhnya untuk segera turun dan bersiap ke rumah Gabriel. Entahlah, Kirana sendiri bingung dengan sikap mama yang tiba-tiba berubah 180° sejak mengenal Gabriel. Mama yang biasanya selalu membatasi kegiatan Kirana di luar sekolah dan selalu khawatir kalau Kirana main ke rumah teman laki-lakinya, kini malah selalu mengizinkan Kirana untuk pergi keluar bersama Gabriel. Bahkan ke rumah cowok itu.

Kirana melirik lagi jam dindingnya. Jarum jam kini berada di angka sembilan. Seharusnya Kirana sudah berada di rumah Gabriel dari dua jam yang lalu. Tapi selama dua jam itu, Kirana hanya berbaring di kasurnya, tidak berniat membuka ponselnya yang ia yakin sudah dipenuhi oleh notifikasi dari Gabriel.

"Kirana, ayo turun! Gak baik jam segini anak gadis masih ngumpet di kamar. Mandi, sarapan, kata Gabriel kamu mau ke rumahnya?"

Seruan mama kembali terdengar, membuat Kirana menghela napas panjang. Entah sudah keberapa kali mama memanggilnya, bersamaan dengan dentingan halus dari ponselnya yang tak kunjung berhenti.

Kirana akhirnya beranjak, merangkak di kasurnya menuju nakas untuk mengambil ponselnya. Dinyalakannya layar ponselnya, mendapati banyaknya notifikasi dari Gabriel.

6 missed calls and 20 unread messages from Gabriel.

***

Di waktu yang bersamaan, Gabriel di tempatnya gelisah tidak mendapati satu pun kabar dari Kirana.

Bukan apa-apa, Gabriel merasa kasihan karena Daniella yang tiba-tiba tidak mau sarapan hanya karena Kirana belum juga menampakkan batang hidungnya. Sudah sedekat itukah Kirana dan Daniella?

Gabriel sendiri tidak tahu apa yang membuat Daniella sangat menyukai Kirana. Tapi, Gabriel memaklumi karena mungkin Daniella butuh sosok kakak perempuan yang bisa menemaninya bermain dengan barbie-barbie kesayangannya. Sedangkan Gabriel tahu betul kalau Daniella tidak pernah akrab dengan Dea. Mungkin karena Daniella merasa Dea bukan kakak kandungnya.

Dea sendiri merasa asing di rumah ini. Dia satu-satunya yang beragama Islam di sini, jadi untuk tinggal bersama orang-orang yang sangat berbeda dengannya, itu merupakan suatu tantangan besar untuknya. Walaupun mungkin sebenarnya Gabriel dan keluarganya tidak keberatan dengan keberadaan Dea di sini.

Sekali lagi Gabriel melirik layar ponselnya. Masih belum ada balasan dari Kirana. Ia mendesah pelan. Daniella sedari tadi mengurung dirinya di kamar, tidak mau keluar meskipun sudah dibujuk dengan hot chocolate kesukaannya.

"Cupu ah, Tuan rumahnya ternyata lagi galau. Mending nggak ke sini tadi."

Sindiran dari Rendy berhasil membuat Gabriel menoleh, menatap Rendy, Ello dan Desta yang sedang asyik mengacak-ngacak kamarnya. Gabriel mencibir. Sudah datang tanpa diundang, mengacak-ngacak isi kamarnya, protes lagi!

"Mungkin Doi ada urusan kali. Lo belom jadi pacarnya aja udah posesif gitu," kata Ello, membicarakan Kirana.

"Berisik," umpat Gabriel. Ia bangkit dari sofanya, memindahkan gitar dari pangkuannya, kemudian meraih kunci motor. Sekarang jarum jam melewati angka sembilan. Satu-satunya cara terbaik adalah pergi ke rumah Kirana dan menjemput gadis itu ke sini.

"Mau ke mana lo?" tanya Desta.

"Jemput Kirana," jawab Gabriel tanpa menoleh. "Gak tega gue sama Daniella." Setelah berkata itu, Gabriel keluar dari kamarnya.

Di tempatnya, ketiga temannya mencibir. "Karena kepingin ketemu Kirana, itu mah."

***

Kirana menghela napas, tidak berniat membuka pesan-pesan dari Gabriel. Pikirannya melayang, kembali mengingat patung salib yang Kirana temui di tembok kamar Gabriel sebelum ia melangkah pergi dari sana.

Alis Kirana bertaut. Lalu, apa masalahnya? Itu bukan suatu masalah besar untuk Kirana, kan? Tiba-tiba Kirana merasa bersalah karena seolah seperti sedang menghindari Gabriel hanya karena agamanya.

Nggak, kok. Kirana gak lagi menghindari Gabriel. Kirana hanya... entahlah. Ada rasa tak rela terselip di hatinya saat mengetahui Gabriel menganut agama yang berbeda dengannya. Sedangkan keluarganya merupakan orang yang saat taat pada agamanya; Islam. Kalau sudah begitu, tidak ada kesempatan untuk Kirana lagi, kan?

Dan isi dua pesan terbaru dari Gabriel membuat Kirana menggigit bibir.

Gabriel:
Gue di depan rumah lo
Are u ok?
Ella ngambek karena lo gak dateng
Tapi kalo emang lo lagi ada halangan, gapapa.

Lagi-lagi Kirana meringis, mengingat ia telah berjanji kepada Daniella kemarin malam. Ah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana wajah murung Daniella. Apalagi pasti gadis kecil itu sudah menganggap Kirana pembohong karena mengingkari janjinya.

Dan dengan itu, Kirana bersiap dan melesat pergi.

Teluk Alaska [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang