"Zaina...," panggil Nuno pelan.
Zaina yang masih terdiam ketika melihat sebuah meja rias di kamar tersebut lalu menoleh ke Nuno.
"Mmm...itu....", ucapan Nuno terhenti ketika tiba-tiba Bu Tum datang.
"Maaf mas Nuno dan non Zaina, pesanannya sudah datang. Bibi taruh di ruang tamu."
"Eh iya bi, kami akan turun sebentar lagi," jawab Nuno.
Bi Tum pun segera turun. Sementara Zaina kembali memandangi meja rias itu lalu berjalan keluar kamar melewati Nuno yang masih mematung di dekat pintu.
Mereka kini berada di ruang tamu, menikmati pizza dan soft drink yang Nuno pesan secara online tadi.
Zaina lalu membuka suara...
"Rumahnya nyaman banget mas, Zaina suka. Zaina rasa bakal betah tinggal disini nantinya", ucap Zaina sambil mengulas senyum.
Sementara Nuno hanya bisa terdiam, bingung mau menanggapi seperti apa. Semua yang terjadi semenjak kemunculan Zaina adalah diluar dugaannya.
"Oh yah, mas Nuno membeli meja rias itu?"
Nuno bengong, semakin bingung. Apa yang dia takutkan akhirnya keluar juga dari mulut Zaina.
"Mmm...itu, aku pikir suatu saat akan dibutuhkan juga, jadi yah aku beli," jawab Nuno berusaha tenang.
"Tapi itu kan bukan seleranya Zaina?! Dari dulu mas Nuno tahu kalo aku sukanya yang model klasik," Zaina memberenggut manja.
"Ya Allah kenapa jadi tambah rumit begini!", teriak Nuno dalam hati. Padahal meja rias itu bukan buat Zaina. Saat dia membeli pun dia sama sekali tidak mengingat gadis yang ada di dahadapannya kini.
Nuno hanya bisa menggaruk kepalanya sambil cengengesan gak jelas gitu. Zaina malah ikutan bengong melihat tingkah anehnya.
"Waktu istirahat mas sudah lewat Na, aku anterin pulang yah. Mas mau balik ke kantor lagi, gak enak sama pimpinan."
"Baik mas, ayok...!"
Nuno lalu beranjak ke dalam untuk berpamitan ke bi Tum. Namun baru saja dia memasuki ruang tengah tiba-tiba sepasang matanya tertumbuk pada rangkaian bunga berwarna ungu dalam pot berwarna putih yang diletakkan di atas meja kecil di sudut kanan ruangan tersebut.
DEG...!!!
Bunga itu....!!!
Belum juga keterkejutannya hilang, bi Tum tiba-tiba muncul lagi dari dalam dan menangkap ekspresi keheranan dari majikannya.
"Bi, bunga itu...???"
"Oh iya, maaf mas Nuno bibi lupa sampekan kalo tadi nona Winny sempat mampir tadi dan nitip bunga itu."
"Matilah kau Nuno...!!!", umpat Nuno dalam hati.
"Kapan...???", tanya Nuno ragu.
"Tadi saat mas Nuno berada di atas dengan non Zaina."
"Tadinya mau manggilin mas Nuno tapi non Winny cegah. Katanya dia cuman mau ngasih bunga itu terus buru-buru balik lagi karena dapat telepon dari bapak manajernya", jelas bi Tum.
"Baiklah bi, makasih yah. Aku mau balik ke kantor dulu."
Nuno auto lemas dan melangkah gontai mendengar penjelasan bi Tum tadi. Pikirannya mulai berkecamuk. Bagaimana caranya dia menjelaskan semua ini ke Winny.
"Maafkan aku mine...", lirihnya dalam hati.
*****
Winny berusaha menghalau air bening yang sudah terbendung sejak tadi agar tidak jatuh di pipinya. Ada rasa sesak yang menderanya saat mengingat kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangkan Hati
RomanceKisah cinta yang rumit seorang gadis penyiar radio sekaligus sekertaris dengan pria posesif, sementara cinta sang mantan yang belum kelar hadir kembali. Persahabatan, orang ketiga dan mantan terindah menjadi warna warni kehidupannya. Akankah dia men...