Sinar pagi menyeruak masuk menembus kaca jendela kamar yang berukuran 7x5 meter persegi itu. Kain gorden putih tulang telah tersingkap sepenuhnya membuat seseorang yang terbaring lelap di atas tempat tidur empuknya mulai terusik.
Sementara di samping kanannya duduk seorang wanita paruh baya yang sedari tadi tersenyum bahagia memandangi wajah anak semata wayangnya itu.
Pria itu menggeliat perlahan, sepertinya sisa perjalanannya semalam masih membuat tubuhnya menginginkan bergelung dalam selimut lebih lama.
"Mama...", pria itu berusaha bangkit setelah mengucek matanya sebentar dan melihat sosok wanita yang paling disayanginya itu.
"Kamu tuh yah, biasanya habis sholat subuh gak tidur lagi", wanita itu menjawil hidung mancung anaknya. Manja, yah...dia akan selalu memperlakukan anak cowoknya itu dengan manja.
"Capek ma, perjalanan Jakarta-Malang koq sekarang rasanya lama banget yah ma?".
"Ck, itu perasaan kamu ajah. Ayo bangun, mama udah siapin sarapan kesukaan kamu". Wanita itu bangkit lalu menyingkap selimut yang masih melilit sebagian tubuh anak kesayangannya.
"Tapi Nuno masih pengen rebahan Ma...", rajuknya sok manja.
"Nunooooo... bangun sekarang atau sarapannya mama kasih ke Melo...".
"Wah jangan! Enak aja sarapan aku mo dikasih ke meong pemalas itu."
Nuno lalu melompat turun dari tempat tidur membuat mamanya sedikit terkejut melihat kelakuan anaknya itu.
Cupp... "Nuno mandi dulu yah...", Nuno mengecup pipi mamanya kemudian bergegas masuk ke kamar mandi.
Tidak lama pintu kamar mandi terbuka lagi, kepala Nuno menyembul dari balik pintu.
"Maaa...tolong ambilin handuknya dong, lupa tadi...", Nuno memasang muka memelas sambil cengengesan.
"Kebiasaan deh kamu...".
Walau mamanya protes tapi wanita itu tetap beranjak mengambil sebuah handuk putih di lemari dan membawakannya ke pintu kamar mandi.
"Makasih mama sayang..."
"Buruan, mama tunggu di bawah..."
"Siyaaaapppp ibu komandan..."
Wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya lalu beranjak keluar.
Selesai pakaian Nuno terlihat lebih santai sekarang. Semalam setiba di rumah dia tidak menemukan kedua orang tuanya. Papa dan mamanya sedang menghadiri jamuan makan malam dari salah satu relasi bisnis mereka. Dan sepertinya mereka pulang setelah larut malam, dan setelah Nuno terlelap tentunya.
Nuno pun bergegas turun untuk mengisi perutnya yang mulai berbunyi kriuk. Dengan langkah penuh semangat tentu dengan misi yang lainnya juga. Pagi ini dia harus segera membicarakan perihal hubungan seriusnya dengan Winny. Apalagi keberadaannya di Malang hanya untuk 2 hari ke depan.
"Pagi Pa..."
"Hmm...masih ingat pulang juga kamu...", seloroh papa Nuno berusaha jahilin anak semata wayangnya itu.
"Ini juga syukur masih pulang Pa", balas Nuno gak mau kalah.
Dan ajaibnya mereka berdua lalu terkekeh dan hanya disaksikan oleh mama Nuno sambil geleng kepala.
Mama Nuno lalu menaruh beberapa sendok nasi di piring kosong di hadapan Nuno. Seperti biasa, hal ini masih saja dia lakukan setiap kali ada kesempatan makan bersama.
"Cukup, makasih mamaku..."
"Gimana hasil diklatnya Nu?", Mama Nuno mengawal obrolan.
"Alhamdulillah lulus Ma..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangkan Hati
RomanceKisah cinta yang rumit seorang gadis penyiar radio sekaligus sekertaris dengan pria posesif, sementara cinta sang mantan yang belum kelar hadir kembali. Persahabatan, orang ketiga dan mantan terindah menjadi warna warni kehidupannya. Akankah dia men...