"Ehhh...! Maaf...",
Ucap Karen rada kikuk yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar yang terbuka itu. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati melihat kemesraan Winny dan Nuno yang sempat membuat hatinya nyeri.
Winny dan Nuno spontan melepas pelukan mereka dan menoleh ke arah suara.
"Eh, Karen...", ucap Winny dengan perasaan gak enak. Habis terciduk pelukan sama mas Nuno sih.
Tidak lama kemudian....
"Hayooo...kalian ngapain berduaan di sini, belum halal juga...!". Kali ini suara Pak Arie yang tiba-tiba juga muncul dari balik pintu.
Kali ini bukan hanya Winny yang tambah merasa malu, kini Nuno pun merasa kikuk sambil menggaruk tengkuknya.
"Mas Arie koq bisa di sini juga??", tanyanya dengan senyum kecele dan sedikit heran dengan kehadiran Pak Arie yang tiba-tiba.
"Kenapa? Gak suka mas datang?", tanya Pak Arie dengan nada menggoda.
"Bukan gitu mas, habis mas gak bilang kalau mau datang, hehe...", ucap Nuno sambil cengengesan.
Sementara Winny masih mematung di tempatnya berusaha menetralkan perasaan groginya.
"Kalo gitu ayo kita turun, kebetulan tadi mas beli makan siang buat kita."
"Wah pas banget neh lagi lapar mas," ucap Nuno sambil melirik sekilas ke arah Winny yang hanya bisa mesem-mesem.
"Untung juga tadi mas telepon Karen nanyain alamat pastinya dimana, soalnya mas telepon kamunya gak diangkat, taunya lagi pacaran," sindir Pak Arie yang membuat Winny dan Nuno kembali tersenyum kikuk.
"Hapenya lagi dicharge juga mas di bawah makanya gak kedengaran," bela Nuno.
"Ya udah yuk Karen kita turun," ucap Pak Arie ke Karen yang hanya beridiri mematung di depan pintu.
Namun baru saja Pak Arie ingin melangkah keluar tiba-tiba dia berbalik lagi.
"Oh yah Nu, kamu masih ingat kan sama Karen?", tanya Pak Arie sambil menoleh ke Karen. Sementara Karen malah jadi sedikit gugup dengan pertanyaan Pak Arie barusan.
"Iya kan Karen karyawan mas di hotel. Lagian dia sohiban sama Winny juga," jawab Nuno santai.
"Maksud mas bukan itu Nuno..."
Nuno hanya bengong gak tahu apa maksud dari Pak Arie berkata demikian.
"Masa sih kamu sama sekali gak ingat Karen??", tanya Pak Arie lagi untuk memastikan.
"Hmm...", gumam Nuno sambil berusaha mereka-reka apa maksud Pak Arie barusan.
Nuno pun beralih memperhatikan Karen dan berusaha mengingat-ingat sesuatu.
"Masih belum ingat juga??!! Ck, perasaan kalian pernah bertemu beberapa kali deh waktu di Malang", ucap Pak Arie lagi berusaha mengingatkan.
Nuno masih saja bingung, namun tidak dia pungkiri kalau saat pertama kali melihat Karen di lift hotel beberapa waktu lalu dia memang merasa pernah lihat tapi dia lupa dimana.
"Nuno Nuno...Karen ini kan adiknya bang Rizal, sohibnya mas Dwi dan mas Arie waktu kuliah di Malang," jelas Pak Arie dengan suara gregetan melihat tingkah pelupa Nuno.
Nuno kemudian beralih lagi memperhatikan wajah Karen dengan seksama. Karen yang diperhatikan seperti itu merasa risih.
"Ahh...iyah mas, sekarang Nuno mulai ingat," ucap Nuno antusias.
"Karen kan adik kecilnya bang Rizal... Ya Allah Ren, kamu juga kenapa gak bilang sih dari awal?".
"Ehh...ma maaf mas, awalnya sih mau menyapa tapi sepertinya mas Nuno sama sekali gak ingat saya jadi yah saya diam-diam bae," ucap Karen sambil cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangkan Hati
RomansKisah cinta yang rumit seorang gadis penyiar radio sekaligus sekertaris dengan pria posesif, sementara cinta sang mantan yang belum kelar hadir kembali. Persahabatan, orang ketiga dan mantan terindah menjadi warna warni kehidupannya. Akankah dia men...