Nuno senyum-senyum sendiri memandangi foto balasan yang Winny kirimkan untuknya. Rasanya ingin sekali dia segera pulang dan menemui gadis itu secara langsung.
Saat ini dia masih harus menyelesaikan dinasnya yang masih tersisa 2 hari. Dia berharap semua bisa selesai secepatnya dan segera pulang.
Pak Bram yang melihatnya sedari tadi melototi layar ponselnya dengan senyum penuh arti, lalu berniat untuk menggodanya.
"Siapa tuh...dari tadi berasa dunia milik sendiri...", sindir Pak Bram sambil mencoba melihat ke layar ponsel milik Nuno.
Nuno dan Pak Bram memang cukup dekat, bahkan mereka sudah saling kenal sebelum Nuno dimutasi. Mereka pernah beberapa kali bertemu sebelumnya di tempat diklat.
Dan kini mereka jadi akrab setelah ditugaskan di kantor yang sama. Nuno bahkan sering curhat dengan Pak Bram yang dia panggil dengan sebutan mas.
"Aihh mas mau tau ajah..." Nuno berusaha menutup layar ponselnya.
"Gebetan baru Nu?" Tanyanya penasaran, karena dia sempat melihat sekilas foto Winny tadi.
"Eh gak koq mas...temen ajah..." Nuno gugup berusaha mengelak.
"Temen? Yakin??? Kenapa bisa sampai senyum-senyum sendiri gitu kalau hanya temen...", godanya lagi.
Nuno hanya bisa mesem-mesem sambil kembali melihat layar ponselnya.
"Koq kayak pernah liat???" Sambil mengerutkan keningnya, Pak Bram berusaha mengingat sesuatu.
"Ah...benar, gadis itu. Yang di radio tempo hari", ucapnya sambil mengacungkan telunjuknya seakan yakin dengan tebakannya.
Nuno sempat terlihat gelagapan mendengar ucapan Pak Bram barusan.
"Benar kan...???" Todong Pak Bram lagi.
"Ehh...eng itu..." Nuno seakan tidak bisa mengelak lagi. Dia lalu menggaruk tengkuknya sambil tersenyum malu.
"Koq bisa? Sejak kapan???" Pak Bram ternyata mahluk yang tingkat kekepoannya lumayan tinggi.
"Itu ...mmm...baru juga kenal mas".
"Pantesan akhir-akhir ini tuh muka cerah terus. Trus itu jerawat di jidad juga tiba-tiba nongol dan betah di situ". Ucap Pak Bram sambil menunjuk jerawat yang nongkrong cantik di dahinya Nuno.
"Eh... hubungannya apa coba mas...???"
"Yah adalah pasti... Eh trus si ukhti sholehah kamu apa kabarnya? Memangnya kamu sudah gak berjuang lagi???" Mas Bram menatap Nuno dengan penuh selidik.
Sementara Nuno hanya bisa terdiam mendengar ucapan mas Bram barusan. Dia kemudian menghembuskan nafasnya berat lalu meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidurnya.
Nuno mengusap wajahnya lalu balik menatap mas Bram.
"Entahlah mas. Abu-abu, alias gaje...gak jelas..." Nuno berusaha tersenyum walau terlihat kecut.
"Hmm, gitu yah..." Pak Bram sambil manggut-manggut.
"Ya udah tidur gih, besok kita lanjut lagi, supaya cepat kelar dan kita segera pulang. Aku tahu betul kalau kamu sudah mulai sulit berkonsentrasi sejak kemarin". Mas Bram lalu menarik selimutnya dengan senyum mengejek.
Namun dia tahu bahwa saat ini Nuno sedang galau karena perkataannya barusan. Dia hanya tidak ingin terlalu jauh mencampuri urusan anak muda di seberangnya itu.
Nuno hanya bisa mengangguk pelan dan mencoba merebahkan tubuh letihnya.
Hari ini mereka begitu sibuk, sampai untuk mengirim pesan ke Winny ataupun sekedar request lagu di radio tidak sempat dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangkan Hati
RomantizmKisah cinta yang rumit seorang gadis penyiar radio sekaligus sekertaris dengan pria posesif, sementara cinta sang mantan yang belum kelar hadir kembali. Persahabatan, orang ketiga dan mantan terindah menjadi warna warni kehidupannya. Akankah dia men...