Bagian 1

9.5K 331 4
                                    

Di umur ke- 25 tahun, sebagian orang menganggap umur yang rawan bagi wanita yang belum menikah. Bahkan bisa di cap sebagai perawan tua.

Begitulah nasibku sekarang, dengan wajah yang tidak cantik - cantik amat ini, hubungan percintaanku tidak pernah berjalan mulus.
Dulu sewaktu sekolah, aku pernah mengagumi kakak kelas OSIS. Dan demi mendekati dia, aku sampai ikuti berbagai macam kegiatan OSIS, dan akhirnya....
Perjuanganku sungguh sia - sia, kakak kelasku itu malah berpacaran dengan orang lain. Itu adalah patah hati pertamaku.

Yang kedua, awal masuk kuliah lagi-lagi aku kepincut kating (kakak tingkat). Dan aku berhasil dekat dengannya. Tapi hanya bertahan sebulan, karena ternyata katingku itu seorang gay. Aku mengetahuinya secara tidak sengaja setelah melihat isi chat di ponselnya yang membuatku eneg.
Langsung ku putuskan dia detik itu juga.

Di tahun ketiga kuliah, aku mengenal Eros. Dia tipe cowok yang rajin dan pintar.
Kami berpacaran selama lima tahun, sampai aku lulus dan bekerja sekarang.
Rencana pernikahan sudah di bicarakan. Tapi ternyata harus gagal lagi.

Kenapa bisa gagal?
Itu karena Eros ternyata selingkuh, dan dia selingkuh dengan sahabatku sendiri. Ups. Mantan sahabat maksudku.
Saat ini teman-teman kantorku sedang menatapku iba, karena sejak pagi aku tidak bersemangat. Mereka tahu kalau aku baru saja putus dengan Eros. Laki-laki yang selama ini aku puja di depan mereka.
Malu dan sakit rasanya.

"Le.. sabar ya." Ajeng. Teman dekatku di kantor  berusaha menyemangatiku.

"Iya Le, sabar. Pasti lo dapat ganti yang lebih baik lagi." Kali ini si Bambang yang bicara. Seorang pria berperawakan besar mirip Giant dalam tokoh kartun Doraemon.

Aku mendelik padanya. Nggak semudah itu Bambang! Dia sih bisa bicara begitu karena tidak pernah merasakan sakitnya cinta.
Jangankan sakit, manisnya saja nggak pernah dia rasakan.

"Jadi.. rencana lo gimana Le?" Ajeng kembali bicara.

"Rencana gue.. mungkin sibuk bekerja aja terus. Sampai tiba waktunya berhenti dan dapat pesangon." Jawabku pelan. Pasrah!

Ajeng langsung menatapku ngeri, begitu juga Bambang.
"Jangan Leony.. Lo harus semangat. Nih ya kalau perlu lo balas deh tuh perlakuan dua sompret itu."

"Wis aku rapopo. Masih banyak ikan-ikan di ladang."

Walaupun dalam hatiku kesal. Tapi buat apa menangisi manusia kampret satu itu. Yang buat aku khawatir sekarang, bagaimana cara menjelaskan ke mama. Dia selalu ingin aku cepat menikah, karena aku anak perempuan pertamanya. Kalau tahu aku putus dengan Eros, dia pasti akan marah-marah tujuh hari tujuh malam.
Kadang aku kesal, kenapa sih harus cepat menikah?
Lihatkan! artis-artis saja di umur kepala tiga banyak yang belum menikah.

"Gini aja Le, gue dapat undangan kopdar di cafe. Ikut gue yuk. Siapa tahu ketemu sama cowok oke." Ajeng menyodorkan undangan kecil padaku.

"Komunitas apaan nih?" Aku membaca bagian depan undangan itu. Keren juga. Mau kopdar saja pakai undangan segala.

Bukan rahasia lagi kalau Ajeng itu seorang ratu sosmed. Banyak komunitas yang ia ikuti. Mataku mengernyit membacanya.
'komunitas pencari jodoh'

What?

"Sejak kapan lo ikut komunitas ini?

Bukannya menjawab, Ajeng malah tertawa.
"Sudah ikut saja. Ini tuh bukan komunitas abal-abal. Yang dapat undangan ini tuh masuk high quality. Gue kenal Wisnu juga kan dari situ. Hehe."

Aku hanya melongo, bingung harus jawab apa. Ajeng memang sudah tunangan dengan Wisnu pacarnya. Dan dalam beberapa bulan ia akan menikah. Tapi aku tidak menyangka dia kenal dengan Wisnu lewat komunitas seperti ini.

"Gue mau ikut dong, Jeng." Bambang menyela dengan pandangan memohon.

"Nggak bisa. Ini tuh terbatas. Harus yang punya undangan. Karena Wisnu nggak bisa datang besok, jadi gue kasih undangannya ke Leony aja." Jawab Ajeng tegas. Tentu saja itu membuat Bambang ngambek. Dia langsung ngedumel dan pergi meninggalkan kami berdua.

Hemm. Sepertinya boleh di coba.
Lihat saja Eros! Kalau kamu pikir aku terpuruk karena putus dengan kamu. Salah besar.
Haha.
Aku akan memulai hidup yang seru mulai hari ini. Menemukan pria yang lebih segalanya dari kamu.
Lalu setelah itu menikah, dan punya anak yang lucu dan mirip denganku.
Lima tahun yang aku sia-siakan bersama Eros akan aku bayar mulai sekarang.

*******
Minggu sore,

Aku berdandan secantik mungkin saat ini, tidak berapa lama Ajeng menjemputku.
Mama keheranan melihatku pergi hanya berdua dengan Ajeng. Yang dia tahu, biasanya di hari Minggu aku jalan berdua dengan Eros.
Karena hanya hari Minggu kami bisa bertemu, setelah Eros naik jabatan, dia semakin sibuk sekali. Aku juga heran, saking sibuknya dia kok sempat untuk selingkuh.

Sampai di sana, sudah ada beberapa orang yang datang. Mereka rata-rata berusia matang, ada juga yang masih muda tapi sudah punya pasangan di sana.
Ajeng memperkenalkanku pada mereka.
Mataku sibuk menyeleksi, ah entah kenapa tidak ada yang sreg. Mereka semua bukan tipeku. Masih jauh dengan Eros. Aku harus mendapatkan yang lebih dari Eros kan.. untuk pembuktian diri.

Tapi aku tidak menyesal ikut datang bersama Ajeng ke tempat ini, bisa melupakan sejenak kesedihanku. Selera humor mereka boleh juga, dan sangat supel untuk menyambut orang baru sepertiku.

"Sori terlambat.. macet banget."

Seseorang datang dan berdiri di belakangku. Aku ikut menoleh bersama yang lain.
Cowok itu bertubuh bagus dan tinggi. Dengan rambut cepak dan hidung yang mancung seperti artis India.
Perfect!

Ajeng menyenggolku dengan sikutnya, membuatku kembali ke alam nyata.
Cowok itu menyalami kami satu persatu. Saat bersalaman denganku, dia tersenyum manis menampilkan deretan giginya yang rapi.
Ah kalau begini sih, Eros lewat jauh...!!

Aku berbisik kepada Ajeng, untuk mengajaknya ke toilet bersama. Ada yang mau ku tanyakan langsung padanya.

"Jadi? Lo tertarik sama Farrel ya." Kata Ajeng, sambil mencuci tangannya di wastafel toilet cafe itu.

"Kalau fisik sih oke. Di atas Eros lah.. makanya gue mau tanya, kerjaan dia apa?"

Ajeng terlihat sedang berpikir. Wajah cantiknya mengerut.
"Gue nggak tahu juga sih. Tapi setau gue yang dapat undangan itu pasti punya pekerjaan tetap, atau minimal mapan dan siap menikah. Farrel itu agak misterius. Nanti gue tanya Wisnu deh."

Kami kembali ke tempat berkumpul setelah setelah selesai bergosip singkat tadi.
Ku lihat cowok bernama Farrel itu sedang serius berbincang dengan pria di hadapannya.
Dia menoleh ketika aku datang, lalu tersenyum manis padaku.

"Halo kamu temannya Ajeng?" Sapanya ramah.
"Kenalin aku Farrel."

Sudah tahu! Kan tadi aku bergosip tentang kamu di toilet.

"Iya. Aku Leony."

Setelah itu aku ikut berbincang bersama mereka. Ku pikir komunitas pencari jodoh itu hanya sekumpulan orang-orang jomblo yang tidak punya kerjaan. Ternyata aku salah, ada juga yang berkelas seperti ini. Obrolan mereka pun seru bukan hanya melulu tentang jodoh.
Aku harus berterima kasih pada Ajeng nanti.

Target terkunci. Misi keduaku kali ini mencari tahu siapa itu Farrel. Ku lihat dia juga sepertinya tertarik padaku.
Bagaimana aku bisa tahu?
Biarpun begini aku pakar dalam membaca gerak gerik tubuh seseorang. Beberapa kali aku memergoki Farrel yang diam-diam melirik ke arahku.
Tunggu saja mama. Walaupun bukan Eros, aku akan mendapatkan pengganti yang high quality.

*******"

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang