🍀
Akhirnya.. setelah pergulatan batin yang aku rasakan. Hari ini aku berencana menemuinya di climbing indoor yang terletak di mall ibukota. Mataku yang tajam ini berusaha menemukan Farrel di antara banyaknya orang di sana.Ah itu dia! Mudah sekali menemukan Farrel, dia paling tinggi dan tampan di sana.
Farrel terlihat sedang di kerumuni oleh para remaja, sepertinya info dari Ajeng benar, kalau dia pendiri komunitas ini.Aku berjalan pelan dan duduk tidak jauh darinya, tidak ingin mengganggu aktivitas Farrel yang kelihatannya sedang sibuk di sana.
Tapi tunggu.. apa-apaan itu!
Cewek centil di sebelah Farrel terlihat bergelayut manja padanya. Bahkan meminta di pasangkan pengaman oleh Farrel.Ini tidak bisa di biarkan, aku mengambil ponsel dari tasku, dan menghubunginya saat itu juga. Tapi tidak tersambung. Apa dia tidak membawa ponselnya ya?
Ah Leony bodoh. Kalau mau climbing kan handphone di titipkan dulu.Dengan langkah cepat seperti mau ambil gaji yang akan cepat habis, aku mendekat ke arah mereka. Ini harus segera di selesaikan. Agar hidupku kembali tentram dan damai seperti sedia kala. Kalau memang Farrel sudah tidak mau denganku lagi. Ya sudahlah... nasib jadi jomblowati lagi. No man no cry, begitu kalau kata bahasa Inggrisnya.
Beberapa remaja itu mulai melihat ke arahku, mungkin heran ada mba-mba cantik pakai baju kantoran yang nyasar di tempat ini. Tapi Farrel tidak menoleh juga, masih sibuk dengan cewek ganjen yang rambutnya di cat warna karatan itu.
"Farrel."
Yang ku panggil langsung menoleh, dia terlihat terkejut. Sial! Lagi terkejut saja ganteng nih brondong.
"Leony?"
Aku tak menjawab, masih menatapnya lurus. Tidak peduli mereka berbisik-bisik heran, melihatku yang datang tiba-tiba di tengah mereka.
"Ah maaf sebentar ya.. kalian latihan sama yang lain dulu. Saya ada urusan." Farrel kembali bicara pada para remaja itu. Kekecewaan terlihat jelas di mata mereka. Bahkan ada yang terang-terangan menatap sinis ke arahku, seolah aku telah mengganggu kesenangan mereka.
"Ayo. Kita bicara di tempat lain." Farrel menarik tanganku, cewek berambut karatan itu melotot kaget melihat Farrel menggenggam tanganku saat ini.
Aku tersenyum puas. Akhirnya jari-jariku yang sudah berdebu seminggu ini, bisa merasakan kembali pori-pori dari kulit seorang pria. Haha.Farrel menghentikan langkahnya ketika sampai di parkiran basement. Dimana tidak ada pengunjung di sana. Ya jelas lah, siapa juga yang mau diam di sini. Engap, bro!
"Jadi.. ada yang mau kamu omongin sampai datang ke sini?" tanya Farrel. Kali ini dia tidak menatapku.
"Kenapa nggak ke rumah?"
"Itu mau kamu kan?" Farrel masih tidak menatapku. Dia pasti marah.
"Kalau itu bukan mau aku gimana?"
Akhirnya, Farrel mengalihkan pandangannya. Dia kini menatapku lurus .
"Kamu serius?""Dua rius malah." sahutku santai. Sebenarnya hati ini nggak santai. Gelisah dan berdebar saja sedari tadi. Tapi aku berusaha tetap cool. Malu sama umur.
"Aku minta maaf. Sikapku selama ini salah. Kalau kamu belum berubah pikiran, kita balikan lagi yah." ucapku. Syukurlah lancar. Aku sudah melatih ucapan ini beberapa kali sebelum datang ke sini tadi.
Farrel mengerjapkan matanya, seperti tak percaya dengan ucapanku barusan. Tidak berapa lama dia tersenyum lebar. Senyum yang aku rindukan beberapa hari ini.
"Makasih yah.." Farrel memelukku tiba-tiba.
"Kita nikah yuk."Waduh. Mulai lagi deh nih anak koslet.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brownis (END)
عاطفيةYap target terkunci. Pertemuan pertamaku dengan seorang cowok keren di komunitas pencari jodoh, membuatku tertarik. Apalagi aku baru saja patah hati karena di campakkan oleh pacar yang selama ini menemaniku selama 5 tahun. Cowok itu Farrel. Dia sa...