Honeymoon

4.9K 248 7
                                    

Permasalahan Pak Gio akhirnya selesai. Farrelku yang tampan dan ternyata juga pintar berhasil menemukan bukti-bukti. Walaupun aku harus rela setiap malam di anggurin, karena dia lembur sampai di rumah.

Pak Gio akhirnya di proses, dia harus mengembalikan sejumlah uang yang sangat banyak itu dalam waktu satu bulan. Kalau tidak, dia akan masuk ke penjara. Hii membayangkannya saja aku sudah ngeri. Ternyata selama ini kita sudah tertipu oleh tampang ganteng dan ramah Pak Gio. Dia bagaikan serigala berbulu domba. Pantas saja gaji satpam, dan petugas kebersihan banyak yang macet sewaktu dia masih jadi atasan.

Dan hari ini, dengan sifat yang tidak tahu malu, Zeva datang. Dia mengeluarkan air mata buayanya untuk mencari simpati Mami Marsha.

"Tante... bujuk Farrel dong. Gio itu orang baik, Tan. Kalau dia di tangkap gimana Zeva mau menikah."

"Huhuhu..." Zeva menangis sesenggukan yang aku yakin hanya akting. Karena aku sempat melihat dia meneteskan obat mata ketika memeluk Mami Marsha. Cih, rasanya seperti melihat tokoh antagonis sinetron.

Mami Marsha mengusap punggung Zeva, sambil melirik ke arahku yang sedang duduk anteng sambil mengunyah popcorn. Anggap saja lagi nonton pertunjukan live.

"Sabar ya Zeva... Tapi tante gak bisa berbuat apa-apa. Itu semua keputusan Farrel dan papinya."

Zeva melepaskan pelukannya pada Mami Marsha, dia mengusap air mata dengan punggung tangannya.

"Tante, ini pasti gara-gara cewek itu." ucap Zeva sinis.

Kok aku? apa hubungannya? ku taruh popcorn di atas meja. Lalu menarik napas sebelum mengucapkan kata-kata mutiara untuk Zeva...

"Heh Zeva! kok jadi nyalahin orang? Ini tuh salah Pak Gio sendiri. Dia yang udah korupsi. Lagian harusnya kamu mikir dong. Masa orang salah mau di belain."

Zeva mengkerut melihatku marah-marah sambil melotot padanya. Walau di depan Mami mertua sekalipun, aku tidak peduli. Lagipula apa hak dia memohon sama Mami Marsha. Anak bukan, saudara bukan, menantu apalagi.

"Sudah, sekarang kamu pulang aja deh Zeva. Benar tuh kata Leony. Harusnya kamu jangan bela si Gio itu. Tante sayang sama kamu, karena kamu adalah sahabatnya almarhumah Rita. Tapi tetap aja tante gak bisa kalau harus bela tunangan kamu."

Zeva terdiam, dia kemudian bangkit dari duduknya. Menghapus sisa-sisa air mata di kedua pipinya yang mulus bagai porselen.

"Baik. Kalau begitu Zeva pergi sekarang. Makasih atas waktunya tante" Zeva melangkah keluar begitu saja, dengan dagu yang terangkat.
Sombongnya... dia bahkan pergi tanpa mengucapkan salam.

Benar-benar deh nih cewek. Udah kayak jailangkung. Datang gak di jemput, pulang gak di antar.

"Le, kamu gak usah ambil hati omongan si Zeva tadi ya." Mami Marsha mendekatiku.

"Yes Mami. Tenang aja. Leony paham kok."

Mami Marsha tersenyum, lalu kembali bertanya.
"Eh iya, gimana persiapannya buat besok? udah selesai?"

Aku tahu maksud pembicaraan Mami Marsha apa. Sebelum Zeva datang tadi, kami memang sedang mengobrol berdua, membicarakan persiapan untuk besok.
Karena besok adalah jadwal keberangkatan ke Lombok untuk bulan madu atau honeymoon dalam bahasa kerennya.

Hari ini Farrel sedang ke kantor untuk mengurus jadwal cutinya. Dan Mami Marsha mulai memberikan berbagai macam wejangan padaku.

"Nih Le, botol ini isinya ramuan. Mami racik sendiri. Ini resep turun temurun dari keluarga Mami biar keset dan tokcer." Mami Marsha memberikan botol plastik tupiwar ukuran 500 mili padaku.

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang