PART 8

4.2K 293 2
                                    

Sepulang dari kantor, seperti biasa Farrel menjemputku dengan motor ninja merah kesayangannya. Karena aku sedang kesal, jadi aku mengajaknya untuk jalan-jalan terlebih dahulu sebelum pulang. Dan di sinilah kami sekarang, sedang dinner romantis di pinggir jalan, makan kerang rebus dengan segelas es kopi segar ala ala cafe gitu deh....
Sambil di temani dengan music live dari para pengamen jalanan yang suaranya syahdu. Ahaiii.

Sebenarnya bukannya Farrel tidak mampu mengajakku makan di tempat mewah, hanya saja aku lebih suka makan di pinggir jalan seperti ini. Menikmati suasana malam yang ramai dan.

"Beb, benar nggak apa-apa makan di sini?" Farrel meringis menatapku.

Aduh ini anak sultan pasti nggak biasa deh makan lesehan di tempat kayak begini.

"Sudah nggak apa, sini duduk. Tuh lihat di sana ada pertunjukan."

Aku menunjuk ke arah dua orang banci atau di sebut juga waria yang sedang mengamen tidak jauh dari tempat kami duduk. Farrel langsung syok melihatnya.
Haha. Aku ingin tertawa melihat ekspresi wajahnya saat ini. Duh polos benar nih anak. Perlu di ajarkan bagaimana menjalani kerasnya hidup.
Tidak berapa lama dua orang waria itu mendekat, dan mulai bernyanyi dengan suaranya yang ngebass, satu orang yang bertugas berjoget mulai mengedipkan matanya pada Farrel.

"Ku tak mau, cintaku di kocok-kocok, auww. Ku tak ingin sayangku di kocok-kocok. Seperti arisan menunggu giliran, aduh aduh mana tahan." Waria itu bernyanyi dengan semangat, sampai tank topnya melorot sebelah.

"Halo ganteng..." sambungnya di sela-sela nyanyian.

Farrel langsung mengkerut dan bersembunyi di belakang tubuhku. Walaupun itu sebenarnya percuma, karena tubuhku yang kecil. Lalu ia segera menyerahkan uang selembar berwarna hijau padaku, agar aku memberikan uang itu pada dua waria yang mulai bergoyang heboh.

"Nih bang, kembali!" aku menyerahkan uang itu pada salah satu dari mereka.

Waria yang memakai pakaian tank top itu mencibir, bibirnya yang menor oleh lipstik warna pink ngejreng, manyun ke depan tiga senti.

"Pelit banget sih, ngasih uang kok pake kembali segala. Eh bang ganteng, jangan cari pacar kayak begini. Medit bin pelit. Mendingan sama eyke." Ucapnya, lalu mentowel bahu Farrel.

Rasanya aku ingin tertawa keras sekali melihat wajah Farrel yang tegang dan memerah. Bahkan sampai kedua waria itu pergi, Farrel masih berwajah tegang, tidak mau bicara. Jangan-jangan dia kena sawan.

"Kamu jahat banget, Le. Ketawain aku." keluh Farrel setelah beberapa lama diam.

"Hehe. Ya maaf. Habis lucu sih. Tapi makasih ya aku jadi terhibur deh. Moodku sudah membaik."

Terkesan jahat memang, melihat pacar sendiri menderita, aku malah tertawa senang.

Farrel mengernyitkan keningnya, "Emang ada apa di kantor tadi?"

Aku terdiam sebentar, menimbang apakah harus cerita atau tidak tentang kedatangan Erros tadi ke kantorku. Akhirnya aku memutuskan untuk cerita padanya, tidak ingin ada kebohongan dalam hubunganku dengan Farrel.

Farrel mulai menyantap kerang rebus rasa balado pedas yang ku pesan tadi, sambil terus mendengarkanku bercerita. Ekspresinya berubah ketika ceritaku sampai pada saat aku menyiram Eros dengan es jeruk.
Dia tertawa terbahak-bahak saat itu juga.

"Pintar kamu, beb."

Aku tersipu malu-malu karena di puji pintar olehnya.

"Hemm.. apa aku ngelamar magang di kantor kamu aja ya beb."

"Hah? magang?"

Farrell mengangguk. "Iya, aku kan kuliah jurusan bisnis, jadi ada program magang. Kalau di kantor papi bisa aja sih, tapi kan aku mau usaha sendiri."

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang