Setelah acara selesai, Ajeng membuat rencana agar aku bisa pulang bersama Farrel.
Ternyata Farrel tidak membawa mobil seperti yang lainnya, dia mengendarai motor ninja berwarna merah.
Tapi aku tidak masalah, justru ini poin plus buat dia. Karena Eros tidak bisa naik motor.
Cowok cupu macam Eros, jangankan mengendarai motor, di bonceng saja dia sudah ketakutan.Farrel mengantarkanku sampai rumah, dia juga meminta nomor handphoneku.
Yes. Sepertinya pendekatanku berhasil. Ternyata pesona seorang Leony masih belum redup.
Aku senyum-senyum sendiri masuk ke dalam rumah, sampai tidak sadar kalau mama sudah menungguku dengan berkacak pinggang."Leony Rosalinda!!"
Langkahku langsung terhenti. Mampus deh!
Kalau mama sudah memanggil nama lengkapku seperti itu, pasti dia mau melancarkan aksi marah-marahnya padaku.
Pasalnya, aku paling tidak suka jika nama lengkapku di sebut.
Rosalinda? Ya ampun, saking ngefansnya dengan film telenovela itu, mamaku sampai menyematkan nama itu untukku. Saat SD aku sampai di bully habis-habisan karena nama itu."Leony. Cepat jelaskan ke mama!"
"Jelasin apa sih ma?" Aku tidak mengerti dimna letak kesalahanku.
"Tadi mama ketemu sama Eros, sewaktu mama mau ke pasar. Kata dia, kalian sudah putus?"
Dasar Eros geblek. Tukang mengadu! Padahal aku sudah punya rencana, untuk mendapatkan pengganti Eros, baru setelah itu bilang jujur ke mamaku.
"Oh itu. Iya aku putus. Kenapa sih repot banget."
Mama semakin melotot menatapku.
"Leony..!! Kenapa bisa putus sih. Kamu ingat umur dong. Sekarang kamu malah kelayapan nggak jelas. Terus siapa tuh tadi yang nganterin kamu pulang. Aduh.. kamu bukan ABG lagi, Leee..."Rasanya kepalaku pusing sekali mendengar perkataan mama yang meluncur bebas hambatan seperti jalan tol. Seandainya saja mama tahu...
"Ada apa sih ini ribut-ribut." Papaku keluar dari kamar. Ah selamat. Aku segera berlari berlindung di belakang papa
"Ini loh pa, Leony putus sama si Eros." Sahut mama. Masih dengan nada kesal.
"Papa.. kita putus tuh bukan salah aku. Salahnya Eros. Dia selingkuh." Aku segera menyela, tidak ingin mama terus menyalahkanku.
"Mama tahu Eros selingkuh sama siapa? Sama si Ririn tuh."
Kali ini mama terlihat terkejut mengetahui fakta yang sesungguhnya. Aku yakin pasti Eros tidak bercerita tentang ini. Kalau dia cerita, pasti sudah di jadikan dendeng oleh mamaku tadi sewaktu mereka bertemu. Terus dendengnya di jual deh ke pasar. Haha. Nggak mungkin, mamaku tidak sekejam itu kok.
"Sama Ririn?" Pekik mama. Wajahnya merah padam semakin kesal.
Aku mengangguk. Ririn adalah teman masa kecilku. Dan rumahnya tidak jauh dari rumahku. Masih satu blok, hanya berjarak tiga rumah saja. Dulu kami sangat dekat, tapi setelah kami bekerja, itu membuat kami sibuk dengan urusan masing-masing.
"Sudahlah ma. Nggak usah marah-marah. Itu namanya tidak jodoh." Papa bicara dengan suaranya yang tenang.
Ah memang papaku pahlawanku. Aku cinta papa!
"Ck. Kamu sih. Pacaran lama sampai lima tahun tapi nggak jadi nikah. Kalau kamu kredit motor sudah lunas tuh." Sungut mamaku. Setelah itu ia ngeloyor pergi sambil terus mengomel.
Sungguh pedas ucapanmu, mah. Siapa sih yang tidak ingin menikah. Aku juga maunya cepat menikah.
"Jangan dengerin mama kamu ya, Le... Dia cuma khawatir sama kamu. Santai saja. Nikmati hidup kamu. Kalau sudah waktunya juga pasti jodoh datang sendiri." Ujar papa. Kata-katanya selalu bisa membuatku tenang.
Aku memeluknya erat. "Makasih papa."
Tanpa sadar air mata yang selama ini aku tahan mengalir begitu saja. Jujur, aku memang sakit hati. Hanya saja aku menahannya, aku tidak ingin orang lain melihatku terpuruk. Tapi Aku juga bersyukur, dengan kejadian ini aku jadi tahu belang Eros sebelum resmi menikah dengannya.Papa mengusap punggungku dengan lembut. Aku jadi ingat, cita-citaku dulu ingin mempunyai suami yang baik seperti papa. Dan sampai sekarang cita-cita itu tidak pernah berubah.
******
Ting.Sebuah pesan masuk ke ponselku, ketika aku baru saja selesai mandi.
Nomor tidak di kenal.[ Hai..]
Aku mengernyit heran, siapa ini?
Kulihat foto di kontak profilnya, hanya ada gambar seekor kucing lucu. Aku mengabaikannya karena tidak mengenal nomor itu.Ting. Ponselku berbunyi lagi.
[ Ini aku, Farrel ]
Waw. Jadi ini cowok tadi. Aku tersenyum sumringah, segera mengetik balasan untuknya.
Tidak menyangka kalau dia secepat itu menghubungiku.Tidak berapa lama Farrel meneleponku, dia bilang ingin mendengar suaraku. Kami bicara sampai larut malam bak orang kasmaran.
Selain itu, kami berdua juga merasa cocok satu sama lain. Sikapnya yang supel dan humoris membuatku tidak canggung untuk ngobrol lama dengannya. Banyak hal yang kita bicarakan, dari mulai hobi, kegiatan sehari - hari, dan pekerjaan.
Farrel bilang, dia mempunyai usaha sendiri yang sedang ditekuninya sekarang.
Hobinya adalah olahraga, besok dia ada jadwal latihan panjat tebing indoor, dan dia mengajakku untuk ikut bersamanya. Tentu saja aku menerima ajakan Farrel. Walaupun aku belum pernah mencoba olahraga itu, tapi yang namanya di ajak pergi sama gebetan, pasti pantang mundur dong.Dalam pikiranku, aku membayangkan ekspresi jelek Eros dan Ririn nanti kalau tahu aku sudah cepat move on dan malah dekat dengan cowok yang jauh lebih tampan dari si sompret itu.
Tunggu saja tanggal mainnya.****

KAMU SEDANG MEMBACA
My Brownis (END)
RomansaYap target terkunci. Pertemuan pertamaku dengan seorang cowok keren di komunitas pencari jodoh, membuatku tertarik. Apalagi aku baru saja patah hati karena di campakkan oleh pacar yang selama ini menemaniku selama 5 tahun. Cowok itu Farrel. Dia sa...