Part 15

3.8K 284 3
                                    

👆👆👆Visual Farrel, si brondong manis dan keyen😁😁😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👆👆👆
Visual Farrel, si brondong manis dan keyen😁😁😍

🌸Tunjukkan aku cara mencintaimu dengan baik dan benar, akan aku tunjukkan pula bagaimana caranya bahagia.🌸

****
Di kantor

Aku memasuki ruangan Pak Gio untuk bicara dengannya perihal masalah kemarin di mall.

"Permisi, Pak. Ini laporan keuangan yang bapak pinta."

Pak Gio hanya melirikku sekilas, lalu kembali fokus dengan laptopnya. Dia benar-benar menyebalkan. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Pokoknya Pak Gio harus minta maaf pada Farrel.

"Kenapa masih di situ?" tanya Pak Gio, akhirnya dia menatapku, setelah sadar kalau aku masih berdiri diam di sana.

"Maaf, Pak. Ini tentang masalah kemarin. Bisa saya bicara sama bapak?"

Lama dia tak menjawab. Hanya tatapannya saja yang tajam. Tapi mulutnya tetap bungkam. Dia pun melirik jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya.
"Sudah jam makan siang. Ayo kita bicara di tempat lain."

"Kalau begitu saya bicara dulu sama Farrel."

Pak Gio menggeser kursinya, lalu berdiri menghampiriku.
"Gak perlu. Kita bicara berdua. Ayo."

"Eh, tapi Pak..."

"Kamu pilih ikut saya, atau kamu dan Farrel saya pecat?" ancamnya padaku.

Aku tidak bisa apa-apa, terpaksa menuruti perintahnya. Ketika Pak Gio keluar dari ruangan, aku mengekor di belakangnya

"Sst, mau kemana?" tanya Ajeng dengan berbisik, begitu kami berpapasan.

"Gue keluar dulu bentar." sahutku cepat, sambil terus melangkah mengejar Pak Gio yang sudah berjalan lebih dulu menuju lift.

Baiklah, aku harus tahu apa alasan Zeva berbohong seperti kemarin. Enak saja! perlakuan dia itu sudah membuat wajah calon suamiku memar. Dan dia juga sudah memfitnah Farrel.

Pak Gio mengajakku makan siang di sebuah cafe yang terletak tidak begitu jauh dari kantor.
Dia menyuruhku memesan makanan apa saja yang ku mau. Kalau dalam kondisi normal, mungkin aku akan senang. Siapa yang tidak mau makan enak dan gratis?
Tapi selera makanku menguap entah kemana, melihat perlakuan Pak Gio yang seenaknya. Dia sudah menyalahgunakan jabatannya.

Dan sekarang, dengan santainya dia melahap makanan di depanku, walaupun aku terus menusuknya dengan tatapan tajam.

"Kamu percaya dengan Farrel?" tanya Pak Gio di sela-sela makannya.

"Tentu. Kami akan menikah." sahutku yakin.

Pak Gio tersenyum miring, "Bagaimana kalau kamu tahu kenyataan yang pahit tentang Farrel?"

Aku hanya memutar bola mataku, jengah dengan omongan berbelit atasanku ini.

"Jadi maksud bapak apa? Zeva gak mengakui gitu? bukannya kemarin Farrel sudah bilang untuk cek cctv? tapi Zeva sendiri kan yang kabur."

Pak Gio meletakkan sendoknya di atas piring, lalu menatapku tajam.

"Zeva itu teman kakak Farrel. Dia juga cinta pertama Farrel."

Jujur saja, aku sangat terkejut mendengar hal itu. Zeva cinta pertama Farrel? kalau begitu Feby siapa? bukannya Feby juga mantan Farrel.
Untuk sekarang, aku tidak ingin terbawa emosi lagi. Pernikahan kami sudah dekat, dan masalah kembali datang. Anggaplah ini ujian, dan aku harus menyelesaikannya dengan kepala dingin.

"Kalau memang benar Zeva cinta pertama Farrel, maaf saya gak peduli Pak. Toh itu masa lalu. Yang saya sayangkan kenapa bapak percaya kalau Farrel ganggu Zeva? bukannya Zeva yang menggoda Farrel?"

"Seperti kamu percaya dengan Farrel, saya juga ingin percaya dengan tunangan saya." sahut Pak Gio, dia menatapku lurus.

"Jadi bapak gak mau minta maaf ke Farrel?"

Bukannya menjawab, Pak Gio malah tersenyum sinis.
"Nggak. Cowok playboy seperti dia pantas dapatkan itu."

Aku benar-benar geram sekali dengan pria ini. Wajah ganteng, tapi sifatnya minta di hujat. Sombong dan angkuh. Dia pikir mentang-mentang bos, jadi seenaknya memukul bawahan?

"Kenapa? kamu kesal? oh atau kamu mau siram saya seperti cowok yang di kantin yang katanya mantan kamu itu?" ucap Pak Gio dengan gayanya yang sengak.

Aku benar-benar marah sekarang. Darahku rasanya mendidih. Dia sendiri tidak ingin Zeva di salahkan, tapi malah mengejek Farrel di depanku.
Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuknya.

🌸🌸🌸
POV FARREL

Sudah jam makan siang, dan aku langsung meluncur cepat ke departemen keuangan, untuk menemui kekasih hati. Leony Rosalinda, yang imut, mungil, cantik, dan tidak sombong.

Sampai di sana, Leony tidak ada di cubicle'nya. Kemana dia?

"Kak Ajeng lihat Leony? tanyaku pada Ajeng yang sedang duduk dengan Bambang.

"Leony tadi pergi sama Pak Gio."

Pak Gio?
Atasan yang brengsek itu?
Dia pasti ingin mempengaruhi Leony. Aku harus menyusulnya.

"Kalian tahu kemana?"

"Tadi sih Leony chat aku, katanya di cafe X. Dia mau chat kamu tapi gak aktif, Rell."

"Oh iya, hp aku low kak. Ya udah, thanks ya. Aku susul Leony dulu."

"Iya, hati-hati. Eh Bang, taruhan yok siapa yang menang Farrel atau Pak Gio." ucap Ajeng, aku hanya mendengarnya sekilas saat pergi meninggalkan mereka.

Pertama masuk ke kantor ini, aku sudah curiga dengan Pak Gio itu. Aku merasa pernah melihatnya entah di mana.
Ternyata dia si cowok brengsek itu. Lihat saja kalau dia berani macam-macam dengan Leony.

Dengan sedikit ngebut, akhirnya aku sampai di cafe X. Dari jauh aku melihat Pak Gio duduk satu meja dengan Leony. Mereka kelihatan sedang bicara serius.

Aku memasuki cafe, dan berjalan mendekati mereka.
Tiba-tiba Leony berdiri, dan dia menyiram wajah Pak Gio dengan segelas minuman.

"Awas!" aku meraih tubuh Leony dan melindunginya ketika Pak Gio berniat membalas perlakuan Leony. Akibatnya, minuman itu mengenai kemejaku.

"Farrel?" Leony mendongak menatapku.

Emosi ku tersulut saat ini, melihat perlakuan kasarnya pada Leony,
"Dasar banci! beraninya sama cewek. Sini lawan gue!"

Dengan penuh amarah, aku melayangkan pukulan ke arah Pak Gio dan tepat mengenai wajahnya. Kemarin memang aku mengalah, karena tidak ingin membuat keributan di depan Leony. Tapi kali ini dia sudah berani bertindak macam-macam dengan Leony, jelas tidak ada ampun lagi.

"Kurang ajar!" Pak Gio balas berteriak, sambil meringis kesakitan.

Dia berniat membalas pukulanku, tapi dia telah salah memilih lawan. Aku pernah mengikuti bela diri silat, tentu saja bukan lawan yang seimbang untuknya. Pak Gio terhuyung ketika aku berhasil menangkis pukulannya.

"Stop Farrel. Kita pergi dari sini." Leony menarik tanganku untuk pergi, dia menggelengkan kepala, berusaha mencegahku memukulnya lagi.

"Mulai sekarang, kalian saya pecat!" seru Pak Gio.

Aku hanya tersenyum sinis padanya. Di pecat?
Aku justru senang Leony tidak bekerja di tempat itu lagi.
Tanpa perlu bekerja pun, aku bisa memenuhi segala kebutuhannya.

"Udah, Rell. Ayo pergi, banyak yang lihat. Malu." kata Leony lagi. Ia menatapku dengan pandangan memohon.

Akhirnya aku menurut ketika Leony kembali menarik tanganku. Beberapa pasang mata kini melihat ke arah kami. Bahkan ada beberapa yang merekam kejadian tadi. Aku tidak peduli. Besok akan ku balas perlakuan Pak Gio itu.

Aku diam karena tidak ingin Leony kena imbasnya, tapi karena dia sudah berani bertindak kasar pada Leony, tidak ada alasan lagi untukku menahan diri.

🌸🌸🌸🌸

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang