Akhirnya... Jam pulang tiba juga.
Besok adalah weekend yang ku nantikan. Rasanya aku ingin bernyanyi saking senangnya.Libur telah tiba
Libur telah tiba
Hatiku gembira, hore...!Eh, benar nggak sih lagunya begitu? Benar saja lah ya.
Sebelum pulang, aku celingukan ke segala penjuru kantor, khawatir bertemu orang yang selama ini aku hindari. Sepertinya aman."Jeng, gue ke toilet dulu ya sebentar." ujarku pada Ajeng. Aku memang berniat nebeng dengan Ajeng sampai rumah.
"Yauda. Gue tunggu di depan ya." sahut Ajeng sekilas, sebelum akhirnya berlalu.
Aku pun masuk ke dalam toilet, untuk menuntaskan hal yang penting di sana. Kemudian setelah kegiatan selesai, tidak lupa merapikan rambut dan touch up bedak yang sudah luntur karena bekerja seharian ini.
Finish.
Sekaranb waktunya untuk keluar, sebelum Ajeng meninggalkanku nanti.Klek.
"Huaaa." pekikku kencang.
Begitu membuka pintu, aku di kagetkan kemunculan Farrel yang kini sedang bersandar di tembok, yang berada depan pintu toilet wanita. Lalu dengan santainya dia menarik tanganku untuk mengikutinya.
Alamak. Ketangkap juga saya!
"Naik!" seru Farrel begitu sampai di depan kantor. Nada bicaranya datar tidak seperti biasanya.
"Aku naik bus aja."
"Naik sekarang atau aku gak akan biarin kamu pulang malam ini!"
Di bentak seperti itu membuat nyaliku ciut. Biar bagaimana pun, aku adalah wanita yang punya rasa dan punya hati. Apalagi sampai di ancam tidak akan di biarkan pulang.
Aku celingukan mencari orang yang bisa di mintai pertolongan. Dan kemana Ajeng? harusnya dia ada di sini kan?
"Percuma. Semuanya sudah pulang. Teman kamu sudah aku suruh cepat pulang semua waktu kamu di toilet." ujar Farrel dengan ekspresi wajah antagonis tapi imut.
"Eh? kok bisa?"
Bukannya tadi Ajeng sudah berjanji untuk menunggu. Dan biasanya Ajeng akan di temani Bambang juga.
"Aku sogok mereka makan gratis selama seminggu." sahut Farrel santai.
APAA??
Dasar teman dusta!
Matre! Teganya mereka menukarku dengan makan gratis."Udah cepat naik deh. Ada banyak yang mau aku omongin. Dan kamu gak bisa kabur lagi sekarang."
Sambil terus mengumpat dalam hati, akhirnya aku pasrah mengikuti apa kata Farrel.
Seperti biasa dia memberikanku jaket untuk menutupi pahaku, karena saat ini aku menggunakan rok."Ck. Udah di bilang jangan pakai rok. Ngeyel banget sih. Lagian kalau pake rok kamu tuh kelihatan pendek." cibir Farrel.
Hemm bagus. Hina saja terus. Entah kenapa, cowok ini jadi jutek bin ketus bicaranya. Apa dia kesal karena selama ini aku cuekin?
Ah bodo amat. Ku ikuti saja dulu maunya sekarang, biar bisa cepat pulang dan bobo cantik di rumah.🌸🌸🌸
Ya... aku memang cepat pulang ke rumah. Tapi bukan rumahku sendiri. Melainkan ke rumah Farrel.
"Ini apa sih, rell? kok ke sini?" protesku padanya begitu motor Farrel berhenti.
"Kamu mau tau kan faktanya. Ya kita bicara di sini. Habis mau di mana? di rumah kamu gak mungkin, nanti kamu malah kabur lagi, ngumpet di kamar ninggalin aku. Di jalan gak enak, banyak yang ganggu ntar. Apa mau di hotel? huh?"
Ingin rasanya aku menghujat dia saat ini juga. Hotel dia bilang?
Minta di keplak nih cowok. Lulus SMA belum lama saja, sudah belagu. Pakai hambur-hambur uang segala, dengan traktir makan temanku seminggu. Mau pamer?
Huh. Sori, Leony bukan cewek matre, hanya cewek yang butuh uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brownis (END)
RomanceYap target terkunci. Pertemuan pertamaku dengan seorang cowok keren di komunitas pencari jodoh, membuatku tertarik. Apalagi aku baru saja patah hati karena di campakkan oleh pacar yang selama ini menemaniku selama 5 tahun. Cowok itu Farrel. Dia sa...