Part 11

3.9K 265 3
                                    

🌸Setelah insiden lamaran kemarin, aku seperti main kucing-kucingan dengan Farrel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌸
Setelah insiden lamaran kemarin, aku seperti main kucing-kucingan dengan Farrel.
Dengan seribu alasan, akhirnya aku berhasil memohon pada Pak Gio agar Farrel di pindahkan ke departemen lain. Tapi sebagai gantinya, pekerjaanku di tambah jadi lebih banyak olehnya.

Dasar bos kejam! tidak berperikemanusiaan.

Saat ini aku sedang berada di kantin, duduk satu meja dengan Pak Gio. Jangan di tanya bagaimana rasanya. Malu, takut, gugup, jadi satu.
Leony bodoh!
Aku terus memaki diriku sendiri di dalam hati.
Bukan tanpa alasan aku bisa duduk di meja ini. Sepuluh menit lalu, Farrel terus mengikutiku menuju kantin, untuk menghindarinya aku sengaja duduk di depan Pak Gio, kebetulan dia duduk sendiri di sana.

Dan itu berhasil, Farrel memang berhenti mengikutiku, tapi dia kini duduk di belakang Pak Gio sambil terus menatap tajam dan memancarkan aura seram.

"Kamu! kenapa duduk di sini?" tanya Pak Gio bingung.

"Maaf, Pak. Refleks."

Astaga! jawaban macam apa itu Leony. Bodoh boleh, tapi jangan bego begini.

Pak Gio menaikkan sebelah alisnya, kemudian ia mengusap tengkuknya sendiri.
"Kok saya merinding ya."

Ya iyalah. Aku tahu penyebabnya, karena di belakang bapak ada Farrel yang sejak tadi melotot kayak mau ajak ribut.

Aku berusaha tersenyum semanis mungkin, agar Pak Gio tidak marah, karena kelancanganku duduk di meja ini tanpa izin.

"Jadi ya pak, saya tuh mau ucapin terima kasih ke bapak. Udah berbaik hati menerima permohonan saya." ucapku pada Pak Gio.

"Kalau gitu traktir saya sekarang."

Hah?
Ini bos kok minta traktir sama anak buah. Nggak kebalik?

Walaupun dengan hati yang tidak ikhlas, akhirnya aku menyetujuinya.
"Ya deh, tapi jangan mahal - mahal ya, Pak. Gaji saya kan gak unlimited."

Pak Gio tertawa kecil mendengar jawabanku tadi.
"Gak lah bercanda. Yauda, karena kamu di sini sekalian temani saya makan. Pesan aja. Nanti saya yang bayar."

"Serius nih pak?" tanyaku tak percaya sekaligus senang. Kebetulan tanggal tua, bisa hemat kalau di traktir pak bos.

"Iya, cepat pesan. Keburu saya berubah pikiran nanti."

"Asyiik. Saya pesan somay ya, Pak."

"Yaa. Terserah." Pak Gio kembali melanjutkan menyantap makanannya, yang tadi sempat tertunda karena kedatanganku.

Setelah memesan somay, aku melirik ke meja tempat Farrel duduk. Dia tertunduk lesu, sambil mengaduk es teh manis yang belum dia sentuh.
Di sampingnya kini duduk, dua orang teman Farrel yang sama-sama magang di kantor ini.

Jujur saja, aku merasa bersalah melihatnya. Tapi aku benar - benar butuh waktu untuk memastikan perasaanku sendiri saat ini.
Maaf Farrel, semoga kamu mengerti.

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang