Part 18

4.2K 289 9
                                    

🌸Pernikahan impian

**
Dulu, aku selalu memimpikan pernikahan romantis dengan konsep outdoor atau pesta kebun.
Sekarang impian itu tercapai, seperti menjadi Cinderella di negeri nyata.

Proses ijab kabul berjalan lancar, Farrel mengucapkannya tanpa kesalahan.
Dan sekarang, aku sudah resmi secara agama dan negara menjadi istri Farrel.

Acara resepsi

Acara resepsi di lakukan di rumah Farrel. Karena halaman rumah Farrel sangat luas, jadi cocok sekali dengan konsep yang ku inginkan. Dengan pelaminan yang terbuat dari akrilik bernuansa floral, memiliki perpaduan warna pastel. Membuat dekorasinya terkesan simpel dan mewah.

Karena kalau di rumahku, ini tidak akan terwujud, halaman rumah hanya cukup untuk arena bermain kelereng si Biboy.

Aku dan Farrel berdiri di pelaminan untuk menyalami para tamu. Dan ini sudah berlangsung selama berjam-jam. Rasanya sangat lelah.
Dari pagi buta, sudah harus bersiap-siap dengan make up yang tebal, memakai kebaya saat ijab. Dan lagi, saat resepsi seperti ini, harus terus tersenyum sampai gigi kering, terlebih menghadapi deretan para mantan Farrel yang datang. Mereka berbaris, seperti mau antri sembako!

Ck.ck.ck
Brondong satu ini benar-benar deh. Dengan memakai setelan tuxedo mahal, dia terlihat sangat keren. Para mantan yang datang pun, seperti tidak rela dia bersanding denganku. Mereka curi-curi kesempatan untuk bersalaman dengan Farrel. Kalau saja aku tidak jaga image, sudah ku smack down mereka. Apalagi Feby, duh kecentilan anak itu tidak juga hilang. Pakai ajak selfie berdua dengan Farrel.

Gaun yang dia pakai pun tidak kalah heboh dengan pengantin.
Mungkin dia berpikir nanti ada insiden pengantin yang tertukar, kalau dia datang dengan penampilan seperti itu.

"Awas jangan macam-macam." bisikku pada Farrel, ketika Feby naik ke pelaminan sambil senyum-senyum sok imut.

"Ya beb, tenang aja." Farrel menjawab dengan santai dan cool.

Feby merengut ketika Farrel menolak selfie dengannya. Dia pun melancarkan jurus sinis padaku.

Haha. Ape lo? ape lo?
Farrel itu udah hak paten milik gue.

Setelah Feby turun, kali ini yang datang Ririn. Dan dia hanya sendiri, tidak bersama Eros.

"Selamat ya, Le." ucap Ririn.

Ku lihat perut Ririn sedikit buncit. Mungkin karena ia memakai dress ketat, jadi jelas terlihat sekarang kalau dia sedang hamil.
Aku tersenyum tulus padanya. Biarlah masa lalu menjadi pelajaran. Yang terpenting sekarang, aku harus melupakan semua itu.

"Makasih, Rin."

Ririn memelukku, lalu cipika cipiki seperti biasa. Dia juga mengucapkan selamat pada Farrel. Setelah Ririn pergi, Zeva datang.
Astaga! kenapa tamunya mak lampir semua sih.

"Rell, kamu undang dia?" aku berbisik lagi.

"Nggak, Beb." Farrel ikut berbisik. "Aku juga gak tahu, kok dia datang."

Terus kenapa si valak itu datang?
Zeva bertingkah sok dekat dengan Tante Marsha, sambil tersenyum malu-maluin.

"Makanya mantan jangan di banyakin!" ucapku kesal.

Beginilah, resiko punya suami ganteng.  Harus sabar-sabar dan waspada. Karena banyak sekali tikungan tajam.

🌸🌸🌸

Setelah acara selesai, orang tuaku langsung kembali ke rumah. Padahal sudah di tawarkan untuk menginap di rumah Farrel, tapi mereka tidak mau.

Dan sekarang aku berada di kamar Farrel, yang sudah di sulap menjadi kamar pengantin. Dengan ranjang ukuran king, dan taburan bunga-bunga mawar di atasnya. Semoga saja durinya tidak tertinggal.

Kamar Farrel sangat besar dan rapi. Ada dua lemari di sudut ruangan.
Aku penasaran, dan membuka lemari berwarna putih yang ternyata berisi pakaian wanita di sana.
Dan yang membuatku kaget adalah, banyaknya lingerie seksi bergantungan, dengan berbagai macam model dan warna.

Ceklek.
Pintu kamar mandi terbuka. Farrel baru saja selesai mandi. Dia bertelanjang dada, hanya menggunakan celana boxer bergambar Spongebob dan handuk kecil yang tersampir di pundaknya.
Aku sampai melotot kaget melihat pemandangan itu.

Satu, dua, tiga, empat, lima, enam. Waw, ada enam kotak di perut Farrel. Abs-nya memang keren. Tapi kenapa mesti Spongebob?
Itu membuatku bingung, harus tertawa atau kagum.

"Jadi, kamu udah memutuskan mau pakai yang mana?" Farrel mendekatiku, sambil tersenyum menggoda.

"Kami suruh aku pakai ini? No. Aku gak mau pakai gorden permakan kayak gini. Lagian, buat apa pakai itu, nanti juga di lepas kan."

Farrel tertawa lebar mendengar ucapanku barusan.
"Haha. Pintar kamu, Beb. Istri siapa sih, sini sun dulu."

Cup.
Farrel mengecup pipiku begitu saja. Aku kecolongan!
Ini baru pipi ya. Dan rasanya seperti ada kembang api yang meledak di atas kepala.
Bukan pertama kalinya Farrel mengecup pipiku, tapi di lakukan setelah menikah ternyata sensasinya berbeda.
Jika sebelum menikah, aku selalu membuat batas, kali ini tidak. Ada rasa penasaran dan penuh harap di dada ini. Selanjutnya apa lagi? begitu kira-kira.

"Mandi dulu gih, Beb. Biar seger."

Aku tersipu malu mendengarnya. Wah Farrel sudah kasih kode. Seperti kebanyakan pengantin baru, malam pertama pasti terasa berbunga-bunga.

"Iya, aku mandi dulu ya." ucapku, seraya masuk ke dalam kamar mandi Farrel, yang ukurannya sangat besar. Hampir sebesar kamarku. Aroma sabun mahal menyeruak di hidung, wangi sakura yang lembut dan segar.

Tapi tunggu, sepertinya ada yang tidak beres.
Apa ini?
Oh Tuhan... kenapa harus sekarang?
Farrel maafkan, aku tidak bisa memberi apa yang kamu mau malam ini. Hiks. Nangis guling-guling deh.

🌸🌸

Pagi hari,
Suasana sangat damai, hanya suara dengkuran halus Farrel yang memenuhi kamar ini. Aku baru saja terbangun, ketika tidak sengaja tanganku menyentuh perut Farrel yang kotak enam.
Awalnya kaget, karena belum terbiasa tidur berdua. Untunglah aku langsung sadar kalau kami sudah menikah, sebelum tangan ini melayang memukulnya dengan bantal.

Semalam tidak terjadi hal-hal yang di inginkan di antara kami, karena tamu bulanan mendadak datang. Tetapi tetap saja kehebohan terjadi, Aku yang mengalami nyeri haid membuat Farrel ketakutan, bahkan sampai memanggil maminya.
Hihi. Saking khawatirnya, dia sampai ingin memanggil dokter pribadi.

Untung saja Tante Marsha, maksudku- Mami ( karena sekarang sudah resmi jadi menantu), berhasil menenangkan Farrel.
Setelah meminum obat nyeri haid, akhirnya aku bisa tertidur, di bantu dengan pelukan hangat Farrel tentunya.

Farrel tertidur seperti Big Baby. Aku tidak sadar memotretnya dengan ponsel.

Cekrek.
Ups. Lupa matikan blitz dan suara.
Farrel pun terbangun, dia membuka matanya.

"Leony, hemm nakal ya. Ambil foto aku diam-diam."

"Hehe maaf. Habis ini kan pertama kali aku lihat wajah kamu lagi tidur. Imut."

Farrel tersenyum. Dia mengecup bibirku sekilas, "Kamu juga imut."

Kami saling berpandangan malu-malu. Tak apalah, tidak jadi malam pertama. Masih ada malam-malam selanjutnya. Sudah halal dan resmi kan....

"Jam berapa sekarang?" tanya Farrel.

"Jam delapan. Tuh." Aku menunjuk jam dinding yang ada di kamarnya.

"Aku harus pergi, Le. Kamu gak apa di tinggal?"

"Pergi kemana?"

"Nanti kamu tahu." sahut Farrel, yang malah membuatku semakin penasaran.

"Apa sih?"

Farrel beranjak dari kasur, ia meraih handuk dan melangkah menuju kamar mandi, tanpa menjawab pertanyaanku.

Apa yang membuatnya terburu-buru pergi begitu?
Bahkan sehari setelah hari pernikahan.
Memangnya ada yang lebih penting dari aku, istrinya yang cantik dan bohay ini?

Hemm, aku harus cari tahu. Mumpung tidak ada pekerjaan, sepertinya seru kalau hari ini, agendaku membuntuti dia.
Siapa suruh main rahasia-rahasiaan dengan istri.

🌸🌸🌸

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang