Bagian 4

4.6K 286 28
                                    

Setelah aku tahu kenyataan yang mengejutkan kemarin, Farrel terus berusaha menghubungiku. Tapi aku mengabaikannya, Ajeng pun tidak luput dari kekesalanku.
Saat ku tanya tentang Farrel, Ajeng bilang dia tidak tahu apa-apa. Dan menurut Wisnu, Farrel memang mempunyai usaha, jadi ia bisa masuk ke komunitas itu.
Sudah satu minggu aku tidak bertemu dengan Farrel.

"Kakak.. ada Kak Farrel tuh di depan." Adikku Biboy berteriak dari balik pintu kamar. Dia baru berumur delapan tahun.

"Suruh pulang." Aku balas berteriak.

Sunyi. Tidak ada jawaban dari Biboy. Tiba-tiba pintu kamarku di ketuk. Pasti Biboy nih yang iseng, dengan malas aku membukanya.
Ternyata aku salah, Farrel sudah ada di depan kamarku. Dia langsung menahanku ketika aku mau menutup pintu kamarku kembali.

"Please. Dengarin aku dulu. Sekali aja." wajahnya memelas padaku. Kalau aku tidak tahu kenyataannya, mungkin aku sudah luluh dengan wajah tampan itu.

"Kenapa kamu bisa masuk kesini." ketusku padanya.

"Aku sudah minta ijin sama tante, habis kamu nggak pernah mau temuin aku."

Aku menghela napas. Lalu mengizinkannya masuk ke kamarku. Kasihan juga dia sampai berantakan seperti ini.

"Aku minta maaf." kata-kata itu langsung meluncur ketika aku menutup sedikit pintu kamar.

Aku tertawa sinis padanya. "Berapa umur kamu?"

"20 tahun."

Hah! Apa saja yang dia lakukan selama ini, umur segitu baru lulus SMA?
Ah tapi tetap saja, nggak boleh. Umurnya masih terpaut jauh denganku. Ini benar-benar bencana. Bagaimana bisa aku tidak sadar, dengan melihatnya lebih jelas sekarang saja sudah ketahuan dia masih muda sekali.

"Kita putus."

Farrel terlihat terkejut, dia langsung meraih tanganku.

"Nggak bisa gitu. Aku memang masih muda, tapi aku serius. Aku sudah kuliah tahun ini. Dan tentang usaha, aku nggak bohong, Le.."

"Memang usaha kamu apa!"

Ah, rasanya aku seperti seorang guru yang sedang memarahi muridnya sekarang.

"Kamu tahu minimarket idola? itu usahaku."

"Maksudnya kamu kerja sambilan disitu?"

Farrel menggeleng "Bukan. Itu punya keluargaku. Papa sudah serahin itu ke aku sekarang, karena aku sudah lulus. Dan aku bisa kuliah sambil kerja."

Jeder! bagai di sambar petir aku mendengarnya. Berarti bocah ini sudah kaya raya dari lahir dong. Pantas saja, masih dua puluh tahun tapi motornya ninja, dan punya mobil juga.
Sadar Leony! dia masih bocah. Kalaupun dia kaya, usahanya dimana-mana, tetap tidak boleh. Apa kata orang nanti...?
Dan lagi mamah, dia ingin aku cepat menikah.

"Maaf ya rell, umur aku sudah 25 tahun. Dan aku mencari orang yang serius. Kamu masih 20 tahun. Ya ampun... umur kita beda jauh."

Aku melepaskan pegangan tangannya dan berjalan menuju balkon kamarku. Farrel mengikutiku di belakang.

"Aku sudah tahu kok. Mas Wisnu yang kasih tahu, dia sepupuku."

What?! kejutan apa lagi ini. Jadi Wisnu tunangannya Ajeng itu saudara sepupu Farrel.

"Cih, dasar dua penipu."

Farrel menarik tubuhku agar menghadap kepadanya. Tubuhnya yang tinggi, membuat aku harus mendongak menatapnya.

"Aku nggak pernah nipu, tentang umur aku, kamu juga nggak tanya dari awal kan."

"Ya aku percaya saja sama Ajeng, lagipula ya bocah macam kamu ngapain ikutan komunitas pencari jodoh. Bukan belajar yang benar." aku semakin emosi menghadapinya.

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang