EKSTRA PART

5.5K 283 12
                                    

Sudah tujuh bulan menikah, rasanya masih seperti pengantin baru bagiku. Hemm tujuh bulan memang masih pengantin baru yes, masih anget-anget kalau kata orang.

"Yank, kok kayaknya aku mau makan yang pedes-pedes deh." ucapku pada Farrel.

Kami berdua sedang duduk santai di taman belakang rumah Farrel. kenapa kami masih tinggal di sini? itu karena rumah Farrel saja sudah terlalu besar.
Mami dan papi juga sering pergi berdua, jika papi ada kerjaaan di luar, maka kanjeng mami juga akan ikut pergi bersama.

"Apa itu, Beb?" tanya Farrel, matanya masih menatap ke arah ponsel. Sedang bermain game online.

"Manisan rambutan enak kayaknya, Yank. Pedes dan segar."

Kali ini Farrel mengalihkan pandangannya ke arahku, "Emang manisan rasanya pedes? bukannya manis?"

Duh begini nih kalau ngomong makanan sama anak sultan. Tahunya cuma makanan elite aja. Macam makanan asinan, manisan dia nggak tahu itu. Bahkan pernah sekali aku membuat masakan tempe bacem, dia pikir aku menyuguhinya tempe gosong. Dan dia sampai googling untuk mencari tahu namanya. Ck, ck. Sungguh tak patut.

"Norak deh kamu." ucapku sebal.

"Yah, aku kan gak tahu. Terus beli makanan itu di mana? di mall ada?"

Aku memutar bola mataku malas, "Gak mau beli, mau makan buatan mama."

"Oh, yauda nanti kita kesana."

"Iih Farrel, aku maunya sekarang. Se-ka-rang!"

Farrel menatapku bingung, dia meletakkan ponselnya di meja.
"Besok aja ya beb... Kalau sekarang juga kan ngerepotin mama kamu ntar. Masa baru datang, udah langsung minta di buatin pedesan."

"Manisan." ralatku cepat.

"Ah iya, manisan itu."

Aku berbalik memunggunginya. Sambil cemberut dan melipat kedua tangan di dadaku. Kalau sudah begini, artinya sedang mode ngambek. Dan dalam hitungan ketiga...

Satu

Dua

Tiga

"Iya deh, ayo kita ke rumah mama ya."

Yes! Berhasil kan. Farrel akhirnya setuju. Aku langsung memutar tubuh dan tersenyum lebar padanya

"Makasih sayangku yang ganteng sedunia, ngalahin oppa Korea."

Farrel balas tersenyum, lalu menyisir rambutnya dengan tangan. Bergaya sok cool ala model. Jiwa narsisnya kembali kumat.

🌸🌸🌸

Manisan rambutan... Yuhu. Begitu sampai di rumahku, mama langsung menyodori manisan tersebut. Karena sebelumya aku sudah menelepon lebih dulu, untuk di buatkan makanan itu.

Mama menatapku curiga, melihatku makan dengan lahap. Bukan hanya satu mangkok manisan, tapi sampai lima mangkok sekaligus.

Bahkan semua orang yang ada di sana saling berpandangan menatapku bingung. Papa, mama , Farrel dan Biboy sampai menahan napas ketika suapan demi suapan masuk ke dalam mulutku. Entah kenapa nafsu makan ini terus meningkat.

"Errghh." aku bersendawa begitu manisan itu ludes. Berpindah tempat, dari baskom ke dalam perut.

"Ma, Kak Leony habis kerasukan apa sih." celetuk Biboy, dia meringis menatapku geli.

"Hush, gak boleh ngomong begitu sama kakak kamu." omel mama.

"Habis Kak Leony aneh. Udah jadi orang kaya juga, kelakuan kok masih malu-maluin."

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang