Part 9

4.1K 281 13
                                    

I love Monday.
Senin yang cerah, seperti suasana hatiku yang cerah sekarang.
Dengan penuh semangat, aku pergi ke kantor. Hari ini aku sampai menghabiskan waktu satu jam untuk bersiap-siap. Karena sekarang satu kantor dengan pacar, harus jaga penampilan dong, biar tetap cantik. Saat ini aku memakai blazer putih, dengan rok span selutut, dan rambut panjang yang di kuncir kuda. Tidak lupa minyak wangi aroma jasmine supaya Farrel betah duduk di sampingku. Ahaii.

Hari ini aku pergi ke kantor dengan naik busway, tidak di jemput oleh Farrrel. Alasannya karena rumah kami berlawanan arah, jadi aku melarangnya untuk menjemputku. Takut nanti terlambat masuk ke kantor.
Jarak dari halte busway ke kantorku tidak terlalu jauh, hingga bisa di tempuh dengan berjalan kaki.

Sambil bersenandung kecil, aku berjalan menyusuri trotoar selepas turun dari busway.
"Baju baru Alhamdulillah....untuk di pakai pergi ke kantor. Tak punya pun tak apa-apa, masih banyak baju yang lama. Syalala lala lala...."

"Leony Rosalinda."

Langkahku terhenti, siapa itu yang berani memanggil nama lengkapku?
Aku menoleh, dan berniat untuk memarahi orang yang memanggilku tadi. Tapi, nyaliku langsung ciut begitu melihat siapa orang itu.

"Eh Pak Gio, pagi Pak." aku menyapa atasanku itu dengan sungkan.

"Hemm pagi. Kamu jalan kaki?"

"Nggak Pak, saya naik busway tadi. Turun dari busway baru deh jalan. Habis nanggung, kalau naik ojek kan sayang, mending uangnya buat beli pop ice. Lagian kalau jalan kaki kan jadi sehat juga." sahutku semangat.

Pak Gio mengernyit mendengar jawabanku yang panjang kali lebar. Makanya pak, jangan berani tanya-tanya ke cewek. Karena bapak akan terkejut mendengar jawaban mereka. Walaupun pertanyaannya singkat, tapi di jamin jawaban mereka tidak akan sesingkat itu. Begitulah keistimewaan kaum kami.

Setelah basa-basi singkat, kami berjalan beriringan, sebenarnya aku canggung berjalan berdua dengannya. Tapi tidak sopan juga kalau aku pergi mendahuluinya sekarang.

"Bapak sendiri kenapa jalan kaki?"

"Mobil saya mogok tadi. Jadi saya naik kendaraan umum." ucap Pak Gio, sambil melirik ke arahku.

Aku hanya ber'oh ria menanggapinya. Iya sih, Pak Gio kan bos, nggak mungkin dia naik kendaraan umum sepertiku kalau tidak ada alasan yang urgent.
Tidak jauh di depan kami, aku melihat Ajeng yang baru saja sampai dan turun dari motornya.
Ah ini kesempatanku untuk kabur!

"Pak saya duluan ya. Itu ada Ajeng di depan, saya mau menyusul dia. Permisi." aku menundukkan kepala padanya, lalu segera berlari ngacir menghampiri Ajeng sebelum Pak Gio menjawab. Akhirnya aku bisa bernapas lega, setelah tadi mati-matian menjaga sikap. Takut kena marah lagi oleh atasanku itu.

Ajeng menatap heran ketika melihatku berlari mendekatinya.
"Kenapa lo lari-lari?"

"Olahraga." sahutku sekenanya.

"Olahraga? pakai high heels sama rok kayak begitu? jangan gila deh Leony!"

"Enggak tahu ya? ini trend terbaru loh." aku tersenyum lebar, lalu mengibaskan rambut kuncir kudaku padanya, membuat Ajeng jengkel dan mengeluarkan sumpah serapah yang manis.
Ajeng mengejarku yang berlari ke dalam. Sampai di belokan menuju lift, langkahku terhenti karena berpapasan dengan seseorang.

Dia seorang perempuan muda, berpenampilan modis. Dengan baju ketat dan celana jeans yang melekat sempurna di kaki jenjangnya. Ah aku mengenal perempuan ini. Dia adalah perempuan berambut karatan yang kapan hari pernah menggelayuti Farrel di tempat climbing. Kenapa manusia itu ada di sini?

Perempuan itu menatapku tajam,
"Kakak ini yang pengaruhi Farrel kan! sampai dia masuk ke kantor kecil kayak begini. Padahal dia di terima magang di kantor besar papa aku."

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang