#MY_BROWNIS
PART 10
🌸🌸
Aku duduk termenung di dalam kamar, menatap layar laptop yang sejak tadi menyala.
Dengan sedikit ragu, jemariku mulai mengetik di situs percintaan yang cukup terkenal.
Akhirnya aku menjelaskan tentang permasalahanku dengan Farrel dan segala perilakunya, karena saat ini yang kubutuhkan adalah saran yang membantu dari ahlinya. Bukan saran abal-abal dari teman somplak macam teman kantorku itu.Tidak berapa lama muncul balasan dengan berbagai versi. Dari yang mulai nyeleneh, sampai yang menanggapi serius tapi tidak nyambung. Huh!
Dan aku tertarik membaca balasan dari seorang dokter yang menurutku mungkin sesuai dengan dengan kondisi Farrel saat ini. Isi tulisan itu adalah,[ Dalam kasus anda, bisa di simpulkan kalau dia memang mengidap sister complex.
Yaitu kecintaan yang sangat besar terhadap sosok saudara perempuan yang tidak dapat teratasi ( karena saudaranya meninggal dunia ), yang menyebabkan orang tersebut mencari pasangan dengan sosok ataupun kepribadian yang serupa dengan saudara perempuannya.]Aku terdiam sebentar berusaha mencerna tulisan itu. Lalu mulai mengetik kembali balasan kepada dokter tersebut.
[Apakah itu termasuk penyakit gangguan kejiwaan?]
Sepuluh menit kemudian muncul balasan darinya:
[ Pada dasarnya sister complex tidak sama dengan gangguan kejiwaan. Suatu masalah terkait kejiwaan akan disebut sebagai gangguan kejiwaan bila terdapat gangguan fungsi yang signifikan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari atau dalam hubungan sosial. Selama tidak terdapat gangguan fungsi yang signifikan sister complex tidak dapat dikatakan sebagai penyakit atau gangguan kejiwaan.]
Aku menghela napas lega, merasa mendapatkan sedikit titik terang tentang masalah Farrel ini. Tapi aku belum siap untuk bicara padanya.
Walaupun berulangkali Farrel menghubungi ponselku sejak kejadian kemarin.
Kali ini benda berbentuk pipih itu kembali menyala dan bergetar. Notifikasi dari aplikasi berbentuk telepon hijau itu terlihat, ada banyak pesan belum terbaca.
Semuanya dari Farrel, aku membukanya dan mulai membaca isi pesan darinya.[ Leony, aku minta maaf, tapi aku bisa jelaskan semuanya ]
[ ayo kita ketemu ]
[ Demi Tuhan Le, aku nggak pernah main-main sama perasaan aku ]
[ Balas pesan aku ]
[ Aku kangen ]
Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
Perlahan aku menghampiri meja rias, dan meraba pantulan wajahku sendiri di depan cermin besar di sana. Masih terngiang di telingaku perkataan Feby kemarin.Rambut panjang? Hufh.
"Kakak....."
Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, sosok kecil Biboy muncul dari balik pintu. Aku menatapnya dengan tatapan sebal.
"Heh! ada pintu itu buat di ketuk." omelku padanya.
"Hehe. Maaf. Itu di bawah ada Om Adit, kata mama kakak suruh ke luar." lanjut Biboy.
Anak itu memang rese. Masih kecil tapi selalu saja cari gara-gara. Aku merengut dan menghampiri Biboy, lalu dengan gemas mencubit pipinya yang gembul.
"Aduh. Mamaa... Kakak rese nih." Biboy berlari ke bawah sambil menjerit kesakitan.
Sukurin. Ngadu aja sana, dasar boboho!
Dengan malas aku melangkah ke luar, menuju ruang tamu. Om Adit itu adalah adiknya papa, kerabat papaku yang paling dekat. Jadi aku harus menyapanya.
Sampai di depan, aku melihat Om Adit dan Tante Risa istrinya. Mereka tersenyum melihat kedatanganku.
Setelah bersalaman dengan mereka, aku duduk di samping mama.
Dan baru saja bokong ini menempel di sofa, kata-kata horor itu sudah keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brownis (END)
RomanceYap target terkunci. Pertemuan pertamaku dengan seorang cowok keren di komunitas pencari jodoh, membuatku tertarik. Apalagi aku baru saja patah hati karena di campakkan oleh pacar yang selama ini menemaniku selama 5 tahun. Cowok itu Farrel. Dia sa...