Part 16

3.9K 301 14
                                    

Ada satu kata yang bisa membebaskan kita dari segala beban dan sakitnya kehidupan. Kata itu adalah cinta.” – Sophocles

***
Bagiku, menjalin hubungan dengan Farrel bagaikan mengupas biskuit coklat seperti iklan di TV.

Berapa lapis? ratusan!
Begitu slogan iklan tersebut. Apa hubungannya? jelas ada.
Rahasia dan misteri Farrel berlapis-lapis seperti biskuit itu.

Saat ini Farrel mengajakku ke suatu tempat, entah di daerah mana. Aku sedang mode ngambek padanya, jadi tidak banyak bicara.
Tapi tempat ini sangat bagus, di atas bukit, dengan pemandangan yang indah memanjakan mata.

"Ini namanya Bukit Bintang." ucap Farrel.
"Udaranya sejuk, juga indah. Apalagi kalau malam hari, kamu bisa lihat lampu-lampu menyala di bawah sana. Makanya tempat ini di Namakan bukit Bintang."

Aku masih diam mendengarkannya. Belum ada niat untuk menjawab.

"Maaf tadi aku gak bisa nahan emosi, aku cuma gak suka ada yang kurang ajar ke kamu."

"Berapa rahasia lagi sih yang harus aku ketahui tentang kamu, Rell?" akhirnya mulut ini bicara. Setelah sejak tadi mendiamkannya.

"Zeva itu benar cinta pertama kamu?"

Farrel tertawa kecil mendengarnya.
"Dia sahabat kakakku, sering datang ke rumah saat itu. Aku juga dekat sama dia. Semenjak kakak meninggal, Zeva yang sering memperhatikanku. Kamu tahu kan, orang tuaku selalu sibuk. Tapi dia selingkuh sama Gio. Aku melihatnya jalan berdua di mall"

Mataku terbelalak mendengar cerita Farrel. Ini serius? Pak Gio?
Dunia memang sempit sekali.

"Tapi kenapa kamu santai aja waktu pertama kali ketemu Pak Gio?"

"Gio. Panggil aja Gio. Dia bukan bos kamu lagi kan, Le!" sungut Farrel.

Aku mengabaikannya, "Ih jawab dulu."

"Kejadian dengan Zeva udah lama, beb. Tiga tahun lalu. Aku juga cuma lihat sekilas cowoknya siapa, baru sadar malam itu, sewaktu Gio bawa Zeva."

"Terus Feby? aku pikir Febby cinta pertama kamu. Katanya kenal kamu dari kecil."

"Aku cuma anggap Feby sahabat kecil. Sempat pacaran sih, tapi sebentar cuma beberapa bulan. Hehe."

Aku memandang Farrel dengan tatapan sinis, "Cih, ternyata cowok di sebelahku ini playboy."

"Aku kan masih muda waktu itu, Le." ucap Farrel, dengan wajah sok polosnya.
Ku pikir dia polos dan manis. Ternyata dia seorang petualang cinta.

"Terus sekarang udah tua gitu?"

"Bukan tua, tapi dewasa. Kamu mungkin bukan yang pertama beb, tapi aku mau kamu jadi yang terakhir. Buktinya aku serius kan. Langsung lamar kamu " kata Farrel lagi, sambil senyum-senyum menatapku.

Siapa yang tidak luluh coba di bilang seperti itu? Keju mozarela juga kalah lumernya dengan hatiku sekarang.

"Gombal banget sih kamu!"

"Tapi suka kan...?" ledek Farrel.

Aku mendelik melihat Farrel yang tingkat kepercayaan dirinya semakin tinggi.

"Tau ah."

Farrel menautkan jemarinya padaku, "Ayo dong beb, sekali aja." ucapnya dengan wajah memelas.

"Sekali apa?"

"Selama ini cuma aku terus yang bilang sayang, suka ke kamu. Tapi kamu gak pernah deh. Aku mau dengar."

Wajahku langsung memanas mendengarnya. Jadi beginikah menjalin hubungan dengan brondong?.
Ah, dia manis sekali saat sedang merajuk dan memohon seperti ini.

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang