Part 19

4.8K 297 7
                                    

🌸
Gelagat Farrel yang aneh sejak bangun tidur tadi, membuat hati ini gelisah. Siapa yang tidak gelisah?
Malam pertama terlewat, dan pagi harinya sang suami malah pergi buru-buru tanpa penjelasan.

Huaaa, jangan bilang Farrel marah padaku. Tetapi ini kan bukan salahku, kalau harus kedatangan tamu di saat-saat genting.

Dengan berpenampilan ala penguntit, aku mulai mengikuti Farrel. Baju serba hitam, serta topi untuk menutupi rambut yang sengaja digelung ke atas.

"Bang, ikutin mobil itu ya!" perintahku pada supir taksi yang ku tumpangi.

Supir taksi itu menatapku sekilas, lalu mengangguk sambil memakai kaca mata hitamnya, bak seorang agen FBI.
Taksi pun melaju mengikuti mobil Farrel. Yang membuat perasaanku semakin tidak enak adalah, penampilan Farrel yang sangat rapi, dan dia membawa mobil bukannya motor seperti biasa.

Tiga puluh menit kemudian mobil Farrel berhenti.
Loh? ini kan kantorku, ups bekas kantorku maksudnya. Kenapa Farrel ke tempat ini?
Bukannya kami sama-sama di pecat oleh Pak Gio.

Ku lihat Farrel turun dari mobil, berjalan gagah dengan setelan jas yang ia kenakan sejak di rumah tadi.
Tidak lama, ponselku berbunyi. Notifikasi pesan dari Ajeng di sebuah aplikasi berlambang hijau. Aku membukanya.

[ Leonyyyy... kok lo gak bilang sebelumnya sih ]

[ Bilang apa? ]

[ Farrel, dia jadi bos kita sekarang. Dan lo harus tau ini, Pak Gio turun jabatan!!!  ]

Aku menganga tak percaya membaca pesan terakhir dari Ajeng. Jadi itu tujuan Farrel. Pantas saja rasanya aneh Farrel kembali ke kantor ini.

Apa maksud Farrel sebenarnya?
Saat sedang bingung mencerna semuanya, tiba-tiba aku melihat Pak Gio dan Farrel keluar, ada Zeva juga di sana.
Mereka terlihat sedang berdebat sengit.
Ini tidak bisa di biarkan, aku harus segera ke sana.

Setelah memberikan uang kepada Pak supir, aku keluar dari taksi tersebut. Dan setengah berlari menghampiri mereka.
Farrel yang pertama kali menyadari kedatanganku, terlihat kaget.

"Leony? kok kamu di sini?"

Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu tatapanku beralih pada Pak Gio dan Zeva. Penampilan Pak Gio sangat kusut, dia terlihat berantakan sekali, sangat berbeda dengan Pak Gio yang ku kenal selama ini.

"Ini semua gara-gara kamu. Pasti kamu kan yang udah pengaruhi Farrel!" seru Zeva marah.

"Maksudnya? aku gak ngerti. Farrel ada apa sih?"

"Kamu jangan dengarin dia. Kita masuk aja yuk ke dalam."

"Farrel! kamu gak bisa begini sama Gio dong. Aku mohon...." Zeva menahan tangan Farrel, dan langsung ku tepis saat itu juga. Enak saja pegang-pegang tangan suami orang!.

"Kenapa? kalau dia masih mau bekerja di sini silakan, dengan posisi yang aku bilang tadi." tegas Farrel.

Mata Pak Gio memerah, terlihat sekali kalau dia marah, "Sinting! lebih baik aku pergi dari sini."

Setelah itu Pak Gio pergi, dengan di ikuti Zeva. Sedangkan aku, masih tidak mengerti apa yang terjadi barusan. Di tambah, info dari Ajeng tadi, kalau Farrel jadi bos di sini.

"Jadi, bisa kamu jelasin sekarang, Rell?"

Farrel terlihat bingung dan menyesal.
"Maaf aku gak maksud buat nutupin ini, tapi aku niat kasih tahu kamu setelah semua beres. Sekarang kantor ini milik aku. Yah... walaupun ada campur tangan papi juga sih."

Jadi begitu? dia beli kantor ini seperti beli kacang goreng!
Berapa uang yang sudah ia habiskan? Walaupun kantor ini terbilang kecil, tapi tetap saja ia harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, pasti!

My Brownis (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang