5- Terima Kasih

160 24 1
                                    

Dengan seragam yang basah, Damian melangkah santai masuk ke ruang BK.

Bu Nora menatap nanar Damian. "Damian, mengapa seragammu basah seperti itu?"

Serentkak Harley dan Damian menunjuk Mahen yang menatap mereka dengan tajam.

"Mahen! Lancang sekali kamu melakukan hal itu?!" Dengan santai Mahen menatap tatapan amarah Bu Nora. "Dia mendekati Amanita lagi."

"Lagi-lagi Amanita! Dan kau Heru, apa alasanmu mendorong Amanita ke dinding?" selidik Bu Nora.

"Dia menampar Mahen dengan keras," gumam Heru dengan wajah menantang. Sekilas Harley langsung menghantam wajahnya.

"Harley hentikan!" teriak Bu Nora frustasi, rasa sakit di kepalanya semakin bertambah.

Harley berhenti dan beranjak pindah ke sebelah Damian. Bu Nora menghela nafasnya ketika suasana kembali tenang. "Lalu mengapa denganmu?"

"Aku? Tentu saja seperti biasa. Dia terlihat sok hebat dengan mengganggu Damian. Aku tidak akan memulai sebuah masalah," jelas Harley dengan lantang. Tidak ada rasa takut dalam matanya.

"Mengapa kalian selalu saling membela? Hidup saja untuk hidup kalian sendiri," gumam Bu Nora menyerah dengan keadaan siswanya.

"Ibu akan mencatat nama kalian di buku hitam termasuk Damian," ungkap Bu Nora lalu berdiri.

"Itu tidak adil," protes Harley seketika. Bu Nora menatap tajam.

"Apa yang kamu ketahui tentang adil?!" murka Bu Nora.

"Tidak banyak, tetapi dalam kasus ini masaah ada padaku, Mahen, dan Heru. Damian hanya menjadi korban, lalu mengapa dia juga mendapatkan hukuman?" tanya Harley dengan santai, tatapan matanya tajam.

"Keputusan ibu tidak dapat diganggu gugat! Kalian kembali ke kelas dan Damian ganti seragammu itu! Sekolah ini tidak menanggung asuransimu jika kau sakit!"

Damian tetap menatap Bu Nora, lelaki itu tidak sedikitpun mengubah ekspresinya. "Bagaimana denganku? Baju kaos yang aku pakai juga telah basah."

"Itu urusanmu!"

Damian memutar bola matanya lalu berbalik arah. Harley menepuk pundak lelaki itu hingga membuat lelaki itu menoleh, ia menaikkan satu alisnya.

"Aku membawa satu seragam hari ini, akan kuambil di kelas," tawar Harley dan berlalu tanpa persetujuan Damian.

Damian melangkah ke ruang UKS. Nesya seketika berdiri dan menyambut kedatangan Damian. "Bagaimana?"

"Sedikit kenakalan yang berarti. Di mana benda-bendaku?" tanyanya sembari mengedarkan pandangan ke tangan Nesya.

"Aman." Nesya mengeluarkan benda elektronik kesayangan Damian terbukti dengan begitu niatnya Damian menyembunyikannya dari Amanita. Damian menerima dengan senang hati.

"Bagaimana dengan dirimu? Apakah Mahen mengganggumu di sana?" tanya Amanita menyela, ia begitu paham dengan suara lelaki itu untuk setiap intonasinya.

"Tidak akan ada yang berani mengganggu Damian Aileen selagi Harley masih bernafas di sekitarnya," hela Harley setelah berhasil mengatur nafasnya. Ia terlihat lelah membawa paket dadakan dari kelas ke ruang UKS.

"Kau baik-baik saja, kan? Kau terluka atau.." Nesya menghentikan ucapannya lalu memperhatikan Harley di setiap bagian wajahnya. Harley menatap ngeri mata wanita itu.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?!" amuk Nesya setelah mendapat sambungan aneh dari mata Harley atas sikapnya.

Nesya memutar tubuhnya. Lelaki memang seperti itu. Harley menghela nafasnya panjang, lagi-lagi ia salah mengambil tindakan.

Fused of GlitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang