Damian dan yang lainnya berlari kecil turun dari atap. Damian menatap ke kerumunan yang berkumpul di halaman rumahnya.
"Ada apa ini?" tanya Damian kepada siapapun yang akan menjawabnya.
Restu melihat anaknya bersama yang lainnya sedikit mengkhawatirkan keadaan ini. "Ada rencana yang akan kami gencar."
"Di mana Ayah dan Bundaku?" tanya Sofi menelusuri setiap bagian dari kerumunan di depan matanya.
"Mencari siapa?" tanya Gio yang muncul dari belakang. Gio memegang sebuah pedang yang lumayan panjang.
"Pa? Samurai itu.... Ada apa?" selidik Amanita sembari mendekati Gio. Gio hanya tersenyum dan mengusap puncak kepalanya.
"Bagaimana proyek kalian?" tanya balik Gio.
"Papa menyebalkan!" Amanita mendengus kesal.
"Lah," kekeh Gio dengan santai. Ia melihat ke dalam rumah. Zhiro dan Lidya baru saja keluar.
"Hati-hati," pesan Zhiro pada istrinya. Lidya kini memakai baju serba hitam seperti yang dipakai kerumunan yang menjadi tamu saat ini.
"Bun?" lirih Sofi dan Damian secara bersamaan.
"Lihat kedua anakmu Zhir! Dia sangat mencemaskan Lidya. Andaikan anakku juga seperti itu," sindir Dimas sembari melirik ke arah Harley. Harley hanya tertawa tanpa dosa.
"Apa yang akan kalian lakukan?" selidik Harley yang masih sedikit tertawa karena sindiran dari ayahnya.
"Ada kerja sama besar yang akan kami sepakati. Proyek ini telah kami usahakan dari sebelum kalian ada di dunia," ujar Restu terdengar serius.
"Tenang saja Dam. Kami mengadakan penjagaan ketat," sela Rozi yang bergabung dengan kerumunan itu.
"Mau dibawakan apa? Oke diterima," jawab Lidya sendirinya. Damian langsung tersenyum dengan sikap bundanya.
"Aku hanya ingin bunda kembali dengan selamat," pesan Damian sembari mengambil sebuah jaket di dekat pintu.
"Nes," sindir Restu.
"Ayahku Nesya ingin Ayah kembali dengan selamat, sejahtera, dan sentosa." Nesya sengaja berbicara dengan nada manja yang dibuat-buat.
"Waktunya kita pergi," ujar Damian mengawali, serentak Harley, Nesya, dan Fajar mengangguk.
"Kalian bawa mobil saja," gumam Laila sembari melemparkan kunci mobil. Dengan sigap Alva sedikit melompat dan menangkapnya.
"Anak pintar." Tepuk tangan singkat menggema, Laila duduk di ayunan. Alva memberikan kunci mobil tersebut ke Fajar lalu bergegas duduk di sebelah Laila dan disusul Kirana.
"Aku harap kalian tidak mengadakan perang dadakan," ungkap Harley sembari menatap langit. Merasa tersindir, Amanita dan Sofi menatap tajam ke arah Harley.
"Pintar sekali menyindir!" Amanita menatap kesal Harley lalu memutuskan untuk masuk dan melakukan perawatan. Di lain sisi Sofi masih menunggu kerumunan ini pergi.
Lidya beserta yang lainnya memakai masker wajah mereka, misterius. "Ayah mengapa tidak memakai itu?"
"Kami berbeda arah, aku dan Cakra akan pergi ke Air Intan. Ini urusan putra dan putri Lathfierg," gumam Zhiro dengan lembut.
"Untuk kalian berdua hati-hati," pesan Damian sembari menatap Lidya dan Zhiro secara bergantian. "Aku akan mengambil mobil."
Damian bergerak ke bagasi. Banyak mobil mewah dan motor ninja terparkir rapi di dalam bagasi tersebut. "Kau harus berhati-hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fused of Glitter
Teen Fiction"Lalu bagaimana dengan Glitter?" "Sepertinya Kirana harus mencari kakak baru." "Glitter? Oh sungguh tidak penting, tidak berbobot, dan tidak berharga." "Sebuah kilauan yang indah, pemikiranmu lumayan juga." "Memang satu glitter tidak berarti, tetapi...