Lagi-lagi pertemuan dimulai dari kantin. Adik kelas selalu saja merasa konsentrasi makannya terganggu ketika Damian ada di sekitar mereka, Amanita mengawasi mereka dengan tajam. Ia memang penjaga yang baik, tidak salah nama Guarda melekat pada nama belakangnya.
Kini mereka saling bungkam, mencari berkas cahaya yang membawa topik pembicaraan yang tiba-tiba menghilang, tidak untuk Damian. Ia masih berkencan dengan hpnya.
"Am!" teriak Roy dengan nafas yang terengah-engah, ia seakan tercekik pada haluan udara yang menyerangnya dengan berbalik arah. Ia kumpulkan segenap gas berumus kimia O2 itu banyak-banyak, sebisanya ia kumpulkan.
Amanita menoleh, tatapan tajam pada wajah kecilnya. Sekilas, dia terlihat lucu tapi bagi yang telah mengenalnya dia seperti monster bercakar tajam. "Ada apa?"
Damian menyodorkan minumannya yang belum sempat ia minum. Airnya tandas memasuki kerongkongan Roy.
"Sofi, Sofi dibully! Dia diseret ke gudang belakang."
Amanita menggebrak meja. Semuanya menoleh dan menatapnya tidak senang. Amanita yang mendapatkan tatapan seperti itu tambah tidak senang. "Pertahankan tatapan kalian jika kalian ingin tulang leher kalian patah!"
Pemilik mata menelan salivanya lalu kembali fokus pada aktivitas sebelumnya. Mereka menghempaskan dengan keras rasa penasaran yang timbul karena aksi Amanita.
Damian langsung berdiri dan bergerak ke arah yang ditunjuk oleh Roy namun Harley dengan cepat menahannya. "Tidak.."
"Biar aku saja, liat bagaimana aku akan membanting mereka," gumam Nesya dengan ceria. Jujur saja, sikap Nesya berbanding terbalik dengan kemampuannya. Seperti Amanita, ia bersembunyi di wajah lucunya.
"Kau akan terluka," henti Harley.
"Siapa yang akan melukaiku? Putri Restu takkan terluka," kekeh Nesya sembari berlari kecil ke arah gudang belakang. Gadis itu seperti mendapatkan boneka yang ajaib, ia melangkah dengan riang. Benar-benar monster.
Amanita melangkah meninggalkan kantin sembari melirih, "Lihat bagaimana aku bisa membuat semua barang melawan gravitasinya."
"Nes!" teriak Amanita sembari melambaikan tangan, mereka terlihat saling menyambut riang. Sebuah keajaiban ketika Nesya dan Amanita sedikit berdamai.
"Apakah kita akan di sini?" lirih Harley sembari menunggu perintah lanjutan dari pimpinannya. Damian mengangguk. "Tidak baik membiarkan mereka, kita tidak akan tau apa yang akan mereka lakukan."
Harley mengangguk mengerti, maksud hatinya akhirnya tercapai. Harley memberikan selembar uang seratus ribu. "Bayar makanan kami, sisanya kau ambil saja. Ayo Dam!"
"Kau terbaik Ley!" teriak Roy menyambut pemberian yang diberikan Harley. Harley menyunggingkan senyumannya. "Tentu saja, itu uang Damian yang sengaja ia titipkan."
Damian hanya memutar bola matanya lalu berlalu menapaki jejak kaki kedua gadis berjiwa monster itu.
***
Nesya melompat dengan riang, sedangkan Amanita menatap sekitarnya dengan tajam. Arah gudang itu seperti bersiteru hidup dengan penghuni. Ia melihat sekumpulan orang tepat di dekat pintu gudang. "Nes!"
Nesya menoleh dengan cepat, ia memfokuskan pandangannya. "Virgo."
Amanita telah melangkah maju menemui Virgo, ia membalik tubuh gadis itu. "Di mana Sofi? Dan rencana apa yang kau lakukan!"
Tubuh Amanita ditarik ke belakang, orang yang menariknya adalah Ariel, sepupu Virgo. Amanita menyunggingkan senyumannya. "Wah wah, satu keluarga tengah kumpul-kumpul."
"Diam kau Am!"
"Hentikan Riel!" cegah Virgo dengan cepat. Namun Ariel telah mengangkat tangan untuk menampar Amanita.
Nesya dengan cepat mendorong Ariel hingga menghentak lantai. "Ups, aku terlalu keras mendorongmu!"
Harley bergidik ngeri, mereka memantau dari kejauhan. Damian adalah orang yang penyayang, tidak mungkin baginya untuk membiarkan kedua gadis itu berkelahi tanpa pengawasan.
"Kekasihmu sangat mengerikan," ungkap Damian setelah melihat aksi Nesya. Harley hanya mengedikkan bahunya. "Bukannya saudara sepupumu yang memotivasi kekasihku untuk melakukan hal itu."
"Tentu," ujar Damian singkat.
"Katakan padaku! Di mana Sofi!"
Pintu gudang kini terbuka, Sofi ditarik paksa keluar. Wajahnya penuh dengan make-up membuat Damian semakin geram. "Apa masalah kalian?"
Damian menarik lengan Sofi setelah menyimpan mp3 nya ke saku seragamnya. Mahen, Heru, beserta anak buah mereka datang sembari menepuk tangan. "Wah Virgo, para temanmu bekerja dengan bagus."
Damian menatap Virgo dengan miris, mata Virgo kini berkaca-kaca menatap iris biru Damian. "Dam, kau salah paham. Aku tidak melakukan itu, aku tidak akan berbuat sesuatupun kepada orang-orang yang kau sayang! Tidak akan pernah! Takkan! Aku tau Sofi temanmu!"
Damian masih saja melirik Virgo dengan lirih. Ariel merasa geram dengan perilaku Virgo. "Diamlah Vir! Jangan terobsesi dengan cinta monster batu itu! Banyak lelaki di dunia ini yang pantas untukmu! Aku akan mencarikannya dan berhenti mengharapkan cintanya!"
Ariel menarik lengan Virgo dengan cepat meninggalkan area gudang itu. "Kau salah paham Dam."
Teman-teman Virgo mengikuti arah langkah bosnya, mereka sungguh senang setelah melakukan sesuatu kepada orang cupu yang dibenci Heru.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Damian sembari menatap Heru dan Mahen secara bergantian.
"Mereka tidak kan menjawab, tidak punya hati," sela Amanita dengan cepat. Auranya tajam.
"Hanya sedikit bermain-main," kekeh Mahen tanpa dosa.
"Bermain-main?" Amanita memukul wajah Mahen dengan keras.
"Amanita! Berani-beraninya kau!" sergah Mahen dengan lantang.
"Ouh maaf, aku tengah bermain-main," kekeh Amanita sembari menarik Sofi dengan pelan ke arah keran yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Nesya melangkah riang menyusul dan tersenyum ke arah Mahen dan Heru. Senyuman yang akan membuat tulang-tulang gemertak patah, Harley sangat mengenalnya.
"Aku tunggu kalian berdua di pinggir hutan, kita akan bertarung secara seimbang."
"Apa aku bisa memegang ucapan kalian?" tantang Harley dengan tersenyum miring.
"Tidak, hanya aku dan Damian. Aku menantangmu Dam!" ungkap Heru dengan lantang.
"Aku tidak tertarik," gumam Damian dengan cepat.
"Jika kau tidak datang, rumor tentang kau tidak punya orang tua akan aku percaya!"
Damian mengepalkan tangannya. "Beraninya kau!"
"Kau sangat sensitif!" kekeh Heru merasa jebakannya berhasil.
"Aku tunggu kalian jam 5 Sore! Jika tidak, kalian harus bersiap dengan berita hangat yang akan tercantum di mading besok pagi dan Sofi akan jauh tersiksa, bukan saja Sofi tetapi Amanita dan Nesya. Jangan bermain-main denganku!"
Heru, Mahen, beserta yang lainnya pergi meninggalkan Damian beserta Heru.
"Kita akan datang?"
"Tidak akan aku biarkan seorangpun mengusik hidup keluargaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fused of Glitter
Teen Fiction"Lalu bagaimana dengan Glitter?" "Sepertinya Kirana harus mencari kakak baru." "Glitter? Oh sungguh tidak penting, tidak berbobot, dan tidak berharga." "Sebuah kilauan yang indah, pemikiranmu lumayan juga." "Memang satu glitter tidak berarti, tetapi...