10- Untaian kata

136 23 6
                                    

"Ayah," lirih Damian ketika Zhiro datang bersamanya.

Zhiro sedikit tertawa kecil, ia tersenyum. Di hadapannya ada istri dan putranya.

"Kau?" tanya Zhiro lalu memeluk Damian. Dia melepaskannya lalu sedikit mengedipkan matanya ke arah Lidya, Lidya hanya diam.

"Lihat, anakmu menjemputmu dan anakku?" tanya Dimas pada dirinya sendiri.

"Aku diminta Om Restu untuk menjemputmu, anakmu ada di rumahnya," gumam Damian santai lalu mengantar Dimas kembali ke rumahnya.

***

"Kak Dam! Cokelatku di mana?" panggil Alva dan Kirana serentak ketika kaki kanan Damian mulai menjejak di ubin terdepan.

Untung saja Damian tidak memiliki riwayat penyakit jantung. "Am? Kau memakannya?"

"Tuan Damian Aileen, kau salah menilai seseorang..."

"Kak Nita! Kembalikan cokelat kami!" tangis Kirana pecah seketika. Lulu sedikit memicingkan matanya mendengar tangisan anak bungsunya.

"Aku lupa, cokelat kalian masih tertinggal di tas belanja Sofi. Silahkan pinta padanya," gumam Amanita dengan tenang. Lidya melirik ke arah tangisan anak kecil yang mampu mengguncang ketenangan seisi rumah.

Lidya hanya mengangkat senyumnya, ia kembali ke rooftop. Di area rooftop tengah diadakan rapat kecil. Restu, Dimas, Oxy, Gio, Aluna, dan Zhiro.

"Kak Nita! Tolong ambilkan cokelatku! Aku takut kak Sofi marah kalau aku mengganggu waktu belajarnya," rengek Kirana sembari menarik-narik lengan Amanita.

"Dasar adik durhaka! Dengan murka kakakmu kau tidak takut sedangkan dengan Sofi kau takut!" Amanita ternganga menatap kekehan polos dari wajah Kirana.

"Tenanglah, aku yang akan mengambilnya untuk adikku yang lucu," gumam Damian mengambil jalan tengah.

"Maksudmu aku tidak lucu?" sindir Alva yang masih berdiri di dekatnya.

"Kadaluarsa!"

***

"Masuk saja," sahut Sofi setelah pintu kamarnya diketuk beberapa kali. Pintu terbuka, menampilkan raga Damian yang kokoh.

"Damian... Maafkan aku," gumam Sofi menghampiri lelaki itu seraya menunduk.

"Untuk apa?"

"Karena egoisku sepuluh tahun yang lalu. Aku bangga kita berada dalam satu ikatan saudara," gumam Sofi mengakui apa yang selama ini ia simpan. Ia berhasil mengalahkan rasa egoisnya.

"Itu tidak masalah. Usap air matamu sebelum Alva dan Kirana mengganti sasarannya," hela Damian sembari menatap mata Sofi yang berkaca-kaca.

"Terima kasih untuk perpustakaan kecil yang kau buat, sangat indah," timpal Sofi.

Damian sedikit mengangkat senyumnya. "Biarkan aku sedikit berguna. Kau melihat beberapa batang cokelat di tas yang Amanita berikan?" tanya Damian sedikit menyelusuri beberapa sudut eksotis di kamar.

"Ada di atas meja itu."

Dengan cepat Damian langsung mengikuti arah tunjuk Sofi, ia menemukannya. Beberapa batang cokelat dengan jumlah yang sama.

"Cokelat untukmu," ujar Damian setelah meninggalkan sebatang cokelat dan keluar dari kamar Sofi.

"Kau adalah yang terbaik Dam!"

***

Bu Mela masuk ke dalam kelas, ia adalah guru Bahasa Indonesia.

Pelajaran yang dapat memecahkan kepala Damian, ia tidak menyukai sastra dan ia selalu berharap ia tidak diberikan tugas merangkai kata.

Fused of GlitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang