Sofi mencari raga Damian ke kamarnya, namun ruangan itu kini tengah terkunci. Dia mencari ke rooftop, namun hasilnya nihil. Bayangannya saja tidak berbekas.
Hanya satu tempat yang belum ia selidiki, kamar Amanita.
"Amanita!" teriak Sofi sembari membuka pintu dengan paksa.
"Hei! Siapa yang memberikanmu wewenang seperti ini?!" sergah Amanita yang menatap tajam kehadiran Sofi.
Amanita berdiri dan menatap Sofi dengan tajam. Ia memegang pinggangnya dan menantang wanita dengan buku di kepalanya.
"Di mana Damian?" tanya Sofi dengan terengah-engah
"Damian? Kau bertanya padaku? Bukankah kau yang tercipta sebagai saudaranya?" tanya balik Amanita seakan menjadi bumerang kejayaan bagi dirinya sendiri.
"Jangan bertele-tele! Cepat katakan saja!" bentak Sofi yang hilang kesabaran.
"Aku Putri Guarda dan aku takkan tunduk kepada siapapun! Siapa kau? Pergi dari rumah ini sesuka hatimu dan datang kembali sesuka hatimu? Apa yang kau inginkan sebenarnya? Kembali menyakiti Damian! Aku bersumpah Sofi, tidak ada yang bisa dengan gencar menyakiti sepupuku ketika aku masih bernyawa termasuk kau! Jika kau berani membuatnya terluka maka kau juga akan terluka! Aku bersumpah!" sergah Amanita. Aura semakin mencekam.
"Apa kehendakmu?"
"Kau bertanya itu? Lalu apa kehendakmu? Kau kembali dengan tetap membawa masa lalu di tanganmu! Kau! Aku tidak habis pikir denganmu! Pergilah, atau aku akan menghantamkan kepalamu dan membiarkan otakmu membuyar! Sebab, aku tidak suka dengan sikapmu! Egois!" Amanita mendorong Sofi keluar dari kamarnya. Ia menutup pintu dengan sangat keras dan menguncinya.
Di sudut matanya mengalir setitik air jernih. Ia telah menduga Amanita akan bersikap seperti ini padanya.
Dengan gamang, Sofi kembali ke kamar, menyeret tas belanja itu dan menutup pintu. Semuanya semakin terasa sesak.
***
Beberapa hari yang lalu.
"Kau harus segera kembali ke rumahmu," gumam Aluna kepada gadis yang tengah berkutat kepada bukunya.
"Baguslah, aku juga ingin kembali ke rumahku," gumam Sofi membalas.
"Kau akan satu sekolah dengan Damian dan Amanita," ujar Aluna lagi.
Sofi hanya menghela nafasnya dan menuruti perkataan auntynya. Telah 10 tahun ia meninggalkan rumah, orang tuanya, keluarganya dan Damian.
Gadis itu kini tengah masuk ke pekarangan rumah yang teramat megah.
Dia hanya mendengus kesal mengingat kejadian yang ada beberapa tahun yang lalu.
Lidya dan Zhiro menyambut kedatangan putrinya. Sofi lebih bahagia, ia harus menahan rindu dan menunggu kedatangan orang tuanya untuk menemuinya.
Ia berjalan masuk, ia berpapasan dengan lelaki yang tengah memakai jas dengan rapi. "Pakaianmu tidak akan menutupi bagaimana dirimu sebenarnya."
Lelaki itu menoleh dan begitupun semua yang ada. "Aku tidak peduli."
Lelaki itu adalah Damian, pada hati gadis itu tersulut rasa geram. Damian berlalu dan menyalami tangan kedua orang tuanya.
Ia melihat ke arah Amanita, gadis itu kini malah menatap matanya tajam.
Gadis itu mendekatinya. "Aku akan mengantarmu ke kamar, kau pasti telah lelah menghirup udara di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fused of Glitter
Teen Fiction"Lalu bagaimana dengan Glitter?" "Sepertinya Kirana harus mencari kakak baru." "Glitter? Oh sungguh tidak penting, tidak berbobot, dan tidak berharga." "Sebuah kilauan yang indah, pemikiranmu lumayan juga." "Memang satu glitter tidak berarti, tetapi...