Langkah kaki menuju kantor kali ini terasa cukup berat bagi Windu. Ya bagaimana tidak, gadis itu baru saja membatalkan janji dengan pujaan hatinya dan melewatkan kesempatan emas untuk memikat hatinya.
"Andai cinta semudah itu bu,"
gumam Windu sambil terus memikirkan jawaban ibunya tadi." Woy, pagi pagi udah nglamun, kesambet baru tau rasa lo," ucap Feby yang tiba tiba sudah berdiri di samping Windu.
Feby,dia teman dekat Windu di kantor. Entah sejak kapan mereka mulai sedekat itu padahal awalnya mereka sama sama acuh.
Yaa...mungkin Feby satu satunya teman dekat Windu di kantor, mana ada yang mau berteman dengan gadis yang berpakain nampak urak urakan untuk ukuran perempuan??? Disaat semua karyawan perempuan di kantor tempat windu bekerja berlomba lomba menunjukan outfit kece,modis dan sexy serta riasan yang mencolok, Windu malah nampak santai hanya memakai celana jeans panjang yang dipadukan dengan kaos putih polos dan jaket jeans army serta sepatu converse hitam. Tak ada riasan apapun di wajahnya, sama sekali tidak ada. Rambutnya pun hanya dikuncir satu seperti ekor kuda tak jarang topi bertengger di kepalanya. Sesekali dia menggerai rambutnya.
Sudah bisa dibayangkan betapa sangarnya Windu diantara perempuan perempuan gemulai di kantornya itu???
Untung ia selalu memakai kacamata,setidaknya dapat mengurangi kesan sangar pada gadis itu. Matanya terlalu sensitif sehingga tak bisa memakai soflens.(kurang lebih kayak gini ya gambarannya temen2 😉,gak sama bgt sih hehe)
"Feb, menurut lo gue bego gak sih mbatalin janji sarapan bareng Adit?"
Feby hanya merespon dengan menggelengkan kepala,tidak habis pikir dengan keputusan temannya itu.
"Parah lo ya ndu, padahal itu kesempatan emas. Lo kan naksir dia dari jaman kuliah, " Lanjut Feby.
Ahhh kesalahan besar bagi Windu menanyakan itu pada Feby, moodnya tambah hancur hari ini.Meski mood Windu sedang tidak baik, namun dia bisa melewati setengah hari dengan baik di kantor. Matanya fokus melihat layar komputer di depannya, namun pasti tidak dengan fikirannya.
Waktu menunjukan hampir jam pulang kantor, dan Windu belum juga bertemu dengan Adit,tapi memang itu yang Windu harapkan. Entah harus berucap apa kalau ia bertemu dengan pria itu.
"Ndu, sibuk gak? Boleh minta tolong gak anterin file ini ke pak Adit, harus cepet cepet diapprove tapi aku harus ngerjain file lain ," pinta Tika sembari meletakan beberapa file di meja kerja Windu.
Windu tidak enak hati jika harus menolak permintaan Tika, apalagi itu permintaan yang mudah bukan ? Toh pekerjaan Windu sudah hampir rampung, tapi itu berarti dia harus menghadap Adit.
"Kenapa aku selalu dihadapkan dengan pilihan yang sulit,"pikirnya heran. Ingin rasanya ia menaruh lem di kursinya agar tubuhnya tidak beranjak dari kursi kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse of First Love
Romance" Ahhh yaaa... Hampir saja aku lupa, meski kamu adalah cinta pertamaku, tapi itu bukan berarti kamu adalah cinta terakhirku. " Dan ini kisahku, Windu Raeswara.