#Ahid

203 11 2
                                    

  ***
Apa aku harus berubah menjadi Cinderella terlebih dulu , agar kamu berkenan menjadi pangeran berkuda putih yang memberiku sepatu kaca?
***

" Apa ini gak terlalu berlebihan ya Feb? " Windu memandangi paper bag yang ia tenteng. Tangannya masing-masing membawa 3 paper bag, yang jika ditotal berarti sekarang Windu tengah menenteng 6 paper bag.

" Kata Adit kan seterusnya Ndu. Itu masih kurang sebenernya,satu hari harus satu baju," balas Feby yang juga menenteng paper bag. Bedanya feby hanya menenteng 2 paper bag. Satu paper bag berukuran sedang miliknya, sedang satu lagi yang berukuran lebih kecil milik Windu.

" Satu hari ya satu baju lah Feb, gimana sih lo? Masa iya gue sehari harus gonta gonti baju di kantor."

" Hehe... Ya siapa tahu Ndu. Lo kan lagi ada misi menaklukan hati Bapak Adit Narendra," Feby tertawa cekikikan,ia sedang membayangkan temannya yang dulu tomboy itu akan menjadi istri seorang manager. Sebenarnya dari dulu, Feby lebih menyukai jika Adit bersanding dengan Windu, bukan dengan Tari. Sudah sejak dulu juga, Feby ingin merubah penampilan Windu. Tapi,membuatnya keluar dari zona nyamannya sangatlah sulit. Tapi bukan Feby namanya kalau ia tak punya seribu cara,ia jadikan moment ulang tahun Windu kali ini sebagai alibi.

"Apaan sih lo Feb. Gue aja masih ragu sama perasaan gue."

"Maksudnya?"

Kruk... Kruk.... (suara perut)

Windu melirik ke arah Feby, menatap ke wajahnya lalu turun ke perutnya.

" Laper? " Feby mengangguk dan meringis malu.

"Ngomong dong kalo laper. Mau makan dimana? "

" Tapi gue gak bawa ATM Ndu, tadi duit cash gue kan udah buat bayar ini, " Feby melirik ke arah paper bag miliknya. Ia memasang muka pasrah.

" Lo kaya sama siapa aja. Udah ayo gue yang traktir, anggap ini perayaan ulang tahun gue, "

"Mau dimana? " lanjut Windu.

Mendengar itu, wajah pasrah Feby berubah menjadi senyuman lebar.

" Kan kamu yang terakhir,jadi terserah kamu, " balas Feby.  "Ya ampun untung Windu peka, bukan keitung utang," batin Feby girang. Untuk masalah kepekaan, Windu memang sangat sulit, harus di pancing dulu baru ia bakal peka. Bukan berarti Windu pelit, tapi ia hanya tak peka. Hehe...

" Ichiban aja ya, gue pengin makan sushi."

"Ok, " Feby mengedipkan mata kanannya, berarti setuju. Mereka menaiki escalator untuk naik ke lantai 3 ,lantai yang diperuntukan untung pengunjung Mall yang kelaparan seperti Feby.

Selesai makan,mereka tak langsung pulang. Mereka menyempatkan mampir ke salah satu caffe untuk membeli kopi. Semenjak kantor sedang gencar-gencarnya lembur, mereka jadi jarang jalan-jalan, meski hanya sekedar duduk dan minum kopi. Saat pulang kantor, biasanya mereka sengaja nongkrong di caffe dekat kantor lebih dulu, tak langsung pulang. Hanya sekedar bercengkrama, bercerita tentang kejadian di kantor hari itu, dan menghindari dari keramaian halte bus di jam-jam sibuk.

" Lo kenapa suka banget Americano sih Ndu? Bukannya itu pait ya? " Feby jadi bergidik saat membayangkan pertama kalinya ia mencicipi Americano.

The Curse of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang