***
Aku, berada tepat di ujung sisi bukit yang curam
Duduk, meluruskan kaki dan juga tekad...
Kulihat sekelilingku
Menyedihkan...
Bukan pemandangannya, namun hidupku...***
" Jangan takut, gue Reza. Cowok yang nabrak lo di kafe terus numpahin minuman di baju lo. "Windu mendengarnya, jelas ia mendengarnya karena suara pria itu cukup lantang. Namun, ia berusaha mengabaikannya. Ia lebih memilih berkutat dengan ponselnya yang mendadak menjadi musuhnya kali ini. Di saaat genting seperti ini, gadis itu sangat mengharapkan sebuah keberuntungan, tapi yang datang justru kesialan.
" Ayo dong, please cepet ada sinyal, " Windu menggoyang-goyangkan ponselnya,berharap sinyalnya akan kembali. Ia bahkan sampai mengacung-acungkan ponselnya ke atas dan menggoyang-goyangkannya, mungkin saja sinyalnya ada di sana. Tapi,tetap saja tak ada perubahan. Mungkin memang Windu sedang apes hari ini.
Melihat tak ada respon dari gadis itu, Reza bergegas melepas helmnya dan turun dari motor. Sontak, hal itu membuat gadis itu melangkah mundur.
" Lo takut sama gue? " ucap Reza yang masih diam di tempatnya.
" Gue yang tadi loh di kafe, masa lo lupa. "
Windu melirik sebentar ke arah pria itu. Yaa... Memang benar dia itu pria yang bertabrakan dengannya di kafe tadi sore. Meski ada sedikit yang berbeda darinya, ia tak lagi memakai kacamata, tapi Windu yakin mereka adalah orang yang sama.
" Aaa... Akuu. "
" Gue bukan orang jahat. Kalau gue mau jahat, gue gak bakalan ngenalin diri sama lo. "
Iya... Memang benar ucapannya. Mana ada penjahat yang membeberkan jati dirinya pada korbannya. Tapi, Windu nampaknya masih ragu kalau pria itu orang baik. Ia masih ingat betul lengan dan leher pria itu dihiasi tato. Walaupun tak ada hubungannya tato dengan penjahat, tapi tetap saja Windu merasa takut.
" Aku udah dapet ojek online kok, " ucap Windu dengan gemetar. Tentu saja ia bohong, bahkan sinyal di ponselnya saja tidak ada, bagaimana ia bisa memesannya?
" Gue tau lo bohong. Nyari ojek online jam segini tuh susah. " Reza menghampiri gadis yang keras kepala itu, yang sudah jelas membuat ekpresinya semakin ketakutan. Dengan langkah cepat, Reza berhenti tepat di depannya.
"Ayo, gue anterin. Kalau lo masih keras kepala, gue pastiin lo bakal di sini sampai pagi. "
" Gue gak bisa pastiin lo bakal selamat sampe besok," Reza melirik ke kanan dan ke kiri, " di sini bukan cuma banyak penjahat, tapi banyak hantu, " lanjutnya. Tentu saja hal itu membuat gadis itu lebih ketakutan, dan mungkin pada akhirnya akan menyerah. Bahkan saat ini, ia sedang sibuk memilin bajunya karena ketakutan.
" Kamu nakut-nakutin aku? " Windu berusaha tetap tenang,meski sebenarnya ia sangat takut. Lebih-lebih saat mendengar ucapan Reza barusan.
Reza memajukan wajahnya ke arah Windu, yang membuat Windu reflek mundur. " Gue serius. "
" Ayo ah lama... Keburu ngantuk gue pengin tidur, " ucap Reza sambil menarik paksa lengan Windu. Mata Windu terbuka lebar saat dirinya ditarik paksa. Ia tak melakukan penolakan, bukan karena ia menurut,tapi lebih karena ia terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse of First Love
Romance" Ahhh yaaa... Hampir saja aku lupa, meski kamu adalah cinta pertamaku, tapi itu bukan berarti kamu adalah cinta terakhirku. " Dan ini kisahku, Windu Raeswara.