***
Sejauh apapun usahaku melupakan, Sekeras apapun tekadku menepiskan, Bayangmu... Iya bayangmu
Kenapa bahkan selalu mengusik ketenanganku?
Bisakah kau berhenti menyiksaku, dan datang bukan sebagai mimpiku?***
" Temenin gue ke Mall Feb, " Windu menghampiri meja Feby dengan wajah girang."Mau beli apa? Tumben, " balas Feby yang nampaknya malah tak antusias mendengar ucapan Windu. Ia bahkan tak menoleh ke arah Windu, sibuk berkutat dengan layar komputer, sama seperti saat Windu menemui Adit tadi.
"Gue mau beli dress, " Windu membisikan kalimat itu di telinga Feby ,sontak membuat Feby kaget dan tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi.
"Lo serius?" tanya Feby yang masih tak percaya.
"Bentar-bentar... Lo lagi demam ya, " Feby meletakan punggung tangannya di kening Windu. Kemudian beralih meletakannya di keningnya. "Sama, " ujar Feby.
"Gue serius. Ntar gue ceritain alesannya, sekarang gue lagi sibuk mau ngrampungin kerjaan gue yang numpuk. Gue gak mau lembur. "
"Bye Feby, " ucap Windu sambil berlalu meninggalkan Feby. Sedang Feby masih terpaku dengan ketidakpercayaan. " Itu bocah abis makan apa sih, " seru Feby menggeleng-gelengkan kepala. Kalau memang itu benar-benar Windu,dan dia sedang tidak kesurupan, hari ini bisa dimasukan sebagai hari paling bersejarah baginya.
***
" Kita naik apa? " tanya Feby pada Windu. Mereka kini sedang berada di pinggir jalan depan kantor.
"Naik bus aja ya Feb. Kalau naik taksi mahal," balas Windu.
"Ya udah kita ngapain di sini? Kan Haltenya di depan, " Feby menunjuk Halte yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Oh iyaa... Ayo."
Mereka berjalan menuju Halte, dimana setiap hari kerja mereka selalu rutin kesana. Sudah dipastikan pasti akan sangat ramai karena ini jam pulang kantor dan sekolah. Kantor tempat mereka bekerja memang tak jauh dari sekolah menengah atas, jadi tak heran kalau Halte bus pasti akan jauh lebih ramai.
"Kalian baru pulang? " teriak seseorang dari dalam mobil. Feby yang berada disisi mobil itu segera melongok ke arah jendela mobil yang terbuka.
Adit. Iya dia Adit,atasan mereka. Tumben sekali ia mau menyapa.
"Iya pak kita baru pulang, " balas Feby.
" Kalian mau langsung pulang atau mampir kemana dulu? "
"Langsung pulang, " sekarang Windu yang menjawab. Padahal baru saja Feby bersiap-siap menjawab. Ia melirik ke arah Windu heran. "Kenapa bohong? " pikir Feby.
" Saya mau ke rumah teman yang arahnya kebetulan sama dengan kalian, mending kalian ikut saya. Naik bus pasti akan sangat macet, " ucap Adit, matanya terus memperhatikan ke arah Windu, yang justru gadis itu malah lebih sering buang muka.
" Nah loh rasain, kena buah simalakama, " Feby berucap dalam hati, ingin sekali ia menertawakan Windu. Tapi bisa-bisa bogem mentah mendarat di pipinya yang mulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse of First Love
Roman d'amour" Ahhh yaaa... Hampir saja aku lupa, meski kamu adalah cinta pertamaku, tapi itu bukan berarti kamu adalah cinta terakhirku. " Dan ini kisahku, Windu Raeswara.