Windu berjalan tanpa tenaga menuju kamar tidurnya. Kali ini Windu melewatkan makan malam bersama ayah ibu dan adiknya, bujukan ibunya bahkan tak dihiraukannya.Nampak suasana tegang di meja makan, tidak seperti biasanya. Biasanya pada jam makan malam, meja makan selalu gaduh oleh pertikaian kecil antara Windu dan Kia. Hampir setiap hari dua gadis kakak beradik itu selalu terlibat pertikaian, pertikain kecil memang tapi mampu membuat suasana rumah menjadi gaduh.
Namun, entah ada angin apa malam ini Windu seperti ingin menarik diri dari pandangan keluarganya. Perubahan sikap yang begitu cepat memang , mengingat sepulang dia dari warung Pak Toto semuanya terlihat baik baik saja. Bahkan Windu sempat bercengkrama dengan ibunya seperti biasa. Dia tidak akan pernah menampilkan wajah murung di depan keluarganya. Namun tidak untuk malam ini. Apa ucapan Adit seberpengaruh itu merubah moodnya malam ini???
Kia yang tampak gusar dengan sikap kakaknya itu hendak menghampirinya ke kamar," yang telfon tadi siapa yaaa???, Kenapa abis telfon dia jadi berubah. " Pertanyaan itu yang mendorong keingintahuan Kia, namun ibunya sudah lebih dulu menghentikan langkahnya.
"Sepertinya, mba butuh waktu sendiri Kia," ucap ibu pelan, tak ingin membuat putri sulungnya mendengar percakapan mereka dari kamar.
"Tapi nggak biasanya bu mba kayak gini," Kia bertekad tetap ingin melanjutkan langkahnya, namun kali ini giliran ayahnya yang menghentikannya.
"Kayaknya mba lagi ada masalah yang cukup besar, yang namanya jadi orang dewasa itu pasti selalu ada masalah, Kia. Mba kamu hanya sedang butuh waktu untuk menenangkan pikirannya, nanti kalau sudah tenang pasti dia akan cerita sama kita ," jelas ayah memberi pengertian kepada Kia ,Kia hanya mengangguk dan kembali mengatur posisi duduknya.
"Jadi orang dewasa itu gak enak" pikirnya.
" Kita lanjutin aja makannya, nanti ibu akan pisahkan untuk Windu, siapa tau nanti Windu mau makan kalau sudah tenang," ucap ibu sembari memisahkan nasi dan lauk untuk Windu, berharap putrinya nanti mau memakannya. Sebagai seorang ibu pasti ia khawatir dengan sikap tidak biasa putri sulungnya itu, tapi sebisa mungkin Nita (nama ibu Windu) harus bisa tampak tenang di hadapan suami dan putri bungsunya.
....
"Tumben nggak makan,biasanya paling semangat kalau ibu masak semur jengkol," ucap Kia yang tanpa aba-aba masuk ke kamar Windu. Kia makan dengan ritme yang lebih cepat, mengingat rasa kepo yang sudah memuncak di ubun-ubunnya.
Windu hanya mendengus sebal melihat kelakuan adik perempuan satu-satunya itu. Dia merasa kesal karena disaat seperti ini adiknya malah datang menguji emosinya...
"Gak berguna," gumamnya dalam hati.
"Percuma ibu mengajarkan kamu sopan santun tapi nggak pernah diterapin."
Windu menoleh kearah Kia dengan tatapan dingin, matanya menyeringai seperti singa yang melihat mangsa,hanya sebentar namun membuat kesan ngeri untuk Kia. Namun, Kia masih tetap berdiri di tempatnya tanpa ragu,rasa ingin tahunya rupanya lebih penting dari tatapan kakaknya itu, sementara Windu lebih memilih kembali menatap laptop dengan tatapan yang tidak berubah.
"Kalo gak penting-penting banget, mending kamu keluar deh, aku lagi sibuk,"sambung Windu ketus.
"Jadi dewasa gak enak ya, tiap hari kerjaannya bikin masalah."
Kia yang masih duduk di bangku SMA mengetahui betul bagaimana kakaknya selalu mengalami masalah setiap harinya.Dari yang permasalahan sepele hingga permasalahan yang besar. Namun setahu Kia, sebesar apapun masalahnya, kakaknya itu akan tetap terlihat baik-baik saja di depan keluarganya. Tapi tidak untuk saat ini, setelah dia mendapati kakaknya menerima telfon dari seseorang yang tidak ia tahu, dimulai dari situ kakaknya berubah.
Mendengar ucapan Kia, emosi Windu tersulut, nafasnya tak beraturan, kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya ,darahnya seakan-akan mendidih.
Dubrakkkkkkk....
Tanpa dia sadari buku yang semula ada di meja sudah terlempar jauh menabrak lemari. Untung dengan gesit Kia bisa menghindar.Kia nampak kaget dengan respon kakaknya. Baru kali ini dia melihat kakaknya semarah itu.
" TAU APA LO TENTANG DEWASA HUHHHH...???!!! "
Windu nampak kasar dari biasanya, bukan saja sikapnya namun perkataan yang keluar dari mulutnya pun terkesan kasar.
"Lo belum aja rasain gimana menyebalkannya jadi orang dewasa," Windu terisak ,dia nampak begitu lemah di hadapan adiknya. Windu memang selalu mendapat masalah setiap hari, tapi wajar bukan ??? Dia sudah dewasa, dan adiknya tidak berhak berkata hal seperti itu mengingat dia masih anak SMA.
Kia nampak bingung apa yang harus dia perbuat sekarang, apa harus menenangkan kakaknya atau keluar memanggil ibunya.
"Please...jangan ngadu sama ibu," pinta Windu masih terisak namun dengan nada melembut.
"Ma'-af... Mba," ucap Kia terbata bata,dia menyesal . Jujur Kia makin penasaran dengan apa yang terjadi dengan kakaknya itu, namun mungkin untuk kali ini dia lebih baik diam, benar kata ayah dan ibunya, kakaknya hanya butuh ketenangan saat ini.
"Mending lo balik ke kamar, belajar yang bener biar nanti dewasa gak bikin banyak masalah kaya gue."
Kia masih mematung, entah dia tidak mendengar ucapan Windu atau memang dia sengaja.
" LO BUDEG YAA ??? Jangan sampe laptop ini yang terbang sampe ke muka lo ," emosi Windu tampak dipermainkan oleh adiknya itu.
Kia mengangguk ketakutan dan menuruti ucapan Windu.
" Lain kali kalau masuk kamar orang ketuk pintu dulu, itukan yang diajarin ibu," sambung windu.
Kia hanya mampu mengucapkan kata maaf, dan keluar dari kamar Windu. Rasa penasarannya belum terpecahkan, jangankan terpecahkan dia malah mendapat perlakuan sinis dari kakaknya.
***
"Windu,lo itu marah sama Adit.tapi kenapa seisi rumah ini jadi korban? "
Windu merasa bersalah memperlakukan adiknya sejahat itu.
"Bagaimana kalo dia ngadu ke ibu," pikir Windu. Walau dia yakin Kia gak bakal ngadu apapun pada ibu.
" Arghhhhhhhh bego banget sih lo Ndu," ucap Windu sambil mengacak acak rambutnya dan masih terisak dengan sedikit air mata.
Saat situasi hati sedang tak karuan seperti ini, suara dering panggilan masuk bukanlah hal yang diinginkan Windu.
"Siapa sih malem malem telvon,"
Windu meraih ponsel, dan melihat nama Feby di layar ponselnya."Halo Windu, belum tidur kan?"
ucap Feby mengawali pembicaraan."belum, kenapa Feb tumben malem malem telvon?" Windu menormalkan keadaan,dihapusnya air asin yang berasal dari matanya, tak ada lagi suara isakan dari mulut Windu. Windu menduga Feby akan mengajaknya makan diluar karena kemungkinan ibunya mengadu dia tak ikut makan malam.
"Besok pagi gue kerumah lo" jelas Feby.
"Ngapain? Pasti mau nebeng sarapan ya? " terka Windu
" Sembarangan, enggak lah. Pembicaraan tadi di warung Pak Toto loh Ndu"
Windu makin tidak paham dengan ucapan Feby. "Emmm soal Adit? "
"Nah itu pinter. Saatnya dimulai Ndu"
Ucap Feby percaya diri."apanya yang dimulai Feb? "
"Gue dateng jam 5 ya Ndu, awas kalo lo belum bangun" ancam Feby
"Ya ampun pagi banget, lo mau ngap... "
Tut tut tut...
Panggilan terputus..."Saatnya dimulai? Apanyaa sih Feb? "
Windu dibuat bingung oleh ucapan Feby, bisa bisa dia tidak bisa tidur malam ini. Bukan saja karena rasa keponya kepada Feby, tapi perbuatan jahatnya kepada Kia masih terngiang diingatan Windu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse of First Love
Romance" Ahhh yaaa... Hampir saja aku lupa, meski kamu adalah cinta pertamaku, tapi itu bukan berarti kamu adalah cinta terakhirku. " Dan ini kisahku, Windu Raeswara.