#keluarga

298 13 0
                                    

Keluarga adalah bagian terbaik dalam hidupku
Mereka selalu membentangkan tangan untuk menerima kekuranganku
Membentangkan tangan untuk menyambut pelukanku
Saat aku membutuhkan kehangatan

                    ~Windu Raeswara~

***

Semilir angin menelusup masuk kepori pori gadis yang sedang berdiri termenung di depan jendela yang sengaja ia buka lebar.Ditatapnya langit malam yang menampilkan banyaknya bintang yang bertebaran tak beraturan ,namun terlihat indah jika dilihat dari bumi.

" Sepertinya langit sedang bahagia,"gumamnya .

Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Hanya hal kecil seperti ini yang bisa mengembalikan senyumnya, meski sementara. Mata sembabnya terus terpaku menatap ke langit sana, dinginnya angin malam yang lambat laun mulai menyusup mengenai tulang tak dihiraukannya. Matanya sesekali terpejam,menikmati suasana malam diiringi suara jangkrik juga suara dentingan jam dinding yang menempel di tembok bercat biru tua. Diambilnya nafas dalam dalam...
Huuufffptttt... Lalu dihembuskannya pelan. Hal itu mampu menetralisir keadaan lebih baik.

Jarum jam tepat berada pukul 23.00, itu artinya satu jam lagi ,gadis yang sedang berkutat memandang langit itu akan bertambah usia. Namun sepertinya, peristiwa peristiwa yang ia alami hari ini mampu membuat ia lupa akan hari spesialnya itu.

Entah sudah berapa lama Windu terpaku dengan posisinya saat ini, ia merasa nyaman dan tak ingin beranjak.

" Saya ajak kamu aja iseng" .

Tiba tiba kata kata itu terbesit di kepala Windu. Mengganggu ketenangannya. Matanya kembali berkaca kaca. Satu Tangannya mencengkram sisi jendela,sedangkan tangan satunya mengepal penuh tenaga. Susah payah ia menetralisir keadaannya,sia sia sudah.

"Tari yang bakal diajuin Ndu"

Untuk kali ini, pertahanannya runtuh. Windu tak bisa menahan tangisnya. Ia kembali terisak. Senyumnya hilang. Suasana hati yang sudah mulai tertata,hancur kembali.

Langit tiba tiba mendung, bintang bintang hilang dari pandangan. Seolah olah mereka ikut merasakan kesedihan gadis itu.
Dan titik air hujan pun sedikit demi sedikit jatuh membasahi bumi. Windu menangis di tengah derasnya hujan. Ia tak merubah posisinya, masih tetap terpaku di depan jendela. Cipratan air hujan sesekali mengenai wajah lusuhnya membaur bersama air mata.

Krekkkk...
Terdengar suara pintu kamar Windu terbuka pelan... Windu tak bergeming. Ia tak peduli siapa yang masuk ke kamarnya.

" Mba... Belum tidur? "ucap seorang perempuan dengan lembut. Sebagai seorang ibu yang mendapati sikap tak biasa putrinya,Nita pasti khawatir. Ditambah saat ini, ia mendapati putrinya sedang terisak dengan suasana gelap ,karena lampu kamarnya pasti sengaja ia biarkan padam. Suaranya samar memang karena tertutup suara hujan,tapi Nita dapat mendengar jelas tangisan putrinya itu.

" Mba... Kamu kenapa? " ucap Nita cemas sambil berlari kecil menghampiri putrinya dan langsung memeluknya. Entah apa yang sedang terjadi dengan putrinya saat ini ,yang jelas ia juga ikut merasakan rasa sakit yang sedang putrinya rasakan. Seolah mereka terhubung satu sama lain.

Windu membalas pelukan hangat ibunya. Tangisannya bahkan lebih keras, ia meluapkan semua rasa sedih,sakit,dan kesal di pelukan ibunya. Pelukan hangat seorang ibulah yang ia butuhkan saat ini.

The Curse of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang