# penyesalan

393 14 0
                                    


" Ndu makan mie ayam yuk. Gue kangen nih sama mie ayam Pak Toto."

Hampir seminggu mereka tidak menghampiri warung mie ayam Pak Toto, tempat makan langganan mereka. Banyaknya target perusahaan pada bulan ini mengharuskan mereka untuk lembur.

Windu tampak diam mengabaikan ajakan Feby,pandangannya kosong menatap lurus ke depan. Entah apa yang sedang dipikirkannya, namun yang pasti semenjak keluar dari ruangan Adit keadaannya semakin kalut.

"WINDU RAESWARA," Feby menekankan nama Windu, tapi Windu tetap bergeming, dia masih terpaku dengan pandangannya. Langkahnya pun asal,entah sudah berapa kali kakinya tersandung kerikil.

"Ndu, kayaknya lo perlu ke dukun deh, gue takut lo kesurupan setan budeg ."
Feby tampak dibuat kesal oleh tingkah temannya itu.

Tiba tiba Windu menghentikan langkahnya, menatap Feby dengan muka mengintimidasi.

"Ndu, asli kyaknya lo kesurupan ," ucap Feby yang juga ikut menghentikan langkah. Dia mengernyitkan dahi sambil mengamati dari ujung kaki hingga ujung kepala Windu.

"Ada yang gak beres nih , " pikirnya.

" Febbbyyyyyyyyyyyyyyyyy...."

Suara Windu naik beberapa oktaf atau lebih tepatnya dia berteriak. Orang orang di sekeliling tempat itupun sontak menoleh kearah Windu. Keadaan diperparah ketika tiba tiba Windu mengacak acak rambutnya yang membuat Feby semakin yakin kalau temannya itu kesurupan.

"Arghhhhhhhhhh... Bisa bisanya gue kemarin nunjukin kalo gue salah tingkah didepan dia, mana gue senyum senyum pas dia ngajak sarapan ."

Celoteh Windu sambil terus mengacak acak rambutnya dan sekarang bukan dalam posisi berdiri, tapi jongkok.

"Padahal dia cuma iseng ngajakin gue,karena si kutu kupret Tari itu bilang gak bisa nemenin dia sarapan,"lanjutnya.

Feby menyadari bahwa tingkah temannya itu menjadi perhatian orang orang yang lalu lalang lewat, hingga membuatnya malu.

"Ndu, bisa bisa lo beneran dikira kesurupan ."

Feby panik namun masih sempat sempatnya menebar senyum ke orang orang yang melihat temannya itu dengan tatapan aneh,
Seolah olah ingin meyakinkan kalau temannya baik baik saja. Padahal bisa saja orang orang itu justru mengira kalau dua gadis itu aneh, yang satu kesurupan yang satu gila.

"Mending lo cerita di warungnya Pak Toto aja ya," bujuk Feby .

Setelah menyadari banyaknya pasang mata yang memandangnya dengan tatapan aneh, Windu memutuskan untuk mengikuti saran Feby. Dirapihkannya rambutnya yang acak acakan dan bersikap kembali normal seperti tidak ada hal konyol yang telah ia lakukan.

***

Senyum Pak Toto, penjual mie ayam langganan Windu dan Feby menyambut kedatangan mereka dengan ramah.

"Ya ampun mba Windu mba Feby, lama sekali sepertinya tidak main ke warung bapak, nggak kangen sama mie ayam buatan bapak? "

Ucap Pak Toto yang dengan cekatan menyiapkan racikan mie ayam, ia sudah hapal betul pesanan dua gadis itu.

"Kangen bangettt pak, makanya Feby mau pesen 2 porsi hehe, " jawab Feby. Windu hanya menyunggingkan senyum, tak mengucapkan sepatah katapun.

"Siap," ucap Pak Toto penuh semangat.

Dua gadis itu lalu mengampiri meja yang kebetulan kosong di sudut ruangan, biasanya mereka bahkan kehabisan tempat karena saat jam pulang kantor warung Pak Toto selalu ramai.

" Disini lo udah bisa cerita,tapi gak usah pake jambak jambak rambut, ntar pelanggan Pak Toto pada kabur," ucap Feby sewot.

" Tadinya gue kira gue bego mbatalin ajakan Adit, tapi ternyata gue bukan cuma bego tapi tolol karena nerima ajakan dia. Dengan entengnya dia ngomong cuma iseng ngajakin gue."

Masih tersimpan jelas diingatan Windu ucapan Adit yang benar benar membuatnya ingin lenyap seketika di hadapan Adit.

"Mana gue keliatan salah tingkah lagi, sial,,, gue nyesel banget ."

Jarum jam menunjukan tepat jam 12 siang, semua karyawan berjalan menuju kantin beriringan. Windu memilih berjalan menuju pantry, membawa botol minumnya yang kosong. Bekal nasi yang telah disiapkan ibunya ia tinggal begitu saja dimeja makan. Hal itu sering terjadi jika Windu bangun kesiangan. Windu memang selalu membawa bekal kekantor, meskipun sering diejek seperti anak SD ia tak peduli. Dia harus menyisikan uangnya untuk membeli gitar idamannya,lagipula makanan ibunya jauh lebih enak dibanding makanan dikantin.

"Ndu, lo beneran gak makan? Pake duit gue dulu deh gak papa" bujuk Feby yang membuntuti langkah Windu.
"Nggak Feb, gue gak laper kok" Windu bohong, cacing cacing diperutnya sebetulnya sudah meraung raung kelaparan.
"Serius? " Feby nampak terus membujuk Windu.
Windu mengangguk sembari tersenyum meyakinkan temannya itu.
"Ya udah gue kekantin yaa" ucap Feby memutar arah dengan ragu. "Dahh Windu" Feby melambaikan tangan tanda perpisahan, padahal mereka masih ada di gedung yang sama.
Windu tersenyum dan mengamati punggung Feby yang bergerak pelan menjauh. Bersyukur dia punya teman seperti Feby.

Suasana di pantry sepi, hanya ada mbak Ayu salah satu cleaning service di kantor. "Nggak makan siang bu? "tanya mba Ayu. "Enggak mba" jawab Windu. Dia lalu mengisi botol minumnya yang kosong sampe penuh.

"Windu"
Tiba tiba terdengar suara yang nampak tak asing bagi Windu, yaa itu suara Adit. "Sedang apa dia disini? "pikir Windu.
"Iya pak" jawab Windu menghampiri atasannya itu yang sudah berdiri diambang pintu pantry, entah sejak kapan dia sudah ada disitu,gadis itu tak menyadari.
"Besok pagi sarapan bareng saya ya? "
Duarrrrrr...
Hati Windu mau meledak rasanya, tiba tiba bunga bunga dihatinya bermekaran, mukanya memerah. "Ini nggak mimpikan? "Windu masih terpaku. Dia senyum senyum sendiri seperti orang gila.
"Nduuu"
"Iya pak saya mau" Windu ingin menyembunyikan rasa senangnya, tapi tidak bisa, hatinya sudah tidak terkontrol.
"Besok pagi jam 6 saya jemput"ucap Adit sambil berlalu dari pantry meninggalkan gadis yang dibuat mabuk kepayang olehnya.
"Dijemput? "astaga mimpi apa kamu semalam Windu.....

Windu memijat mijat kepalanya dengan tubuh bersandar di tembok,bukan lagi pusing yang Windu rasakan, tapi kepalanya sudah mau meledak rasanya. Rasa malu dan sakit hati bercampur menjadi satu.

"Lo harus bikin Adit nyesel udah nglakuin itu Ndu ," ucap Feby tampak geram juga dengan perlakuan Adit kepada Windu.

Bagi Feby, dari segi manapun Windu lebih unggul dari Tari...
Tapi realitanya mungkin tidak, tidak semuanya Windu lebih unggul dari Tari.

"Maksudnya..?" Windu mengangkat satu alis tebalnya,tidak mengerti kearah mana maksud ucapan Feby.

Belum sempat Feby menjawab, dia sudah tampak lahap memakan mie ayam yang sudah tersaji didepannya.

"Makasih Pak Toto," senyum lebar tersungging di wajah Feby, "makan aja dulu Ndu, hehe, " lanjut Feby dan melanjutkan makannya lagi.

Windu hanya menatap temannya kesal, untuk urusan makanan memang Feby nomor satu...

"Membuatnya menyesal, apa bisa ?" pikir Windu.

The Curse of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang