#Halte Bus

192 10 3
                                    

***
Jika semesta mengijinkan, aku ingin sekali berdialog sebentar...
Tak banyak kata yang akan aku ucapkan...
Hanya sekedar bertanya, bolehkah aku melihat sinar di manik matanya sekali lagi?
***

" Ndu,mampir kesini dulu bentar yuk," Feby merengek untuk mampir ke salah satu toko kosmetik yang berada di pinggir jalan yang sedang mereka lewati.

" Tapi ini udah malem Feb."

" Bentar doang, please, " seperti biasa,Feby memasang muka melas dengan tangannya yang susah payah mengisyaratkan permohonan. Mau tak mau, dan lagi-lagi Windu mengiyakan.

" Hmm... Ok ok ayo, " ucap Windu dengan malas,sedang Feby tersenyum girang.

Berbeda dengan Windu yang nampak asing dan tak begitu antusias dengan berbagai jenis make up dan skincare yang terpajang, Feby justru terlihat sangat hafal setiap sudut tempat itu. Ia mondar mandir kesana kemari entah mencari apa, yang jelas Windu pusing melihatnya. Awalnya,Windu mengikuti setiap gerakan Feby, tapi akhirnya ia menyerah. Ia lebih memilih untuk diam di tempat. Memalingkan wajahnya ke arah luar, melihat berbagai kendaraan lalu lalang di jalanan yang tampak ramai.

" Nggak ada kebetulan yang se kebetulan itu kan? " Windu tak bisa lupa kejadian di kaffe tadi. Ia benar-benar merasakan hembusan nafasnya, bagaimana mungkin ia tiba-tiba menghilang? Dan lebih tidak mungkin lagi kalau Windu halu. Windu menghampiri Feby yang nampak sedang asyik sedang memakai lipstik tester. " Kaya mau beli aja nih bocah, katanya gak bawa duit, " batin Windu.

" Feb? "

" Hmm... " Feby sedang berkutat memandangi cermin di depannya, memakai lipstik warna merah lalu di hapusnya lagi dengan tisu yang sudah dibasahi micella water, lalu mengaplikasikan warna lain begitu seterusnya sampai bibirnya jontor.

" Lo tadi serius gak denger perempuan di kaffe tadi nyebut nama gue? "

Tak ada jawaban. Entah Feby tak dengar atau memang dia sengaja tak mau menjawab karena tak mau diganggu.

" Feb? " Windu menambah pekenanan pada suaranya,membuat Feby menoleh ke arahnya.

" Gue gak denger Windu, " balas Feby dengan memalingkan wajahnya dari Windu,dan kembali menghadap cermin.

" Tapi gue denger. Bahkan tadi cowok itu... "

" Ndu,untung tadi gue nyubit lo. Kalau nggak, duh gue gak tau deh lo ngayalnya udah sampe mana, " Feby menarik satu tangan Windu, dan menyisipkan satu buah lipstik berwarna peach ke jari-jari tangannya.

" Apa ini? Lo nyuruh gue nyuri? " ucap Windu sambil memandangi lipstik di tangannya dengan bingung.

" Ya kali gue nyuruh lo maling. Kita itu gadis cantik yang bermoral baik,masa cuma karena lipstik nama baik kita tercoreng."

" Terus ini maksudnya apa? " Windu mengarahkan lipstik itu ke Feby.

" Beliin, " balas Feby sambil berlalu ke tempat dimana berbagai macam foundation terpampang nyata di depannya. Windu mau tak mau harus mengikutinya.

" Lo beli lipstik lagi? Katanya kemarin baru beli di shopee. "

" Siapa bilang itu buat gue, itu buat lo. Lagi sejak kapan gue pake lipstik warna peach, " ujar Feby yang sekarang perhatiannya beralih ke foundation.

The Curse of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang