Lisa turun dari ojek sambil menahan napas. Perjalanan dari kampus ke rumah Younghoon terasa tiga kali lebih lama. Selama perjalanan tadi yang Lisa lakukan adalah mengendalikan emosi dengan bernapas teratur. Akan tetapi, saat masuk ke rumah Younghoon, emosinya naik lagi.
Younghoon sudah menunggu di ruang tengah. Lelaki itu menoleh. "Mau minum apa?"
"Tadi Bambam cerita." Buka Lisa, masih berdiri, mengabaikan pertanyaan pemilik rumah. Ia menatap lurus ke arah Younghoon. "Bambam cerita kalau pas kemarin lo nyamerin gue ke DPM, dia ngeliat inisial gue bersinar karena lo. Katanya inisial gue baru bereaksi saat lo datang. Tapi kenapa beda sama terakhir kali gue nanya ke lo, Hoon? Saat terakhir kali gue nanya soal inisial ke lo, sebenarnya bereaksi 'kan? Sebenarnya bersinar 'kan?"
"Kenapa lo bohong?" Tanya Lisa pada Younghoon, suaranya bergetar. Kecewa, marah, dan lelah semua bercampur.
Lelaki di hadapannya hanya menatap mata Lisa untuk beberapa saat. Ia kemudian duduk dan memberi tanda agar Lisa duduk, perempuan itu menurut. Keduanya duduk berhadapan. "Gue gak mau mempersempit pilihan lo. Ini hidup lo, cuma karena nama inisial masing-masing berada di bagian tubuh kita harus bersama. Gue gak mau lo datang ke gue dengan keharusan inisial, Lis."
"Iya, gue bohong. Gue bohong karena gue mau lo milih jalan lo sendiri. Jatuh cinta dengan cara lo dan bahagia dengan cara lo, bukan terbatas karena inisial. Itu kenapa gue selalu nanya, kalo lo ketemu pasangan inisial lo, lo mau apa?" Younghoon berhenti, kini kembali menatap Lisa lurus. "Karena kalau lo datang ke gue tanpa kesiapan, gue lebih baik ngelepas lo."
"Hoon-"
"Lis, gue gak pernah main-main. Gue gak pernah berniat nyakitin lo. Gue gak mau mengikat lo hanya karena keharusan inisial. Lo pantas bahagia, dengan cara apapun yang lo mau."
Mulut Lisa terbuka, ingin bertanya banyak hal. Satu pertanyaan yang terus berputar akhirnya keluar. "Sejak kapan lo sadar kalau gue pasang inisial lo?"
Younghoon tersenyum kecil. "Pas ulangtahun gue ke lima belas. Malam sebelumnya, inisial gue muncul. Di umur ke lima belas, gue gendong lo yang abis jatuh dari tangga. Saat gue balik untuk ngambil tas lo, inisial itu muncul, dan gue baru sadar saat di kamar lo. Hari itu saat gue ngeliat kaca di kamar lo, inisial gue muncul dan bereaksi. Sinarnya bikin gue takut lo sadar kalau pasangan inisial lo gue, sementara di tubuh lo belum muncul inisial nama gue."
Lelaki itu menurunkan kausnya, memperlihatkan inisial LS yang berpendar terang. "It was you and always be you."
"Kenapa gak ngomong ke gue?" Tanya Lisa, jelas ia kecewa. Di sisi lain ia merasa sedih dan sakit. Ketakutan Younghoon membuatnya muak.
"Gimana bisa? Lo sahabat gue dan milik lo belum muncul. Inisial lo baru muncul di umur ke enam belas. Dan jauh sebelum inisial nama lo muncul di tubuh gue, gue udah jatuh cinta sama lo." Younghoon menunduk, menautkan jarinya. "Gue tau seberapa besar keinginan lo ketemu pasangan inisial, tapi Lis, gue lebih tau keinginan lo buat jatuh cinta lebih besar."
"Dan lo bohong karena alasan itu?"
Younghoon menggeleng. "Bukan karena itu. Karena gue gak mau maksa lo jatuh cinta karena inisial. Gue jatuh cinta sama lo jauh sebelum inisial muncul. Sekarang, gimana bisa gue datang ke lo yang inginnya jatuh cinta sementara perasaan lo ke pasangan inisial cuma penasaran?"
Lisa diam. Younghoon selalu tahu cara membungkam mulutnya. Lisa benci pada Younghoon yang lebih paham dirinya, dibanding ia sendiri. "You think too much." Ketus Lisa, nada dan tatapan tajam. "Ya, gue pengennya jatuh cinta kata orangtua gue. Gue pengen ketemu pasangan gue karena percaya bahwa dia adalah jodoh gue. Ya, gue terlalu naif dan bego. I don't believe in fairytale, yet believe that my initial will be the one and we will be happy. Gue naif dan bego. Sedihnya gue malah harus dibohongin sama lo. Sahabat gue, seseorang yang bahkan lebih kenal gue dibandingkan diri gue sendiri. Yet, you're the one who hurt me the most. Lo pengecut."
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah tentang nama
FanfictionMenemukan jodoh harusnya mudah sebab inisial nama pada tubuhmu akan bersinar ketika jodoh berada di sekitarmu. Hanya saja, untuk seseorang seperti Lalisa yang memiliki inisial di bagian leher, hal mudah itu menjadi luar biasa sulit.