Lisa sedang asik menjilat es krim saat Bambam datang bersama Yugyeom. Tangan keduanya penuh dengan surat undangan. "Bantuin dong, pilahin per fakultas." Kata Yugyeom.
"Memang manusia gak bisa ngeliat gue santa." Cerca Lisa. Tahu saja kalau Lisa tak ada kelas dan es krimnya sudah mau habis.
Bambam langsung mengeluarkan kripik pedas dan camilan lainnya. "Ada cemilan, tenang."
Lisa masih misuh, tetapi tangannya mulai bekerja. Ia mulai memilah surat undangan untuk tiap jurusan di fakultas lain. Tiga orang itu berkerja tanpa suara, membuat pekerjaan mereka lebih cepat selesai. Setelah memilah dan melipat surat-surat tersebut, ketiganya menghela napas bersamaan. "Akhirnya kelar." Ujar Yugyeom.
Lisa sudah membuka kripik pedas dan memakannya. "Sogokannya besok ganti pake yogurt." Ujar Lisa sambil mengunyah.
Bambam mendecih. "Banyak mau anjer."
Mendengar penolakan itu membuat Lisa menoleh dengan tatapan tajam. "Mau matanya gue colok pake kripik?"
"He he enggak, Seyeng. Bercanda." Ampun Bambam sambil mengikat surat undangan per fakultas dengan karet.
Yugyeom berdiri. "Gue ambil motor dulu ye. Jauh nih dari parkiran. Tar tunggu di lobi."
Bambam mengangguk. Dan Lisa melambaikan tangan. "Tiati, Gyeom!"
"Yo!" Balas Yugyeom.
Bambam mengeluarkan kotak susu cokelat dan memberikannya pada Lisa. "Minum dah. Tadi dikasih kak Chungha."
Lisa dengan senang hati menerima. Keduanya melanjutkan nyemil. Bambam dengan kuaci dan Lisa dangan kripik pedas. "Oh! Inget gue." Ujar Bambam dengan wajah ceria. "Kok lo gak cerita udah ketemu sama pasangan inisial? Mentang-mentang deket sama the one jadi gak mau cerita nih ye?"
Alis Lisa naik, bingung dengan ucapan Bambam. "Hah? Maksudnya?"
Bambam langsung menyenggol bahu Lisa, menggoda. "Yailah pake pura-pura gak tau."
Lisa menatap Bambam, lurus. "Apaan sih? Gue beneran gak tau."
Bambam manyun, masih mengira bahwa Lisa bohong. "Kok gitu sih? Padahal kemaren pas sama Younghoon gue liat inisial lo bersinar. Terang banget, sumpah. Jangan mentang-mentang sama Younghoon dan kalian udah deket lo jadi gak mau cerita."
Tubuh Lisa seakan disiram air es. Dingin. Jantungnya berdetak kencang. "Inisial gue bereaksi pas ada Younghoon? Lo gak salah?"
Bambam mendecih. "Ya, enggakl! Orang pas Younghoon dateng dan lo nyamperin dia inisial lo bersinar. Sebelum dia datang gak ada reaksi apapun."
Lisa diam. Apa ini? Inisialnya bereaksi? Pada Younghoon? Pada seseorang yang sering ia tanya?
Bambam mendecih. "Yugyeom dah sampe. Nanti lo harus traktir pokoknya! Bye!"
Lisa duduk dengan posisi yang lama sampai lima menit berlalu. Gadis itu linglung, memasukkan semua yang ada di meja ke dalam tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Lisa harus bertanya langsung. Ia tahu Younghoon pasti punya alasan. Dan apapun itu, Lisa akan menyiapkan diri untuk kecewa.
"Lo di mana?" Tany Lisa saat panggilannya terjawab. "Oke. Gue ke rumah."
Saat di motor, Bambam teringat tatapan Younghoon dan memukuli punggung Yugyeom. "Shit, shit, shit! I screw up everything!"
Yugyeom sampai harus menghentikan motor di pinggir jalan. "Kenapa sih anjir?"
Bambam menyandarkan kepalanya di bahu Yugyeom. "Gyeom, kalau abis ini gue mati. Tolong kasih tahu Younghoon gue minta maaf."
Yugyeom mendengus dan melanjutkan mengendarai motor. Ia tak peduli dengan ucapan aneh dari bibir Bambam.
Ekspresi Younghoon saat nutup telfon
Bentar lagi gais
Let's go drama!
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah tentang nama
FanfictionMenemukan jodoh harusnya mudah sebab inisial nama pada tubuhmu akan bersinar ketika jodoh berada di sekitarmu. Hanya saja, untuk seseorang seperti Lalisa yang memiliki inisial di bagian leher, hal mudah itu menjadi luar biasa sulit.