"Lis." Panggilan itu datang dari Dokyeom. Lisa langsung bingung, ada apa nih?
"Wei, ada apaan neh?" Balas Lisa sambil memutar pulpen.
Lisa memang sedang di ruang DPM, cuma numpang sampai Younghoon selesai rapat. Ia tak sendiri, tetapi bersama Bambam dan Yugyeom yang tidur di balik lemari. Dokyeom duduk di samping Lisa, raut wajahnya sudah tak enak dilihat.
"Bingung dah gue." Buka Dokyeom, frustasi. "Gue gak paham sama Yuju. We both like each other, yet she don't want to be with me."
Lisa diam, menutup bukunya, dan memasang telinga dengan baik. Ia menghadap Dokyeom, menatap matanya langsung. "Gue gak paham aja. Padahal gue sama dia nih saling suka dan inisial kami pun bereaksi. Tapi kenapa dia malah ngejauh sih? Anjir, pusing gue."
Tangan Lisa terulur, menepuk pundak Dokyeom. "Lo gak pusing sendiri kok. Yuju juga uring-uringan kaya lo sekarang. Dia sama bingungnya sama lo. Kalau cerita ke gue kayanya gak bakal nemu solusi dah. Mending lo ketemu Yuju, ngomong pelan-pelan, dan jelasin aja perasaan lo ke dia. Dengerin juga alasan Yuju ngejauh. Kalau udah ngobrol pasti pelan-pelan paham."
Dokyeom diam, sebelum mengangguk. "Lo bener sih." Ia kemudian tersenyum. "Makasih ya, gue mau nyari Yuju dulu deh."
"Dia lagi di ruang baca." Lisa memberitahu dan Dokyeom memberikan jempol.
"Nanti gue beliin seblak." Janji Dokyeom sebelum menutup pintu DPM.
Setelah Dokyeom pergi, Bambam menghampiri. Bambam tak banyak bicara, hanya menepuk puncak kepala Lisa. "Ngapain? Kok tiba-tiba?"
Bahu lelaki itu terangkat. "Pengen aja."
Lisa mendecih, namun tak marah. Ia merasa bahwa saat ini Bambam sedang menghibur. Tak lama pintu DPM terbuka lagi, Younghoon berdiri di sana. "Ayo, pulang."
Mendengar itu membuat Lisa langsung beres-beres. Saat itu tanpa sengaja Bambam melihat tengkuk Lisa yang bersinar. Matanya membulat dan tanpa sadar ia menahan tangan Lisa. "Kenapa Bam?"
Kernyitan di alis Bambam menebal saat ia menoleh pada Younghoon. "Enggak." Jawabnya sambil melepaskan genggamannya. "Hati-hati di jalan, ya."
Lisa hanya tertawa dan mengangguk. "Iya, lo juga."
Bambam masih menatap Lisa, terutama ketika temannya semakin dekat pada Younghoon dan cahaya di tengkuknya semakin terang. Seakan tahu, Younghoon menatap lurus pada Bambam, dan melingkarkan tangannya di leher Lisa—menutupi inisial perempuan itu.
Bambam tak paham. Kenapa Younghoon harus menatapnya seperti itu? Tatapan yang mengatakan bahwa Bambam tak boleh memberitahu siapapun.
"Lagi dingin gini malah cuma pakai kaus." Ujar Younghoon dan memakaikan kemejanya di bahu Lisa.
Perempuan itu mendengus. "Tadi gerah tahu."
Sampai di depan parkiran, Jaehyun sudah menunggu di depan mobil. Raut wajahnya gak enak dilihat dan auranya seakan ingin membunuh. "Geh, siapa yang bikin Yang Mulia Raja badmood gini sih?" Gerutu Lisa.
Jaehyun kalau lagi bete gini susah buat ditenangkan. Tanpa banyak bicara Younghoon mengambil alih kemudi dan Jaehyun duduk di kursi penumpang. Lisa melirik ke arah Younghoon, sudah pasti lelaki ini tidak akan membuka pembicaraan.
"Sayang aku, kenapa kamu bete?" Tanya Lisa sambil menyandarkan kepalanya di kursi Younghoon.
"That stinky bastard drink from my straw. And that was so disgusting." Lisa secara tak sadar memundurkan kepalanya, serem sendiri melihat ekspresi Jaehyun.
Younghoon langsung menepuk pundak Jaehyun. "Dah, nanti gue beliin lagi."
"Bukan gitu." Helaan napas terdengar dari bibir Jaehyun. "Masalahnya, bajingan ini tuh udah tau gue paling gak suka berbagi alat makan yang sama. Eh, dia malah sengaja. Pake dijilat lagi? Like, so disgusting."
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah tentang nama
FanficMenemukan jodoh harusnya mudah sebab inisial nama pada tubuhmu akan bersinar ketika jodoh berada di sekitarmu. Hanya saja, untuk seseorang seperti Lalisa yang memiliki inisial di bagian leher, hal mudah itu menjadi luar biasa sulit.