Younghoon masuk ke dalam rumah Lisa setelah Jungkook membuka pintu. Lelaki itu menepuk pundaknya sambil membawa helm. "Gue balik. Ngomong yang bener."
"Makasih, Kook." Balas Younghoon dan Jungkook memberikan jempolnya.
Ia melangkah masuk, membuka sepatu dan memakai sandal rumah. Lisa menoleh, menatap langsung ke matanya. Gerakannya yang tengah menyuap es krim terhenti. Younghoon tersenyum, "Hai, mau makan ayam?" Tawarnya sambil menunjukkan plastik berisi buket ayam.
"Spicy?"
"Spicy."
Younghoon duduk di lantai, di samping kaki Lisa. Ia membuka buket ayam dan tanpa permisi langsung Lisa ambil. Canggung. Sangat canggung. Younghoon meraih satu paha ayam dan mulai mengunyah. "I was wrong." Buka Younghoon disela kunyahan.
Lisa tak menjawab dan masih mengunyah ayam, membiarkan Younghoon meneruskan. "Gue pikir ini cara terbaik biar lo gak terluka. Nyatanya lo malah terluka lebih dalam."
"Iya, sampe sakit lagi." Sarkas Lisa dan Younghoon keselek udara.
"Iya, maaf." Kata Younghoon setelah meminum air di botol miliknya. Ia menaruh sisa ayamnya dan membersihkan jari dengan tisu. Lelaki itu kembali bersandar dan keduanya menatap televisi. "Harusnya gue jujur. Gue terlalu egois cuma karena gue lebih duluan sayang sama lo, bukan sebagai sahabat. Ego gue pengen bikin lo bilang kalau perasaan kita sama dulu baru gue kasih tau soal inisial. Gue tau gue egois. But deep down, I want you to love me more. More than I love you."
Lisa tak memotong dan melanjutkan makan ayam meski tiap kunyahan membuatnya sesak. Ia bahkan tak tahu bagaimana rasa ayam favoritnya. Gadis itu menaruh sisa ayamnya dan membersihkan tangan dengan tisu, seperti yang Younghoon lakukan.
Younghoon memeluk lututnya, membuat Lisa teringat ketika di tahun pertama SMP. Younghoon benci olahraga dan hanya duduk memeluk lutut di dekat tangga. Lisa yang menarik tangannya agar ikut bermain basket. Mengingat itu membuat Lisa duduk di samping Younghoon dan menyandarkan kepalanya di lengan atas Younghoon. "Terus ego lo sekarang udah kalah belom?"
Younghoon menoleh, menatap Lisa yang mendongak. "Udah. Udah kalah saat lo keluar dari rumah. Ego gue kalah karena gue gak mau kehilangan lo. Sebagai sahabat dan sebagai perempuan yang gue sayang."
Lisa mendengus, tangannya terulur untuk mengacak rambut Younghoon. "Coba liat muka lo." Kata Lisa, tangannya masih di kepala Younghoon.
Lelaki itu maju, mendekatkan wajahnya pada Lisa. Dengan jarinya, Lisa menggerakkan kepala Younghoon ke kanan-kiri. "Ah, udah sembuh." Nada kecewanya membuat alis Younghoon mengerut.
Lisa tertawa, dua jari telunjuknya meluruskan kerutan alis Younghoon. "Maksud gue, berarti 'kan Jungkook mukulnya masih pake perasaan. Masih ingat teman." Ia kemudian mendorong wajah Younghoon dan kembali menatap televisi. "Ada yang mau lo omongin lagi gak?"
Younghoon diam untuk beberapa saat. Tangannya bergerak, meraih jemari Lisa, dan menautkannya. "I love you." Bisiknya kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Lisa. "I love you so much."
Tangan Lisa yang bebas terulur untuk menepuk puncak kepala Younghoon. "I know."
Amarahnya surut. Sejak awal Lisa memang tak marah, namun kecewa. Ada hal-hal yang ia sadari saat berada di rumah sakit. Ia ingin melihat Younghoon. Lisa tak ingin kehilangan Younghoon. Apalagi saat ia belum mengatakan perasaannya pada Younghoon. "And I love you too." Ia bisa merasakan tubuh Younghoon yang tersentak kaget. "Tapi mungkin gak akan bisa melebihi perasaan lo ke gue. Perasaan gue lo gak akan bisa ngalahin perasaan lo ke gue karena kita mulai di garis start yang berbeda. Tapi tenang, gue percaya diri buat berada di samping lo sampe tua."
Younghoon duduk, menatap Lisa dengan tatapan tak percaya. Melihat ekspresi wajahnya membuat Lisa tertawa geli. "Tugas lo cuma ngomong I do."
Wajahnya kini tertutup tangan kanan, meski masih terlihat merah di telinganya. "Did you just- I mean, did you just propose me?"
Lisa nyengir. "Pre-proposal nanti kalau gue udah punya duit ngelamarnya pake cincin."
Younghoon menutup wajahnya, malu, dan tak percaya. Lisa tersenyum, mengusap pipi Younghoon lembut. "Gue gak mau kalah soal hal ini sama lo. So the answer is?"
Tangan Younghoon terulur, memeluk Lisa erat. "I do. Obviously."
Tangan Lisa menepuk punggung Younghoon, menenangkan. Lisa lupa kalau Younghoon itu cengeng. "Cup, cup."
"I'm not crying!" Sebal Younghoon, tapi baju Lisa basah.
Perempuan itu tertawa, geli. "Yes, yes. I believe you."
Pelukan Younghoon mengerat. She's finally at his arms and he won't let go. Mata Younghoon tertutup, menghirup aroma Lisa. Dan akhirnya ia bisa tahu makna pulang sebenarnya.
"Udah nangisnya?"
Younghoon mendesis. "Gue gak nangis."
Lisa ketawa.
Selesai, selesai konfliknya
Harusnya bukan tentang nameverse tp tentang egoverse gak sih? Wkwksk
Canda
-amel
KAMU SEDANG MEMBACA
kisah tentang nama
FanfictionMenemukan jodoh harusnya mudah sebab inisial nama pada tubuhmu akan bersinar ketika jodoh berada di sekitarmu. Hanya saja, untuk seseorang seperti Lalisa yang memiliki inisial di bagian leher, hal mudah itu menjadi luar biasa sulit.