“Selamat, Tuan. Istri anda sedang mengandung, dan anda akan menjadi seorang Ayah.”
Taehyung tidak pernah merasa sebahagia ini ketika lagi-lagi ia mengingat bagaimana ucapan Dokter waktu itu yang memberitahu pada dirinya bahwa Aeryn ternyata sedang mengandung.
Istrinya itu hamil.
Perasaan senang, bahagia, tentu saja Taehyung rasakan saat itu juga ketika dirinya sudah mengetahui semuanya. Ia bahkan tak henti-hentinya untuk mengucap kata syukur kepada Tuhan atas semua yang sudah diberikan. Menurutnya ini bukan tentang Aeryn yang berhasil memberikannya seorang keturunan untuk calon pewaris perusahaan, melainkan ini tentang dirinya yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah.
Memang pada awalnya ia menikahi Aeryn hanya untuk meminta seorang bayi, namun di sisi lain rasa ketertarikannya pada wanita itu membuatnya ingin memiliki seutuhnya–tanpa berniat melepas wanita itu sama sekali.
Terlebih lagi ketika beberapa kejadian aneh yang selalu ia alami–seperti beberapa kilasan yang mendadak muncul, entah itu hadir di dalam mimpinya atau dengan cara yang lain. Itu membuat Taehyung semakin lama semakin ingin tahu lebih jauh lagi.
Namun hingga kini ia sama sekali belum bisa mengerti semuanya. Beberapa kilasan itu seperti potongan-potongan sebuah kejadian di film. Untuk mengetahui semuanya, ia harus menyusunnya sesuai dengan urutan. Dan kejadian yang beberapa kali muncul di penglihatannya, itu semua masih belum terlihat dengan jelas.
Masih samar dan sulit untuk diurutkan.
“Masih mual?”
Taehyung hanya mendapat anggukan dari Aeryn yang saat ini sudah berjalan menghampiri ke arah dirinya, setelah tadi wanita itu sempat pergi ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan bening dari dalam mulutnya.
“Tubuhku rasanya lelah sekali, Taehyung.”
Mendengar suara Aeryn yang terdengar lemas membuat Taehyung sebenarnya tidak tega dengan wanita itu. Bagaimana tidak, sejak awal kehamilan hingga kini–minggu kelima, Aeryn mengalami gejala morning sickness. Pagi, siang, sore, hingga terkadang malam–seperti saat ini, wanita itu selalu bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan isi perutnya yang terkadang kosong.
“Sabar ya, Sayang. Dokter bilang ini adalah gejala trimester pertama.” Taehyung mengecup pucuk kepala Aeryn dengan sayang. “Berbaringlah kembali, kau harus banyak-banyak beristirahat.”
“Bagaimana aku bisa beristirahat jika rasa mual itu kembali lagi, Taehyung. Kau ini bagaimana!”
Menghela napas, Taehyung tahu bahwa dirinya saat ini pun juga harus bersabar menghadapi Aeryn yang mengalami perubahan sikap akibat perubahan hormon juga. Wanita itu sensitif sekali, kadang marah-marah tidak jelas. Tidak lama lagi kemudian tiba-tiba menangis hanya karena hal-hal kecil. Dan itu semua terkadang membuat Taehyung jadi bingung sendiri.
“Iya, Sayang. Aku tahu. Maka dari itu kau harus bersabar.” Taehyung bicara baik-baik. Takut-takut apa yang dikatakannya akan salah lagi dan itu akan membuat Aeryn marah-marah lagi. “Sekarang lebih baik kau tidur, hm. Ini sudah malam. Aku akan menemanimu.”
“Besok kau akan pergi bekerja?” Aeryn bertanya saat tubuhnya sudah dibaringkan oleh Taehyung.
Sementara Taehyung sendiri mengangguk. “Besok ada rapat penting. Aku akan–” kalimatnya terpotong.
“Memangnya tidak bisa diwakilkan? Aku ingin kau tetap berada di rumah.”
Sebenarnya Taehyung bisa saja menuruti permintaan Aeryn karena minggu kemarin ia sudah mengambil beberapa cuti di kantor untuk mengurus dan menjaga Aeryn di rumah. Namun untuk kali ini–lebih tepatnya besok, ia harus pergi ke kantor untuk menghadiri rapat penting sekaligus ia harus mengecek beberapa laporan yang masuk saat ia sedang mengambil cuti kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES | KTH
Fanfiction[𝐁𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢] "Aeryn, mau menikah denganku tidak?" Berawal dari keisengannya yang bermain-main di tempat mewah milik Park Jimin hanya untuk menenangkan pikirannya, alasan klasik memang. Tetapi siapa sangka jika alasan klasik itu mamp...