Kau harus menjalani hidup untuk
bertahan hidup.
Dompet yang ditemukan polisi itu memang benar-benar milik Taehyung.
Setelah melihat sendiri berita yang sudah ditayangkan, saat itu juga Jimin langsung terbang ke negara dimana pesawat yang ditumpangi Taehyung terjatuh. China adalah tempatnya. Tuan Kim yang kebetulan saat itu juga sudah tahu, pria yang menyandang status sebagai ayah dari Kim Taehyung itu sebenarnya memaksa ikut untuk melihat dan memastikan semuanya, akan tetapi Jimin bersikeras mencegahnya dan meyakinkan pria itu untuk dirinya saja yang mengurus ini semua. Lagipula selama Taehyung tidak ada, Tuan Kim-lah yang selama ini sibuk menggantikan posisi putranya di perusahaan.
Nama Taehyung itu sebenarnya sudah masuk di dalam daftar pencarian korban yang hilang setelah korban yang tewas telah diketahui identitasnya. Akan tetapi, hal itu sudah tidak berlaku lagi sebab Taehyung sudah dinyatakan meninggal karena polisi hanya bisa menemukan dompetnya.
“Kami memang tidak menemukan tubuhnya. Jika pun menemukan, Tuan Kim Taehyung pasti sudah dalam keadaan tidak bernyawa karena ini sudah dua minggu lebih sejak jatuhnya pesawat itu.”
Selesai sudah.
Aeryn merasakan sendiri bagaimana saat itu juga dunianya runtuh dalam sekejap—menjatuhi atas kepalanya—kemudian menghantam dirinya dengan rasa sakit yang perlahan-lahan masuk dan menusuk jantungnya dengan begitu dalam. Rasanya sakit sekali mendengar kabar itu. Dia hanya sedang bermimpi, bukan?
Tetapi tidak. Ketika kedua tangan Aeryn menerima dompet yang diserahkan polisi itu pada dirinya, kemudian membukanya dan menemukan kartu identitas Taehyung juga foto berukuran kecil yang memperlihatkan dirinya bersama pria itu, jelas saat itu dirinya sama sekali tidak sedang bermimpi.
Itu adalah kenyataan pahit yang sedang ia rasakan. Ini semua seperti mimpi buruk yang nyata, hadir dan berjalan di dalam kehidupannya tanpa bisa ia cegah sama sekali. Mengingatkannya pada hari itu, dimana sosok malaikat yang satu-satunya ia miliki di dunia ini harus meregang nyawa di depan matanya ketika mobil menyambar tubuhnya dengan begitu hebat.
Ibunya yang pada saat itu mengidap penyakit mental adalah korban tabrak lari dari pengemudi yang tengah mabuk.
Aeryn yang baru saja menginjak bangku SMA itu harus rela ditinggalkan oleh ibunya pergi jauh, sangat jauh dan tak akan pernah kembali lagi pada dirinya. Itu menyakitkan dan Aeryn harus bisa menerima semuanya. Hansung yang saat itu masih berusia sembilan tahun, dia adalah satu-satunya alasan kenapa Aeryn terus bertahan hidup dalam kegelapan yang terus-menerus menyelimuti harinya.
Tidak ada cahaya kehidupan sama sekali setelah kepergian ibunya kala itu.
Aeryn menjalani kehidupannya seperti sebuah keharusan yang harus tetap ia lakukan, mau tak mau, ingin tak ingin. Semuanya berjalan seperti keterpaksaan, kau harus menjalani hidup untuk bertahan hidup. Aeryn yang jadi gila kerja sana-sini, menjadi tulang punggung keluarga di usianya yang baru saja menginjak enam belas tahun, mencari uang hanya demi sekotak ayam goreng untuk adiknya agar tidak kelaparan juga—membiayai adiknya agar tetap bisa terus bersekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES | KTH
Fanfiction[𝐁𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐝𝐢𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢] "Aeryn, mau menikah denganku tidak?" Berawal dari keisengannya yang bermain-main di tempat mewah milik Park Jimin hanya untuk menenangkan pikirannya, alasan klasik memang. Tetapi siapa sangka jika alasan klasik itu mamp...